A.
Pengertian
Syok adalah suatu keadaan dimana oksigenasi
jaringan dan perfusi jaringan tidak adekuat yang disebabkan karena adanya
gangguan sirkulasi.
Syok adalah
proses patofisiologi kompleks yang sering berasal dari syindrom disfungsi dan kematian beberapa
organ.
Syok yaitu hambatan di dalam peredaran darah
perifer yang menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan
sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme ( Theodore, 93 ), atau suatu
perfusi jaringan yang kurang sempurna.
Syok merupakansuatu
keadaan klinis akibat perfusi ajringan yang tidak adekuat.
B. Patofisiologi
Syok
menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya
aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam
penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun
saling berkaitan yaitu ; jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban
akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu faktor ini kacau dan faktor lain
tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah
arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah
jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer
meningkat.
Menurut
patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu : 5,10
1. Fase
Kompensasi
Penurunan curah
jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan
perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme
kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke
jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang
vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya
penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi
peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung
dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran
darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri
untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase
Progresif
Terjadi jika
tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor
utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga
terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan
seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya
terjadi kematian sel.
Dinding
pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler
diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung.
Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi
koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran
darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak.
Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan
terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin)
yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung).
Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus,
pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri
dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul
sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak,
integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan
perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi
asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan
asam karbonat di jaringan.
3. Fase
Irrevesibel/Refrakter
Karena
kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal
sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru
menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya
anoksia dan hiperkapnea.
C.
Derajat Syok
Menentukan derajat syok
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih
lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya
sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama
seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin
kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran
relatif masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok
beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut
terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan
asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG
abnormal, curah jantung menurun).
D. Tahapan Syok
Tahapan syok
1. Tahap
awal
·
Aktivitas sistim saraf
simpatis melawan sistim saraf parasimpatis.
·
Ditandai oleh
vasokonstriksi selektif: ginjal, otot, kulit dan splanknik -> memperbaiki
sirkulasi otak dan jantung
·
Penurunan aliran darah
koroner mengakibatkan metabolisme anaerob dan dilatasi arteri
·
Ginjal melepaskan
hormon epinefrin, merepinefrin, glikokortikoid, renin – angiotensin –
aldosteron
·
Pituitari anterior yang
menyebabkan sekresi ADH
·
Peningkatan produksi
energi, volume sirkulasi, dan konstraktilitas menyebabkan peningkatan CO
2. Tahap
lanjut
Bila kompensasi
awal gagal, vasokonstriksi berlanjut dengan penurunan MPA menyebabkan perfusi
jaringan tidak adekuat dan hipoksia. Metabolisme anaerob sistemik memproduksi
asam laktat sehingga menyebabkan asidosis metabolik. Penurunan produksi ATP
menyebabkan gangguan transpor membran sehingga terjadi edema sel dan ruptur
sel. Respon renal berlanjut sehingga memperburuk fungsi jantung. Keadaan ini
menyebabkan penurunan CO.
3. Tahap
irreversible
Kompensasi tidak mampu
mempertahankan perfusi otak jantung. Depresi fungsi miokard berlanjut. Iskemia
otak menyebabkan depresi fungsi neuron sehingga kehilangan mekanisme kompensasi
neuronal sentral. Vasokonstriksi mikrosirkulasi menyebabkan penurunan veneus
return.
Syok Hivopolemik
- Definisi
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling
umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung
dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler
menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler
ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume
cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi
jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini
akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat
badan 70 kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah
yang cepat (syok hemoragik).
b. Etiologi
·
Kehilangan darah
ü Dapat
akibat eksternal seperti melalui luka terbuka
ü Perdarahan
internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini diodalam
thoraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas
·
Kehilangan Plasma
merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cidera berat atau inflamsi
peritoneal
·
Kehilangan cairan dapat
disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui jalur
gastrointestinal, urinarius, atau kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian
yang adekuat.
- Patofiasiologi Syok Hipovolemik
Tubuh manusia berespon
terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai
berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Sistem hematologi berespon
terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade
koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan A2
lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2
lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh
darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan
fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada
awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan
ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus,
arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler
juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan
mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.
