Senin, 07 Mei 2012

NYERI PADA PASIEN GAWAT DARURAT


PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Menurut Internasional Association for the Study of Pain (1990), nyeri merupakan “pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan kerusakan jaringan yang potensial atau aktual, atau yang dideskripsikan dalam istilah kerusakan yang sejenis.”
Definisi yang lebih global dikemukakan oleh Mc Caffery, mengartikan nyeri sebagai “apa saja yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya, dan terjadi kapan saja ketika orang tersebut mengatakan bahwa perasaan itu benar-benar dirasakannya.”

B.     TIPE DAN KARAKTERISTIK NYERI
Tipe nyeri terbagi menjadi :
1.      Berdasarkan durasi atau lamanya :
No
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
1
Nyeri akut berlangsung singkat , biasanya  kurang dari 6 bulan dan termasuk kerusakan jaringan yang penyebabnya bisa diidentifikasi.
Pengalaman nyeri yang menetap/kontinyu selama lebih dari 6 bulan.
2
Berkaitan dengan proses peradangan yang disebabkan oleh trauma, pembedahan,  atau penyakit akut, infeksi, fraktur, pankreatitis, obstruksi usus, prosedur pengobatan.
Intensitas nyeri sukar untuk diturunkan. Nyeri kronik berkembang ketika proses penyembuhan tidak komplit atau ketika adanya kerusakan permanent pada sistem nervus.
3
Sifat nyeri jelas dan mungkin untuk hilang/sembuh.
Bertujuan sebagai tanda peringatan.
Terjadi setelah cedera pada tubuh.
Menghilang setelah beberapa saat.
Dapat disertai tanda objektif dari aktivitas sistem saraf otonom.
Biasanya memiliki penyebab tunggal dan dapat dilihat.
Derajat dan intensitasnya ‘masuk akal” berdasarkan cedera atau proses penyakit yang baru terjadi.
Ansietas sering terjadi.
Sifatnya kurang jelas dan kecil kemungkinan untuk sembuh/hilang.
Tidak memiliki tujuan.
Memburuk/bertambah parah dengan berjalannya waktu.
Jarang disertai gejala dari sistem saraf simpatis.
Derajat dan intensitasnya tidak masuk akal.
Biasanya memiliki lebih dari satu penyebab.
Sering terjadi frustrasi dan depresi.
4
Timbul akibat stimulus langsung rangsang noksius misalnya mekanik, inflamasi
Rasa nyeri biasanya meningkat
5
Umumnya bersifat sementara yaitu sampai dengan penyembuhan
Dikategorikan sebagai :
a. nyeri kronis maligna
Jika nyeri berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya
b. Nyeri kronis Non maligna
Jika nyeri akibat kerusakan jaringan non progresif lalu yang telah mengalami penyembuhan
6
Area nyeri dapat diidentifikasi. Rasa nyeri cepat berkurang
Area nyeri tidak mudah diidentifikasi.


2.      Berdasarkan intensitas
a.       Nyeri berat
b.      Nyeri sedang
c.       Nyeri ringan
Untuk mengukur intensitas nyeri yang dirasakan seseorang, dapat digunakan alat bantu yaitu dengan skala nyeri. Skala nyeri yang umum digunakan adalah cara Mc. Gill dengan menggunakan skala 0-5 :
0 = tidak ada nyeri
1 = nyeri ringan
2 = tidak menyenangkan
3 = mengganggu
4 = menakutkan
5 = sangat menakutkan
Skala ini disebut dengan "The Present Pain Intensity". Pada skala ini pasien akan menunjukkan lokasi timbulnya hantaran yang mempengaruhi sampai menjadi gangguan nyeri yang berat.

