Senin, 07 Mei 2012

ROLE PLAY MASALAH PSIKOSOSIAL PADA WANITA DAN LANSIA KORBAN BENCANA ALAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan menjadi  rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak psikologis  jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi , psikosomatis  (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung  : konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain  juga akan  menyusul, ini adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam berbagai golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik, banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak fisik dari  bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.

1.2Tujuan
a.      Untuk mengetahui dampak psikososial bencana pada wanita dan lansia
b.     Untuk mengetahui terapi psikososial pada wanita dan lansia




BAB II
PEMBAHASAN

2.1Dampak Psikososial Dalam Bencana
a.      Dampak psikologis pada individu
Dalam bencana tidak ada patokan yang kaku tentang tahapan dalam merespon bencana, ada banyak variasi pada setiap tahap dan tahap tumpang tindih.  Oleh karena itu munculnya gejala gangguan psikologis dapat bervariasi, tergantung banyak factor, namun bisa mencapai 90% atau bahkan lebih korban akan menunjukkan setidaknya beberapa gejala psikologis yang negatif setelah beberapa jam paska bencana . Jika tidak diatasi dan diselesaikan dengan tepat dan cepat, reaksi tersebut dapat menjadi gangguan psikologis yang serius.
1.     Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini adalah  masa beberapa jam atau hari  setelah bencana. Pada tahap ini kegiatan bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan penyintas dan berusaha untuk menstabilkan situasi. Penyintas harus ditempatkan pada lokasi yang aman dan terlindung, pakaian yang pantas, bantuan dan perhatian medis, serta  makanan dan air yang cukup.
Gejala-gejala dibawah ini dapat muncul pada tahap tanggap darurat:
·        Kecemasan berlebihan
Korban menunjukkan tIbu-ibu/Bapak-tIbu-ibu/Bapak  kecemasan, mudah terkejut bahkan oleh hal-hal yang sederhana, tidakmampu untuk bersantai, atau tidak mampu untuk membuat keputusan.
·        Rasa bersalah
korban  yang selamat, namun anggota keluarganya meninggal, seringkali kemudian menyalahkan diri sendiri. Mereka  merasa malu karena telah selamat, ketika orang yang dikasihinya meninggal.
·        Ketidaksatbilan emosi dan pikiran
Beberapa korban mungkin menunjukkan kemarahan tiba-tiba dan bertindak agresif atau sebaliknya, mereka menjadi apatis dan tidak peduli, seakan kekurangan energi. Mereka menjadi mudah lupa ataupun mudah menangis.
·        Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histeris ataupun gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan terlalu perilaku tidak teratur juga dapat muncul.
2.     Tahap Pemulihan
Setelah situasi telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang. Disisi lain, euforia bantuan mulai menurun, sebagian sukarelawan sudah tidak datang lagi dan bantuan dari luar secara bertahap berkurang. Para korban mulai menghadapi realitas. Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma muncul, misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized," "Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi ".
Akut  Stress Paska Trauma
Gejala-gejala dibawah ini adalah normal, sebagai reaksi atas kejadian yang tidak normal (traumatik). Biasanya gejala-gejala diawah ini akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu.  
·        Emosi
Mudah menangis ataupun kebalikkannya yakni mudah marah, emosinya labil, mati rasa dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, gelisah, perasaan ketidakefektifan, malu dan putus asa.
·        Pikiran
Mimpi buruk, mengalami halusinasi ataupun disasosiasi, mudah curiga (pada penyintas kasus bencana karena manusia), sulit konsentrasi, menghindari pikiran tentang bencana dan menghindari tempat, gambar, suara mengingatkan penyintas bencana; menghindari pembicaraan tentang hal itu
·        Tubuh
Sakit kepala, perubahan siklus mensruasi, sakit punggung, sariawan atau sakit magh yang terus menerus sakit kepala, berkeringat dan menggigil, tremor, kelelahan, rambut rontok, perubahan pada siklus haid, hilangnya gairah seksual, perubahan pendengaran atau penglihatan, nyeri otot
·        Perilaku
Menarik diri, sulit tidur,  putus asa, ketergantungan, perilaku lekat yang berlebihan atau penarikan social,  sikap permusuhan, kemarahan,  merusak diri sendiri,  perilaku impulsif  dan  mencoba bunuh diri

Post Trauma Stress Disorder (PTSD)
Meliputi: Jika setelah lebih dari dua bulan gejala gejala di atas (ASPT) masih ada maka, maka dapat diduga        mengalami PTSD, jika memunjukkan gejala ini selepas 2 bulan dari kejadian bencana:
·        Reecperience atau mengalami kembali
Korban akan mengalami kembali peristiwa traumatic yang mengganggu; misalnya melalui mimpi buruk  setiap tidur,  merasa mendengar, melihat kembali kejadian yang berhubungan dengan bencana, dalam pikirannya kejadian bencana terus menerus sangat hidup, apapun yang dilakukan tidak mampu mengalihkan pikirannya dari bencana.   Pada anak-anak korhan konflik senjata, mereka  bermain perang-perangan berulang-ulang.  
·        Avoidance atau menghindar
Hal-hal yang berkaitan dengan ingatan akan bencana, misalnya menghindari pikiran atau perasaan atau percakapan tentang bencana; menghindari aktivitas, tempat, atau orang yang mengingatkan korban dari trauma, ketidakmampuan untuk mengingat bagian penting dari bencana, termenung terus dengan tatapan dan pikiran  yang kosong
·        Hyperarusal atau rangsangan yang berlebihan
Misalnya kesulitan tidur; sangat mudah marah atau kesulitan berkonsentrasi; jantung mudah berdebar-debar, keringat  dingin, panik dan nafas terengah-engah saat teringat kejadian, kesulitan konsentrasi dan mudah terkejut.