Sistem renalis berespon
terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin dari apparatus
juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I,
yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati.
Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan
pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada
reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
d. Tanda-tanda
Klinis
·
Status mental
Perubahan
dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok. Ansietas, tidak tenang,
takut, apatis, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan-kelainan ini
menunjukkan adanya perfusi cerebal yang menurun.
·
Tanda-Tanda Vital
ü Tekanan
darah
Perubahan
awal dari tekanan darah akibat
Hipovolemia adalah adanya pengurangan selisih antara tekanan siastolik dan
sistolik. Ini merupakan akibat adanya peningkatan tekanan diastolic yang
disebabkan oleh vasokontraksi atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik
dipertahankan pada batas normal sampai terjadinya kehilngan darah 15-25 %.
ü Denyut
Nadi
Takikardi
postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah karakteristik untuk syok.
Tatikardi dapat tidak ditemukan pada pasien yang diobati dengan beta bloker.
ü Pernafasan
Takipneu
adalah karakteristik, dan alkalosis respiratorius sering ditemukan pada tahap
awal syok.
·
Kulit
ü Kulit
dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik. Secara keseluruhan mudah
berubah menjadi pucat.
ü Vena-vena
ekstremitas menunjukkan tekanan yang rendah ini yang dinamakan vena perifer
yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.
·
Gejala Lain
Pasien
mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang sangat.
e. Tahap
Syok Hipovolemik
Tahap I :
Tahap I :
·
terjadi bika kehilangan
darah 0-10% (kira-kira 500ml)
·
Terjadi kompensasi
dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih dapat Dipertahankan
Tahap II:
·
terjadi apabila
kehilanagan darah 15-20%
·
tekanan darah turun,
PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.
Tahap III
·
bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
·
terjadi penurunan :
tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara cepat
·
terjadi iskemik pada
organ
·
terjadi ekstravasasi
cairan
f.
Penatalaksanaan
·
Pemantauan
Parameter
dibawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan : denyut jantung,
Frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP) dan pengeluaran
urin. Pengeluaran urin yang kurang dari 30ml/jam (atau 0,5 ml/kg/jam)
menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat
·
Penatalaksanaan
pernafasan
Pasien harus
diberikan aliran oksigen yang tinggi
melalui masker atau
Kanula.
Jalan napas yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandubula
yang tepat dan aliran pengisapan darah dan sekret yang sempurna. Penentuan gas
darah arterial harus dilakukan untuk mengamati ventilasi dan oksigenasi. Jika
ditemukan kelainan secara klinis atau laboratorium analisis gas darah, pasien
harus diintubisi dan diventilasi dengan ventilator yang volumenya terukur.
Volume tidal harus diatur sebesar 12 sampai 15 ml/kg, frekuensi pernapasan
sebesar 12-16 permenit. Oksigen harus
diberikan untuk mempertahankan PO2 sekitar 100mmHg. Jika pasien “melawan”
terhadap ventilator, maka obat sedatif atatu pelumpuh otot harus diberikan.
Jika cara pemberian ini gagal untuk menghasilkan oksigenase yang adekuat, atau
jika fungsi paru-paru menurun harus menambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir
positif
·
Pemberian cairan
a. Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan
ringer laktat atau larutan garam fisiologis secara cepat. Umumnya paling sidikt
1-2 liter larutan RL harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau bisa lebih
cepat lagio bila dibutuhkan. Jika hipotensi dapat diperbaiki dan tekanan darah
tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa kehilangan darah sudah minimal. Jika
hipotensi tetap berlangsung harus dilakukan tranfusi darah pada pasien ini
secepat miungkin dan kecepatan serta jumalah yang diberikan disesuaikan dari
respon yang dipantau.
b.
Celana militer anti
syok (MAST = Military Antishock Trousers)
Tekanan berlawanan eksternal dengan pakaian MAST
bermanfaat sebagai terapi tambahan pada terapi penggantian cairan. Pakaian MAST
ini dikenakan pada kedua tungkai atau abdoomen pasien, dan masing-masing ketiga
kompartemen individual ini dapat dikembungkan. Pakaian ini meristribusikan
darah dari ekstremitas bawah ke sirkulasi sentral dan mengurangi darah arterial
ke tungkai dengan memprkecil diameter pembuluh darah.
