PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Menurut
Internasional Association for the Study of Pain (1990), nyeri merupakan “pengalaman
sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan kerusakan
jaringan yang potensial atau aktual, atau yang dideskripsikan dalam istilah
kerusakan yang sejenis.”
Definisi
yang lebih global dikemukakan oleh Mc Caffery, mengartikan nyeri sebagai “apa
saja yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya, dan terjadi kapan saja ketika
orang tersebut mengatakan bahwa perasaan itu benar-benar dirasakannya.”
B. TIPE DAN KARAKTERISTIK NYERI
Tipe
nyeri terbagi menjadi :
1. Berdasarkan
durasi atau lamanya :
No
|
Nyeri Akut
|
Nyeri Kronis
|
1
|
Nyeri akut berlangsung singkat , biasanya kurang dari 6 bulan dan termasuk kerusakan
jaringan yang penyebabnya bisa diidentifikasi.
|
Pengalaman nyeri yang menetap/kontinyu selama lebih
dari 6 bulan.
|
2
|
Berkaitan dengan proses
peradangan yang disebabkan oleh trauma, pembedahan, atau penyakit akut, infeksi, fraktur,
pankreatitis, obstruksi usus, prosedur
pengobatan.
|
Intensitas nyeri sukar untuk diturunkan. Nyeri
kronik berkembang ketika proses penyembuhan tidak komplit atau ketika adanya
kerusakan permanent pada sistem nervus.
|
3
|
Sifat nyeri jelas dan mungkin untuk hilang/sembuh.
Bertujuan sebagai tanda peringatan.
Terjadi setelah cedera pada tubuh.
Menghilang setelah beberapa saat.
Dapat disertai tanda objektif dari aktivitas sistem
saraf otonom.
Biasanya memiliki penyebab tunggal dan dapat dilihat.
Derajat dan intensitasnya ‘masuk akal” berdasarkan
cedera atau proses penyakit yang baru terjadi.
Ansietas sering terjadi.
|
Sifatnya kurang jelas dan kecil
kemungkinan untuk sembuh/hilang.
Tidak memiliki tujuan.
Memburuk/bertambah parah dengan berjalannya waktu.
Jarang disertai gejala dari sistem saraf simpatis.
Derajat dan intensitasnya tidak masuk akal.
Biasanya memiliki lebih dari satu penyebab.
Sering terjadi frustrasi dan depresi.
|
4
|
Timbul akibat stimulus langsung rangsang noksius
misalnya mekanik, inflamasi
|
Rasa nyeri biasanya meningkat
|
5
|
Umumnya bersifat sementara yaitu sampai dengan
penyembuhan
|
Dikategorikan sebagai :
a. nyeri kronis maligna
Jika nyeri
berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya
b. Nyeri kronis Non maligna
Jika nyeri
akibat kerusakan jaringan non progresif lalu yang telah mengalami penyembuhan
|
6
|
Area nyeri dapat
diidentifikasi. Rasa nyeri cepat berkurang
|
Area nyeri tidak mudah
diidentifikasi.
|
2. Berdasarkan
intensitas
a. Nyeri
berat
b. Nyeri
sedang
c. Nyeri
ringan
Untuk
mengukur intensitas nyeri yang dirasakan seseorang, dapat digunakan alat bantu
yaitu dengan skala nyeri. Skala nyeri yang umum digunakan adalah cara Mc. Gill dengan
menggunakan skala 0-5 :
0 = tidak ada nyeri
1 = nyeri ringan
2 = tidak menyenangkan
3 = mengganggu
4 = menakutkan
5 = sangat menakutkan
Skala ini disebut dengan "The Present Pain
Intensity". Pada skala ini pasien akan menunjukkan lokasi timbulnya hantaran
yang mempengaruhi sampai menjadi gangguan nyeri yang berat.
3. Berdasarkan
transmisi
a. Nyeri
Menjalar
Terjadi pada bidang yang luas, terjadi pada struktur
yang terbentuk dari embrionik dermatom yang sama.
b. Nyeri
Rujukan (Reffered Pain)
Nyeri yang bergerak dari suatu daerah ke daerah yang
lain
4. Berdasarkan
sumber atau asal nyeri
Tipe
Nyeri
|
Data
subjektif
|
Etiologi
|
Contoh
|
Neuropatik
: Biasanya disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf perifer/pusat
|
Nyeri
seperti terbakar, tertembak, mati rasa, menyebar, tertusuk benda tajam, panas
seperti “terbakar” dan tersengat listrik.
|
Kerusakan
sistem saraf tepi/pusat.
