Senin, 07 Mei 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWADARURATAN PADA SYOK HIPOVOLEMIK




A.      Pengertian
 Syok adalah suatu keadaan dimana oksigenasi jaringan dan perfusi jaringan tidak adekuat yang disebabkan karena adanya gangguan sirkulasi.
Syok adalah proses patofisiologi kompleks yang sering berasal  dari syindrom disfungsi dan kematian beberapa organ.
Syok  yaitu hambatan di dalam peredaran darah perifer yang menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme ( Theodore, 93 ),  atau suatu  perfusi jaringan yang kurang sempurna.
Syok merupakansuatu keadaan klinis akibat perfusi ajringan yang tidak adekuat.

B.   Patofisiologi
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.

Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu : 5,10
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.

3. Fase Irrevesibel/Refrakter
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

C.      Derajat Syok
Menentukan derajat syok
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.

2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.

3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).

D.      Tahapan Syok
Tahapan syok
1.      Tahap awal
·         Aktivitas sistim saraf simpatis melawan sistim saraf parasimpatis.
·         Ditandai oleh vasokonstriksi selektif: ginjal, otot, kulit dan splanknik -> memperbaiki sirkulasi otak dan jantung
·         Penurunan aliran darah koroner mengakibatkan metabolisme anaerob dan dilatasi arteri
·         Ginjal melepaskan hormon epinefrin, merepinefrin, glikokortikoid, renin – angiotensin – aldosteron
·         Pituitari anterior yang menyebabkan sekresi ADH
·         Peningkatan produksi energi, volume sirkulasi, dan konstraktilitas menyebabkan peningkatan CO

2.      Tahap lanjut
Bila kompensasi awal gagal, vasokonstriksi berlanjut dengan penurunan MPA menyebabkan perfusi jaringan tidak adekuat dan hipoksia. Metabolisme anaerob sistemik memproduksi asam laktat sehingga menyebabkan asidosis metabolik. Penurunan produksi ATP menyebabkan gangguan transpor membran sehingga terjadi edema sel dan ruptur sel. Respon renal berlanjut sehingga memperburuk fungsi jantung. Keadaan ini menyebabkan penurunan CO.

3.      Tahap irreversible
Kompensasi tidak mampu mempertahankan perfusi otak jantung. Depresi fungsi miokard berlanjut. Iskemia otak menyebabkan depresi fungsi neuron sehingga kehilangan mekanisme kompensasi neuronal sentral. Vasokonstriksi mikrosirkulasi menyebabkan penurunan veneus return.


Syok Hivopolemik
  1. Definisi
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). 
b.      Etiologi
·         Kehilangan darah
ü  Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka
ü  Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini diodalam thoraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas
·         Kehilangan Plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cidera berat atau inflamsi peritoneal
·         Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui jalur gastrointestinal, urinarius, atau kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian yang adekuat.

  1. Patofiasiologi Syok Hipovolemik

Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna. 
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.



 





















d.      Tanda-tanda Klinis
·         Status mental
Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok. Ansietas, tidak tenang, takut, apatis, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan-kelainan ini menunjukkan adanya perfusi cerebal yang menurun.
·         Tanda-Tanda Vital
ü  Tekanan darah
Perubahan awal dari tekanan darah  akibat Hipovolemia adalah adanya pengurangan selisih antara tekanan siastolik dan sistolik. Ini merupakan akibat adanya peningkatan tekanan diastolic yang disebabkan oleh vasokontraksi atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik dipertahankan pada batas normal sampai terjadinya kehilngan darah 15-25 %.
ü  Denyut Nadi
Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah karakteristik untuk syok. Tatikardi dapat tidak ditemukan pada pasien yang diobati dengan beta bloker.
ü  Pernafasan
Takipneu adalah karakteristik, dan alkalosis respiratorius sering ditemukan pada tahap awal syok.
·         Kulit
ü  Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik. Secara keseluruhan mudah berubah menjadi pucat.
ü  Vena-vena ekstremitas menunjukkan tekanan yang rendah ini yang dinamakan vena perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.
·         Gejala Lain
Pasien mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang sangat.

e.       Tahap Syok Hipovolemik
     Tahap I :  
·         terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
·         Terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih dapat  Dipertahankan
Tahap II:
·         terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
·         tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.
Tahap III
·          bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
·         terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara cepat
·         terjadi iskemik pada organ
·         terjadi ekstravasasi cairan