·
Kontari indikasi
pemakaian MAST
ü Edema paru yang bersamaan
ü Kehamilan . Ini hanya ber4laku pada kompartemen abdomen
·
Hal yang peerlu
diperhatikan
ü Pakaian mast dapat meningkatkan kejadian perdarahan
karena cidera diafragmatik.
ü Pemakaian yang
lama (24-48 jam) pada tungkai yang cedera dapat menyebabkan timbulnya sindrom
kompartemen pada fascia.
·
Vasopresor
Pemakain vasopresor pada penangan syok hipovolemik
akhir-akhir ini kurang disukai alasannya adalah bahwa ha ini akan lebih
megurangi perfusi jaringan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakana sementara
untuk meningkatkan tekanan darah sampai mendapatkan cairan pengganti yang
adekuat. Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit
koroner atau penyakit pembuluh darah otak yang berat, hal yang digunakan adalah
Norepineorin 4-8 Mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam air ( D5W,
atau metaraminor, 5-10 ml yang dilarutkan dalam 500ml D5W yang bersifat
pasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada jantung.
Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.
- Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Syok
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
Defisit volume cairan
|
Pasien akan normovolemik
|
1.
Kaji status volume
cairan ( TD, FJ, FP, suhu, bunyi jantung) setiap 1 jam
2.
Berikan cairan IV
sesuai instruksi
3.
Kaji semua data
laboratorium
4.
Monitor irama jantng
5.
Berikan obat dan
elektrolit sesuai instruksi
6.
Berikan pengobatan
β-adrenerjik sesuai instruksi
|
Penurunan curah jantung
|
Mempertahankan curah jantung untuk
menjamin perfusi jaringan
|
1.
kaji dan pantau
status kardiovaskuler setiap 1-4 jam atau sesuai indikasi ; warna kulit,
denyut nadi, TD, parameter hemodinamik, denyut nadi perifer dan irama jantung
2.
Berikan cairan IV
sesuai instruksi
3.
Berikan dopamine,
dobutamin atau ephinephrin sesuai instruksi untuk mempertahankan TD yang
memadai ( > 90 mmHg sistolik)
4.
Berikan Nipride
sesuai instruksi
5.
Pantau Hb dan Ht
6.
Pantau Asidosis
dengan AGd setiap hari
|
Resiko tinggi terhadap infeksi
|
Cegah infeksi nosokomial dan tangani
mikroorganisme yang teridentifikas
|
1.
Dapatkan biakan darah
sesuai instruksi
2.
Dapatkan urin, sputum
dan drainase luka untuk biakan sesuai indikasi
3.
Temani pasien pada
pemeriksaan radiologi diagnostic
4.
Pantau S, VS dan SDP
5.
Berikan antibiotic
sesuai instruksi
6.
Pantau kadar obat
antibiotic sesuai instruksi
7.
Berikan obat-obat
lain :
Antihistamin,
NSAIDs, antibody monoclonal, steroid
8.
Gunakan teknik
aseptic yang ketat saat menangani aliran infasive, kateter,
selang-selang dsb
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Memahami tanada dan Gejala
Syok anafilaktik. http://www.blogdokter.net/2010/06/20/memahami-tanda-dan-gejala-syok-anafilaktik/.
Diakses tanggal
28 Maret 2011
Eliastham, Michael. Dkk. Buku Saku
Penuntun Kedaruratan Medis (5 ed.).1998. Jakarta. EGC
Jevan, Philip, Beverley ewens, melame
Humprays. 2008. Nursing Medical Emergency patiens ( 3 Ed.) Blackwell: United
Kingdom
Urden,L. D;Stesi, K.M. &Lough, M.E.
(2006). Critical care Nursing: Diagnosis and management (5 ed.. Misouri: Mosby
dapat membantu, terimakasih
BalasHapusdapat membantu, terimakasih
BalasHapusizin coppas
BalasHapusMantap ni artikelnya sangat membantu
BalasHapustapi lebih kerennya lagi template blognya
bisa animasi, jadi asi mainin kursornya