|
Neuralgia
postherapetik, neuropati perifer akibat sekunder diabetes, HIV.
|
Viseral
(lokasinya tidak jelas)
|
Nyeri
seperti diremas, kram, tertekan, distensi, seperti rasa bengkak, teregang,
tumpul
|
Obstruksi
usus, oklusi darah vena, iskemia, pasca dan sering menjalar di sepanjang
dermatom saraf.
|
Opioid
(gunakan dengan pembedahan toraks/abdomen, asites, nyeri dada.
|
Somatik
( lokasinya jelas seperti di kulit, otot, sendi, dan tulang)
|
Sakit,
berdenyut
|
Inflamasi
pada kulit/jaringan yang dalam/cedera tulang.
|
Penyakit
sendi degeneratif, metastase kanker pada tulang.
|
5. Berdasarkan
penyebabnya
Menurut Penyebabnya,
nyeri dibagi menjadi :
a. Thermik
Disebabkan
oleh perbedaan suhu yang ekstrim
b. Chemik
Disebabkan oleh bahan/zat kimia
c. Mekanik
Disebabkan oleh trauma mekanik
d. Elektrik
Disebabkan
oleh aliran listrik
e.
Psikogenik
Nyeri yang
tanpa diketahui adanya kelainan fisik, bersifat psikologis
f.
Neurologik
Disebabkan
oleh kerusakan jaringan syaraf.
C. PROSES TERJADINYA NYERI
Nyeri
terjadi bila ada kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Kerusakan
jaringan (yang bisa disebabkan oleh thermal, mekanik, dsb; seperti tercantum
dalam tipe nyeri), menyebabkan lepasnya mediator nyeri seperti bradikinin,
histamin, asetilkolin, serotinin, angiotensin, vasopresin yang memberikan
sinyal kepada reseptor nyeri (yang berupa akhiran syaraf bebas yang terletak di
hampir seluruh tubuh), sehingga impuls tersebut dihantarkan ke otak melalui
penghantar impuls nyeri (serat afferen) ke otak untuk diolah dan diterjemahkan.
Secara jelas
proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut:
Adanya stimulus menyebabkan reseptor
di kulit terangsang sehingga mengirimkan impuls melalui syaraf tipe III
(serabut syaraf Delta A) yang bersifat aferen sensoris sehingga sampai di
medula spinalis cornu posterior. Pada radiks posterior, rangsang dari serabut
tebal (Delta A Bermielin) memperkuat tekanan pada sel dalam substansia
gelatinosa sehingga sel substansia gelatinosa menyempit dan menyebabkan
rangsangan sel T (sel transmisi sentral pada radiks posterior) menjadi lemah.
Akibat hantaran impuls yang relatif cepat, impuls diteruskan melalui traktus
spinothalamicus memasuki thalamus untuk memberi tahu rasa nyeri diteruskan ke
daerah postcentralis cortex cerebri.Bersamaan dengan impuls yang dibawa serabut
aferen untuk menghantarkan persepsi nyeri ke pusat, terjadi pula refleks yang
memberitahukan bahwa pada jaringan di sekitar kulit (sensori) sedang mengalami
kerusakan yang menimbulkan rasa nyeri sehingga terjadi gerakan untuk menjauhi
sumber nyeri. Perjalanan impuls refleks ini tentu saja melalui lengkung
refleks. Lintasan untuk membangkitkan refleks tersebut tidak langsung berjalan
ke motor neuron anterior melainkan mula-mula ke dalam kelompok interneuron dan kemudian
ke motor neuron. Sirkuit tersingkat yang mungkin adalah suatu arkus 3-4 neuron,
tetapi kebanyakan dari sinyal refleks tersebar melalui jauh lebih banyak
neuron, hal ini menyangkut sirkuit-sirkuit utama :
- sirkuit
devergens penyebaran refleks-refleks ke otot yang penting untuk penarikan diri,
dalam hal ini bicep brachii.
- Sirkuit
inhibisi otot-otot antagonis dengan bicep dalam hal ini triceps
Selain refleks fleksor yang bersifat
nociceptik tersebut menyebabkan jauhnya lengan dengan sumber asal rangsang yang
menimbulkan nyeri pada kulit, juga terjadi refleks mengusap bagian yang nyeri
dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri. Jadi setelah corteks cerebri mengetahui lokasi rasa nyeri, maka dengan
segera respon dikirim melalui serabut eferen motorik ke efektor.
D. PENGKAJIAN NYERI
Kualitas
dan kegunaan setiap alat pengkajian akan bergantung pada kemampuan orang yang
mengkaji untuk mendengar, meyakini, dan memahami keluhan nyeri pasien.