3.      Berdasarkan transmisi
a. Nyeri Menjalar
Terjadi pada bidang yang luas, terjadi pada struktur yang terbentuk dari embrionik dermatom yang sama.
b. Nyeri Rujukan (Reffered Pain)
Nyeri yang bergerak dari suatu daerah ke daerah yang lain

4.      Berdasarkan sumber atau asal nyeri
Tipe Nyeri
Data subjektif
Etiologi
Contoh
Neuropatik : Biasanya disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf perifer/pusat
Nyeri seperti terbakar, tertembak, mati rasa, menyebar, tertusuk benda tajam, panas seperti “terbakar” dan tersengat listrik.
Kerusakan sistem saraf tepi/pusat.
Neuralgia postherapetik, neuropati perifer akibat sekunder diabetes, HIV.
Viseral (lokasinya tidak jelas)
Nyeri seperti diremas, kram, tertekan, distensi, seperti rasa bengkak, teregang, tumpul
Obstruksi usus, oklusi darah vena, iskemia, pasca dan sering menjalar di sepanjang dermatom saraf.
Opioid (gunakan dengan pembedahan toraks/abdomen, asites, nyeri dada.
Somatik ( lokasinya jelas seperti di kulit, otot, sendi, dan tulang)
Sakit, berdenyut
Inflamasi pada kulit/jaringan yang dalam/cedera tulang.
Penyakit sendi degeneratif, metastase kanker pada tulang.

5.      Berdasarkan penyebabnya
Menurut Penyebabnya, nyeri dibagi menjadi :
a. Thermik
Disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrim
b. Chemik
Disebabkan oleh bahan/zat kimia
c. Mekanik
Disebabkan oleh trauma mekanik
d. Elektrik
Disebabkan oleh aliran listrik
e. Psikogenik
Nyeri yang tanpa diketahui adanya kelainan fisik, bersifat psikologis
f. Neurologik
Disebabkan oleh kerusakan jaringan syaraf.

C.    PROSES TERJADINYA NYERI
Nyeri terjadi bila ada kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Kerusakan jaringan (yang bisa disebabkan oleh thermal, mekanik, dsb; seperti tercantum dalam tipe nyeri), menyebabkan lepasnya mediator nyeri seperti bradikinin, histamin, asetilkolin, serotinin, angiotensin, vasopresin yang memberikan sinyal kepada reseptor nyeri (yang berupa akhiran syaraf bebas yang terletak di hampir seluruh tubuh), sehingga impuls tersebut dihantarkan ke otak melalui penghantar impuls nyeri (serat afferen) ke otak untuk diolah dan diterjemahkan.
Secara jelas proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut:
            Adanya stimulus menyebabkan reseptor di kulit terangsang sehingga mengirimkan impuls melalui syaraf tipe III (serabut syaraf Delta A) yang bersifat aferen sensoris sehingga sampai di medula spinalis cornu posterior. Pada radiks posterior, rangsang dari serabut tebal (Delta A Bermielin) memperkuat tekanan pada sel dalam substansia gelatinosa sehingga sel substansia gelatinosa menyempit dan menyebabkan rangsangan sel T (sel transmisi sentral pada radiks posterior) menjadi lemah. Akibat hantaran impuls yang relatif cepat, impuls diteruskan melalui traktus spinothalamicus memasuki thalamus untuk memberi tahu rasa nyeri diteruskan ke daerah postcentralis cortex cerebri.Bersamaan dengan impuls yang dibawa serabut aferen untuk menghantarkan persepsi nyeri ke pusat, terjadi pula refleks yang memberitahukan bahwa pada jaringan di sekitar kulit (sensori) sedang mengalami kerusakan yang menimbulkan rasa nyeri sehingga terjadi gerakan untuk menjauhi sumber nyeri. Perjalanan impuls refleks ini tentu saja melalui lengkung refleks. Lintasan untuk membangkitkan refleks tersebut tidak langsung berjalan ke motor neuron anterior melainkan mula-mula ke dalam kelompok interneuron dan kemudian ke motor neuron. Sirkuit tersingkat yang mungkin adalah suatu arkus 3-4 neuron, tetapi kebanyakan dari sinyal refleks tersebar melalui jauh lebih banyak neuron, hal ini menyangkut sirkuit-sirkuit utama :
- sirkuit devergens penyebaran refleks-refleks ke otot yang penting untuk penarikan diri, dalam hal ini bicep brachii.
- Sirkuit inhibisi otot-otot antagonis dengan bicep dalam hal ini triceps
Selain refleks fleksor yang bersifat nociceptik tersebut menyebabkan jauhnya lengan dengan sumber asal rangsang yang menimbulkan nyeri pada kulit, juga terjadi refleks mengusap bagian yang nyeri dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri. Jadi setelah corteks cerebri mengetahui lokasi rasa nyeri, maka dengan segera respon dikirim melalui serabut eferen motorik ke efektor.    