f.        Penatalaksanaan
·         Pemantauan
Parameter dibawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan : denyut jantung, Frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP) dan pengeluaran urin. Pengeluaran urin yang kurang dari 30ml/jam (atau 0,5 ml/kg/jam) menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat
·         Penatalaksanaan pernafasan
Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau
Kanula. Jalan napas yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandubula yang tepat dan aliran pengisapan darah dan sekret yang sempurna. Penentuan gas darah arterial harus dilakukan untuk mengamati ventilasi dan oksigenasi. Jika ditemukan kelainan secara klinis atau laboratorium analisis gas darah, pasien harus diintubisi dan diventilasi dengan ventilator yang volumenya terukur. Volume tidal harus diatur sebesar 12 sampai 15 ml/kg, frekuensi pernapasan sebesar  12-16 permenit. Oksigen harus diberikan untuk mempertahankan PO2 sekitar 100mmHg. Jika pasien “melawan” terhadap ventilator, maka obat sedatif atatu pelumpuh otot harus diberikan. Jika cara pemberian ini gagal untuk menghasilkan oksigenase yang adekuat, atau jika fungsi paru-paru menurun harus menambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif
·         Pemberian cairan
a.       Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan ringer laktat atau larutan garam fisiologis secara cepat. Umumnya paling sidikt 1-2 liter larutan RL harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau bisa lebih cepat lagio bila dibutuhkan. Jika hipotensi dapat diperbaiki dan tekanan darah tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa kehilangan darah sudah minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung harus dilakukan tranfusi darah pada pasien ini secepat miungkin dan kecepatan serta jumalah yang diberikan disesuaikan dari respon yang dipantau.
b.      Celana militer anti syok (MAST = Military Antishock Trousers)
Tekanan berlawanan eksternal dengan pakaian MAST bermanfaat sebagai terapi tambahan pada terapi penggantian cairan. Pakaian MAST ini dikenakan pada kedua tungkai atau abdoomen pasien, dan masing-masing ketiga kompartemen individual ini dapat dikembungkan. Pakaian ini meristribusikan darah dari ekstremitas bawah ke sirkulasi sentral dan mengurangi darah arterial ke tungkai dengan memprkecil diameter pembuluh darah.
·         Kontari indikasi pemakaian MAST
ü Edema paru yang bersamaan
ü Kehamilan . Ini hanya ber4laku pada kompartemen abdomen
·         Hal yang peerlu diperhatikan
ü  Pakaian mast dapat meningkatkan kejadian perdarahan karena cidera diafragmatik.
ü   Pemakaian yang lama (24-48 jam) pada tungkai yang cedera dapat menyebabkan timbulnya sindrom kompartemen pada fascia.
·         Vasopresor
Pemakain vasopresor pada penangan syok hipovolemik akhir-akhir ini kurang disukai alasannya adalah bahwa ha ini akan lebih megurangi perfusi jaringan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakana sementara untuk meningkatkan tekanan darah sampai mendapatkan cairan pengganti yang adekuat. Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner atau penyakit pembuluh darah otak yang berat, hal yang digunakan adalah Norepineorin 4-8 Mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam air ( D5W, atau metaraminor, 5-10 ml yang dilarutkan dalam 500ml D5W yang bersifat pasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada jantung.
Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.



  1. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Syok

DIAGNOSA
NOC
NIC
Defisit volume cairan
Pasien akan normovolemik
1.      Kaji status volume cairan ( TD, FJ, FP, suhu, bunyi jantung) setiap 1 jam
2.      Berikan cairan IV sesuai instruksi
3.      Kaji semua data laboratorium
4.      Monitor irama jantng
5.      Berikan obat dan elektrolit sesuai instruksi
6.      Berikan pengobatan β-adrenerjik sesuai instruksi
Penurunan curah jantung
Mempertahankan curah jantung untuk menjamin perfusi jaringan
1.      kaji dan pantau status kardiovaskuler setiap 1-4 jam atau sesuai indikasi ; warna kulit, denyut nadi, TD, parameter hemodinamik, denyut nadi perifer dan irama jantung
2.      Berikan cairan IV sesuai instruksi
3.      Berikan dopamine, dobutamin atau ephinephrin sesuai instruksi untuk mempertahankan TD yang memadai ( > 90 mmHg sistolik)
4.      Berikan Nipride sesuai instruksi
5.      Pantau Hb dan Ht
6.      Pantau Asidosis dengan AGd setiap hari
Resiko tinggi terhadap infeksi
Cegah infeksi nosokomial dan tangani mikroorganisme yang teridentifikas
1.      Dapatkan biakan darah sesuai instruksi
2.      Dapatkan urin, sputum dan drainase luka untuk biakan sesuai indikasi
3.      Temani pasien pada pemeriksaan radiologi diagnostic
4.      Pantau S, VS dan SDP
5.      Berikan antibiotic sesuai instruksi
6.      Pantau kadar obat antibiotic sesuai instruksi
7.      Berikan obat-obat lain :
Antihistamin, NSAIDs, antibody monoclonal, steroid
8.      Gunakan teknik aseptic yang ketat saat menangani aliran infasive, kateter, selang-selang  dsb

































DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Memahami tanada dan Gejala Syok anafilaktik. http://www.blogdokter.net/2010/06/20/memahami-tanda-dan-gejala-syok-anafilaktik/. Diakses tanggal 28 Maret 2011

Anonim. 2011. Syok.http://nursingbegin.com. Diakses tanggal 28 Maret 2011

Eliastham, Michael. Dkk. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis (5 ed.).1998. Jakarta. EGC

Jevan, Philip, Beverley ewens, melame Humprays. 2008. Nursing Medical Emergency patiens ( 3 Ed.) Blackwell: United Kingdom


Urden,L. D;Stesi, K.M. &Lough, M.E. (2006). Critical care Nursing: Diagnosis and management (5 ed.. Misouri: Mosby


4 komentar:

  1. Mantap ni artikelnya sangat membantu
    tapi lebih kerennya lagi template blognya
    bisa animasi, jadi asi mainin kursornya

    BalasHapus

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!