Pengkajian nyeri harus berkelanjutan, dilakukan secara individual dan dicatat
sehingga semua petugas kesehatan yang terlibat akan memahami keluhan nyeri
pasien. Pengkajian nyeri terdiri dari dua komponen besar, yaitu : pengkajian
subjektif dan objektif.
a.
Pengkajian Subjektif
Individu
merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus
diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya. Pengkajian subjektif
mengacu pada laporan nyeri tentang sensori, afektif dan pengalaman kognitif
nyeri. Laporan pasien tentang nyeri bisa juga dikaji dengan menggunakan
pengkajian PQRSTU.
P
|
Provokatif
(pemicu)
|
Apa
yang memicu nyeri?Apa yang dilakukan ketika nyeri muncul?Apa yang dapat
meringankan nyeri?Apa yang memperburuk nyeri?
|
Q
|
Quality
(Kualitas)
|
Minta
pasien untuk mendeskripsikan nyeri (contoh : tumpul, mati rasa, tertusuk
benda tajam, terbakar, menikam)
|
R
|
Region
or location, radiation (penjalaran)
|
Dimana
nyeri mulai terasa?Apakah nyeri menjalar ke tempat lain?Minta pasien untuk
menunjuk dimana nyeri tersebut terasa.
|
S
|
Severity
and other symtomps ( beratnya gejala)
|
Seberapa
hebat nyeri yang dirasakan?Apakah ada rasa tidak nyaman selain nyeri ( contoh
: nafas pendek, mual, cemas, letih)?
|
T
|
Timing
and Treatment (waktu timbulnya nyeri dan penangannanya)
|
Kapan
nyeri muncul?Berapa lama itu dirasakan? Apakah nyeri hilang
timbul/terus-menerus?Apakah Anda sudah mencoba sesuatu untuk mengurangi nyeri
tersebut?
|
U
|
Understanding
|
Bagaimana
persepsi nyeri klien? Apakah pernah merasakan nyeri sebelumnya? Jika iya, apa
masalahnya?
|
b.
Pengkajian Objektif
Ketika
pengkajian secara verbal tidak mungkin dilakuka, perawat bisa mengobservasi
dari tingkah laku dan fisiologi pasien.
Pengkajian
Nyeri berdasarkan indikator Tingkah Laku dan Fisiologi
|
|
Tingkah
Laku
|
|
Ekspresi
Wajah
|
Menyeringai,
mengerutkan muka, meringis, memejamkan mata dengan kuat, mengepalkan gigi,
alis berkerut, merintih/menangis
|
Pergerakan
Tubuh
|
Immobile,
pergerakan lambat/hati-hati, menyentuh bagian yang nyeri, gelisah
|
Ketegangan
Otot
|
Kekakuan,
tegang, keras.
|
Pemenuhan
dengan ventilator
|
Batuk
|
Suara
|
Mengerang/merintih,
nafas panjang/mendesah, menangis, mendengkur
|
Fisiologi
|
|
Irama
Jantung
|
Meningkat/menurun
|
Tekanan
Darah
|
Meningkat/menurun
|
Status
Respirasi
|
Irama
meningkat/menurun
|
Spo2
|
Menurun
|
End-tidal
CO2
|
Meningkat
atau menurun
|
Keringat
|
General
|
Pucat
|
Kulit
|
Pupil
|
Dilasi
|
E. HAMBATAN PADA PENGKAJIAN DAN
PENATALAKSANAAN NYERI
1. Pada
Pasien
a. Kesulitan
Berkomunikasi
Seringkali pasien tidak bisa
mendeskripsikan nyerinya secara verbal. Bagi pasien yang tidak bisa
berkomunikasi, perawat bisa menilai dari tingkah laku dan fisiologinya. Jika
disana sepenuhnya tidak ditemukan hal-hal yang menguatkan penegakan diagnosa
nyeri, petugas kesehatan menggunakan konsep bahwa jika ada trauma, penyakit,
cedera, atau prosedur yang menyakitkan bagi pasien, itu semua pasti akan
megakibatkan nyeri.
b. Gangguan
Tingkatan Kesadaran
Pasien yang dalam keadaan koma
sulit untuk mengkaji nyerinya karena pengakuan nyeri tergantung pada respon
cortical.
c. Orang
Tua
Banyak pasien yang telah berusia
lanjut/tua tidak mengeluhkan tentang nyeri yang dialaminya karena mereka
menganggap nyeri yang dirasakan normal terjadi akibat dari konsekuensi penuaan
atau mereka takut untuk mengganggu petugas kesehatan. Keadaan menggigau,
demensia, atau penurunan kognitif merupakan faktor penghambat pengkajian nyeri.
d. Pengaruh
Budaya
Pengaruh budaya mungkin menyulitkan
dalam pengkajian nyeri, seperti perbedaan bahasa dengan petugas kesehatan.