D.    PENGKAJIAN NYERI
Kualitas dan kegunaan setiap alat pengkajian akan bergantung pada kemampuan orang yang mengkaji untuk mendengar, meyakini, dan memahami keluhan nyeri pasien. Pengkajian nyeri harus berkelanjutan, dilakukan secara individual dan dicatat sehingga semua petugas kesehatan yang terlibat akan memahami keluhan nyeri pasien. Pengkajian nyeri terdiri dari dua komponen besar, yaitu : pengkajian subjektif dan objektif.

a.       Pengkajian Subjektif
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya. Pengkajian subjektif mengacu pada laporan nyeri tentang sensori, afektif dan pengalaman kognitif nyeri. Laporan pasien tentang nyeri bisa juga dikaji dengan menggunakan pengkajian PQRSTU.

P
Provokatif (pemicu)
Apa yang memicu nyeri?Apa yang dilakukan ketika nyeri muncul?Apa yang dapat meringankan nyeri?Apa yang memperburuk nyeri?
Q
Quality (Kualitas)
Minta pasien untuk mendeskripsikan nyeri (contoh : tumpul, mati rasa, tertusuk benda tajam, terbakar, menikam)
R
Region or location, radiation (penjalaran)
Dimana nyeri mulai terasa?Apakah nyeri menjalar ke tempat lain?Minta pasien untuk menunjuk dimana nyeri tersebut terasa.
S
Severity and other symtomps ( beratnya gejala)
Seberapa hebat nyeri yang dirasakan?Apakah ada rasa tidak nyaman selain nyeri ( contoh : nafas pendek, mual, cemas, letih)?
T
Timing and Treatment (waktu timbulnya nyeri dan penangannanya)
Kapan nyeri muncul?Berapa lama itu dirasakan? Apakah nyeri hilang timbul/terus-menerus?Apakah Anda sudah mencoba sesuatu untuk mengurangi nyeri tersebut?
U
Understanding
Bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah pernah merasakan nyeri sebelumnya? Jika iya, apa masalahnya?

b.      Pengkajian Objektif
Ketika pengkajian secara verbal tidak mungkin dilakuka, perawat bisa mengobservasi dari tingkah laku dan fisiologi pasien.
Pengkajian Nyeri berdasarkan indikator Tingkah Laku dan Fisiologi
Tingkah Laku
Ekspresi Wajah
Menyeringai, mengerutkan muka, meringis, memejamkan mata dengan kuat, mengepalkan gigi, alis berkerut, merintih/menangis
Pergerakan Tubuh
Immobile, pergerakan lambat/hati-hati, menyentuh bagian yang nyeri, gelisah
Ketegangan Otot
Kekakuan, tegang, keras.
Pemenuhan dengan ventilator
Batuk
Suara
Mengerang/merintih, nafas panjang/mendesah, menangis, mendengkur
Fisiologi
Irama Jantung
Meningkat/menurun
Tekanan Darah
Meningkat/menurun
Status Respirasi
Irama meningkat/menurun
Spo2
Menurun
End-tidal CO2
Meningkat atau menurun
Keringat
General
Pucat
Kulit
Pupil
Dilasi

E.     HAMBATAN PADA PENGKAJIAN DAN PENATALAKSANAAN NYERI
1.      Pada Pasien
a.       Kesulitan Berkomunikasi
Seringkali pasien tidak bisa mendeskripsikan nyerinya secara verbal. Bagi pasien yang tidak bisa berkomunikasi, perawat bisa menilai dari tingkah laku dan fisiologinya. Jika disana sepenuhnya tidak ditemukan hal-hal yang menguatkan penegakan diagnosa nyeri, petugas kesehatan menggunakan konsep bahwa jika ada trauma, penyakit, cedera, atau prosedur yang menyakitkan bagi pasien, itu semua pasti akan megakibatkan nyeri.
b.      Gangguan Tingkatan Kesadaran
Pasien yang dalam keadaan koma sulit untuk mengkaji nyerinya karena pengakuan nyeri tergantung pada respon cortical.
c.       Orang Tua
Banyak pasien yang telah berusia lanjut/tua tidak mengeluhkan tentang nyeri yang dialaminya karena mereka menganggap nyeri yang dirasakan normal terjadi akibat dari konsekuensi penuaan atau mereka takut untuk mengganggu petugas kesehatan. Keadaan menggigau, demensia, atau penurunan kognitif merupakan faktor penghambat pengkajian nyeri.
d.      Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya mungkin menyulitkan dalam pengkajian nyeri, seperti perbedaan bahasa dengan petugas kesehatan. Dalam hal ini, petugas bisa memfasilitasi komunikasi dengan menggunakan skala nyeri 0-10.
e.       Kurang Pengetahuan
Secara relatif hambatan dalam mengkaji nyeri secara akurat terlihat pada kurangnya pengetahuan umum dan penatalaksanaan mengenai nyeri. Pasien dan keluarga pasien takut akan resiko kecanduan terhadap pengobatan nyeri. Ini penting dalam kegawatdaruratan mengajarkan pasien dan keluarganya tentang pentingnya kontrol nyeri dan penggunaan opioid dalam pengobatan penyakit pasien yang kritis.

