Senin, 07 Mei 2012

“Masalah Nutrisi pada Area Keperawatan Kritis”



            Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional yang melakukan beberapa metode penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk pemeriksaan berat badan dan panjang badan. Ketebalan lapisan kulit (skin fold), permukaan daerah trisep (trisepa skin fold) dan pengukuran lingkar otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC) tidak berguna banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung berubah. Jenis protein yang paling sering diukur, adalah albumin serum. Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan (Wiryana, 2007).
            Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekuranga atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Malnutrisi sering terjadi pada bayi sakit kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit, dan dapat memperburuk keadaan. Tunjangan nutrisi sangat penting pada pengelolaan anak sakit kritis dan dapat diberikan secara enteral, parenteral atau bersama-sama enteral dan parenteral. Apabila usus berfungsi baik, gunakanlah untuk nutrisi enteral dengan memakai konsep nutrisi enteral dini. Pada keadaan 3 dimana usus tidak berfungsi, segera diberikan nutrisi parenteral atau nutrisi enteral dan parenteral bersama-sama sehingga kebutuhan akan kalori, cairan, mineral, trase elemen dapat dipenuhi (Setiati, 2000).
            Pada hampir semua pasien sedikit kritis juga mengalami anoreksia atau tidak mampu makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui saluran nafas bagian atas. Jika diberikan secara tepat, bantuan nutrisi memberikan energi, protein dan nutrisi-nutrisi yang diperlukan untuk mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka, mencegah pemecahan masa lemak tubuh (Soenarjo, 2000)
            Pasien yang kritis beresiko mendapatkan penanganan yang berkombinasi dan mengalami stres akibat cedera, trauma, pembedahan, dan sepsis. Sehingga beresiko menimbulkan masalah nutrisi  Alasannya: hal itu dapat menyeabakan peningkatan metabolisme dalam tubuh yang butuh energi lebih untuk pemuliahan



Pasien pasien yang berisiko malnutrisi :
ž  Kehilangan BB lebih dari 10% dalam 6 bulan,lebih dari 5% dalam 1 bulan
ž  BB 20% lebih atau kurang dari BB ideal atau IMT < 18,5 atau >25
ž  Penyakit kronis
ž  Diet kronis
ž  Peningkatan kebutuhan metabolic
ž  Intake nutrisi adekuat > 7 hari
ž  Mendapat 3 atau lebih jenis pengobatan secara regular
ž  Kemiskinan

Manifestasi yang mengindikasikan kekurangan protein dan kalori :
ž  Rambut rontok,kering,pigment rambut berkurang
ž  Kehilangan jaringan subcutan, otot atropi
ž  Pengobatan luka buruk, ulkus dukubitus
ž  Hepatomegali
ž  Edema
Manifestasi defisiensi Vitamin :
ž  Kekirangan konjungtiva dan kornea ( vitamin A )
ž  Kulit kering bersisik
ž  Perawatan luka buruk
ž  Edema gagal jantung


Manifestasi defisiensi mineral :
-          Sklera biru,mukus membran pucat
-          Hipogeusia, indra peraba buruk, perawatan luka buruk (zinc)

ž  Gangguan Nutrisi pada pasien gangguan paru :
-          BB dibawah ideal
-          Edema,dispnea, kurang cairan
-          Intake nutrisi in adekuat
-          Mendapat inkubasi endotracheal untuk mencegah intake oral.
-          Overfeeding

Gangguan Nutrisi pada neurologi :
-          Hiperglikemi (penggunaan corticostemin )
-          Atropi otot dan lemak subcutan b.d intake nutrisi in adekuat
-          Disfagia
-          Penggunaan fenobarbital
-          Hiper metabolisme akibat cedera kepala
-          Ulkus dekubitus

Gangguan Nutrisi pada ginjal :
-          BB turun (edema)
-          Ketidakseimbangan elektrolit
-          Hipo albuminaria – kehilangan asam amino
-          Anemia b.d reproduksi eritroprotein in adekuat dan kehilangan darah dalam hemodialisis
-          Atropi otot dan jaringan subkutan
-          Diet buruk b.d kekurangan protein dan elektrolit

Gangguan nutrisi pada penyakit gastrointestinal :
-          BB dibawah BB ideal b.d malabsorpsi,anorekia.
-          Hipo albumineria ( akibat kerusakan hati, bukan malnutrisi )
-          Hipokalsemia
-          Hipomagnesemia b.d pemakaian alkohol
-          Anemia b.d kehilangan darah
-          Atropi otot dan lemak subkutan
-          Konfusi, konfabulasi,neoropati periferal b.d defisiensi tiamin

Gangguan nutrisi pada penyakit endokrin :
-          Hiperglikemi b.d kontrol diabetes buruk,infeksi, trauma, penggunaan gluko kortikoid
-          Hipoglikemi b.d muntah atau intake nutrisi in adekuat

         ·            Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit kritis dan sepsis adalah :

1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein dengan cara menghindari kondisi starvasi.
2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot, dan otot-otot pernafasan.
3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan menggunakan substrat khusus.

         ·            Support Nutrisi terdiri dari :

1.      Nutrisi Enteral 
            Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi enteraladalah faktor resiko independent pnemoni 13 nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007).

2. Nutrisi Prenteral
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk 14 memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)





DAFTAR PUSTAKA

ASPEN Nutrition Support Practice Manual, 2nd ed. 2005.
Urden Linda D, dkk. 2008. Priorities in Critical care Nursing. Canada:Mosby Elsevier

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!