Dalam hal ini, petugas bisa memfasilitasi komunikasi dengan menggunakan skala
nyeri 0-10.
e. Kurang
Pengetahuan
Secara relatif hambatan dalam
mengkaji nyeri secara akurat terlihat pada kurangnya pengetahuan umum dan
penatalaksanaan mengenai nyeri. Pasien dan keluarga pasien takut akan resiko
kecanduan terhadap pengobatan nyeri. Ini penting dalam kegawatdaruratan
mengajarkan pasien dan keluarganya tentang pentingnya kontrol nyeri dan
penggunaan opioid dalam pengobatan penyakit pasien yang kritis.
2. Pada
Petugas Kesehatan
Kendala dalam pelayanan kesehatan seperti
:
·
Pengetahuan yang terbatas tentang
obat-obat analgetik
·
Pengkajian nyeri yang tidak memadai
·
Ketakutan terhadap adiksi
·
Kekhawatiran terhadap efek samping dan
toleransi obat
·
Ketakutan bila tindakan yang dilakukan
menutupi gejala yang dapat menjadi petunjuk diagnostik
·
Perbedaan etnik dan budaya serta kendala
bahasa antara petugas yang memberikan pelayanan kesehatan dan pasiennya.
F. PENATALAKSANAAN NYERI
Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis dan
nonfarmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan
pasien secara individu. Analgesik yang tepat digunakan sesuai yang diresepkan
dan jangan dianggap hanya sebagai upaya terakhir ketika tindakan pereda nyeri
lainnya tidak berhasil. Semua intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan
sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar sering dicapai
jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan.
1. Pengelolaan
Farmakologi
Farmakologi nyeri dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
·
Opioid agonists (morphine, fentanyl,
hydromorphone, meperidine, codeine, dan methadone)
·
Nonopioids (acetaminophen, nonsteroidal
antiinflammatory drugs [NSAIDS]
·
Adjuvants (anticonvulsants,
antidepressants, local anesthetics)
2. Pengelolaan
Non Farmakologi
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung
untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri.
Namun begitu, banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis yang dapat membantu
dalam menghilangkan nyeri.
a. Stimulasi
Saraf Elektrik Transkutan (TENS)
Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS) menggunakan
unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit
utnuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area
nyeri. TENS telah digunakan baik pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. TENS
diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri
(non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang mentransmisikan
nyeri. Terapi TENS digunakan untuk penatalaksanaan nyeri untuk orthopedic,obstetric,
dan post operasi.
b. Teknik
Kognitif
·
Relaksasi
Relaksasi
adalah metode yang paling baik untuk mengurangi distress yang berhubungan
dengan nyeri. Relaksasi menurunkan konsumsi oksigen dan ketegangan otot dan
bisa menurunkan irama jantung dan tekanan darah.Teknik relaksasi bisa dilakukan
seperti mengajarkan pasien teknik nafas dalam.
·
Distraksi
Distraksi mencakup
memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri, dapat menjadi
strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung
jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
·
Imajinasi Terpimpin
Imajinasi
terpimpin adalah teknik yang digunakan untuk mengontrol nyeri yang berlebihan.
Ini bisa digunakan untuk ditraks/relaks.
·
Terapi Musik
Terapi
musik merupakan intervensi untuk relaksasi. Musik dapat memberikan efek
ketenangan.Ini penting untuk mengedukasi pasien dan keluarganya mengenai aturan
musik yang bersifat relaksasidan juga menyediakan pilihan musik untuk pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Donna D,
Ignatavicius, Marly VB.,1991, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach, WB Saunders Company, Pensylvania
Oman,
Kathleen, dkk. 2008. Panduan Belajar
Keperawatan Emergensi. EGC:Jakarta
Samekto
M.IW, dkk, 1991, Nyeri Pengenalan dan Tatalaksana, Badan Penerbit Undip :Semarang
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Brunner&
Suddarth Vol.1, Edisi 8. EGC: Jakarta.
Urden,
Linda., Stacy, Kathleen. dan Lough, Mary. 2008 . Priorities in Critical Care Nursing. Mosby Elsevier :Canada
Donna D, Ignatavicius, Marly VB.,1991, Medical
Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, WB Saunders Company,
Pensylvania, 1991, 108.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!