2.      Pada Petugas Kesehatan
Kendala dalam pelayanan kesehatan seperti :
·         Pengetahuan yang terbatas tentang obat-obat analgetik
·         Pengkajian nyeri yang tidak memadai
·         Ketakutan terhadap adiksi
·         Kekhawatiran terhadap efek samping dan toleransi obat
·         Ketakutan bila tindakan yang dilakukan menutupi gejala yang dapat menjadi petunjuk diagnostik
·         Perbedaan etnik dan budaya serta kendala bahasa antara petugas yang memberikan pelayanan kesehatan dan pasiennya.

F.     PENATALAKSANAAN NYERI
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Analgesik yang tepat digunakan sesuai yang diresepkan dan jangan dianggap hanya sebagai upaya terakhir ketika tindakan pereda nyeri lainnya tidak berhasil. Semua intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan.
1.      Pengelolaan Farmakologi
Farmakologi nyeri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
·         Opioid agonists (morphine, fentanyl, hydromorphone, meperidine, codeine, dan methadone)
·         Nonopioids (acetaminophen, nonsteroidal antiinflammatory drugs [NSAIDS]
·         Adjuvants (anticonvulsants, antidepressants, local anesthetics)

2.      Pengelolaan Non Farmakologi
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu, banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis yang dapat membantu dalam menghilangkan nyeri.
a.       Stimulasi Saraf Elektrik Transkutan (TENS)
Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit utnuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS telah digunakan baik pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang mentransmisikan nyeri. Terapi TENS digunakan untuk penatalaksanaan nyeri untuk orthopedic,obstetric, dan post operasi.
b.      Teknik Kognitif
·         Relaksasi
Relaksasi adalah metode yang paling baik untuk mengurangi distress yang berhubungan dengan nyeri. Relaksasi menurunkan konsumsi oksigen dan ketegangan otot dan bisa menurunkan irama jantung dan tekanan darah.Teknik relaksasi bisa dilakukan seperti mengajarkan pasien teknik nafas dalam.
·         Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.



·         Imajinasi Terpimpin
Imajinasi terpimpin adalah teknik yang digunakan untuk mengontrol nyeri yang berlebihan. Ini bisa digunakan untuk ditraks/relaks.
·         Terapi Musik
Terapi musik merupakan intervensi untuk relaksasi. Musik dapat memberikan efek ketenangan.Ini penting untuk mengedukasi pasien dan keluarganya mengenai aturan musik yang bersifat relaksasidan juga menyediakan pilihan musik untuk pasien.






















DAFTAR PUSTAKA

Donna D, Ignatavicius, Marly VB.,1991, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, WB Saunders Company, Pensylvania
Oman, Kathleen, dkk. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. EGC:Jakarta
Samekto M.IW, dkk, 1991, Nyeri Pengenalan dan Tatalaksana, Badan Penerbit Undip :Semarang
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Brunner& Suddarth Vol.1, Edisi 8. EGC: Jakarta.
Urden, Linda., Stacy, Kathleen. dan Lough, Mary. 2008 . Priorities in Critical Care Nursing. Mosby Elsevier :Canada
Donna D, Ignatavicius, Marly VB.,1991, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, WB Saunders Company, Pensylvania, 1991, 108.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!