Generalized Anxiety Disorder
Meliputi: Kecemasan yang berlebihan dan khawatir tentang berbagai peristiwa ataupun kegiatan (tidak terbatas bencana). Cemas berlebihan saat air tidak mengalir, seseorang tidak muncul tepat waktu

Dukacita Eksrim
Biasanya, setelah kematian orang yang dicintai. Seringkali respon pertama adalah penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan kadang kemarahan.

Post Trauma Depresi
Depresi berkepanjangan adalah salah satu temuan yang paling umum dalam penelitan terhadap penyintas  trauma. Gangguan ini sering terjadi dalam kombinasi dengan Post Traumatic Stress Disorder. Gejala umum depresi termasuk kesedihan, gerakan yang lambat, insomnia (ataupun kebalikannya hipersomnia), kelelahan atau kehilangan energi, nafsu makan berkurang (atau berlebihan nafsu makan), kesulitan dengan konsentrasi, apatis dan perasaan tak berdaya, anhedonia (tidak menunjukkan minat atau kesenangan dalam aktivitas hidup), penarikan sosial, pikiran negatif, perasaan putus asa, ditinggalkan, dan mengubah hidup tidak dapat dibatalkan,  dan lekas marah.

3.     Tahap Rekonstruksi.
Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan yang stabil mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban mungkin telah sembuh, namun  beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan dengan tepat menunjukkan gejala kepribadian  yang serius dan dapat bersifat permanen. Pada tahap ini risiko bunuh diri  dapat meningkat, kelelahan kronis,  ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, dan kesulitan berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam dan mudah menyerang orang lain termasuk orang-orang yang ia sayangi.  Gangguan ini pada akhirnya merusak hubungan korban dengan keluarga dan komunitasnya.
b.     Dampak Bencana Pada Komunitas
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada komunitas. Paska  bencana dapat saja tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal sebelumnya adalah pekerja yang tangguh), masyarakat yang saling curiga (padahal sebelumnya saling peduli), masyarakat yang mudah melakukan kekerasan (padahal sebelumnya cinta damai). Bencana yang tidak ditangani dengan baik akan mampu merusak nilai-nilai luhur yang sudah dimiliki masyarakat.
Saat korban dipaksa untuk meninggalkan tanah mereka dan bermigrasi di tempat lain, tanpa pelatihan dan bekal yang memadai, tidak hanya kehidupan mereka yang terancam, namun juga identitas dirinya. Mereka dipaksa menjadi peladang padahal sepanjang hidupnya adalah nelayan, ataupun sebaliknya. Sebagai akibat jangka panjangnya, konflik perkawinan meningkat, kenaikan tingkat perceraian pada tahun-tahun setelah bencana dapat terjadi dan juga meningkatnya kekerasan intra-keluarga (kekerasan pada anak dan pasangan).
Pemberian bantuan yang tidak terpola pada akhirnya merusak etos kerja mereka dan terjadi ketergantungan pada pemberi bantuan. Bencana fisik bisa menghancurkan lembaga masyarakat, seperti sekolah dan komunitas agama, atau dapat mengganggu fungsi mereka karena efek langsung dari bencana pada orang yang bertanggung jawab atas lembaga-lembaga, seperti guru atau imam.  Saat guru, tokoh adat atau tokoh agama menjadi korban dari bencana dan tidak dapat mejalankan fungsinya, maka sarana dukungan sosial dalam komunitas menjadi terganggung.

2.2Dampak Psikologis Bencana Pada Wanita
Kondisi psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum perempuan mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti hilangnya rasa percaya diri, muncul kekhawatir bahkan memunculkan gejala phobia yaitu perasaan takut yang berlebihan. Individu dan komunitas mengalami trauma dan tekanan hidup bertubi-tubi dan berkelanjutan.
Situasi demikian dapat menurunkan motivasi untuk mempertahankan hidup selanjutnya. Selain implikasi psikososial yang pada umumnya muncul dikalangan perempuan, biasanya mereka mengalami pengalaman traumatis dimana daya penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan mengalami kendala. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
a.       Gambaran umum tentang dirinya,
b.      Dukungan sosial yang diterimanya,
c.       Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri,
d.      Tingkat keparahan,
e.       Pengalaman traumatik
Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka. Sebagian besar dari korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang paling popular adalah stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi korban-korban bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau internal yang memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup individu.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang lebih lebih buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih, tak berdaya dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan mucul akibat ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas mengalami situsi belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak mampu mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan dampak psikososial.

Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai berikut:
1.      Ingatan yang senantiasai mencengkeram berbagai bayangan tentang trauma
2.      Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali
3.      Mimpi buruk
4.      Gangguan tidur
5.      Gangguan makan (muntah/mual)
6.      Gangguan saat mengingat traumna
7.      Ketakutan
8.      Kewaspadaan yang berlebih
9.      Kesulitan mengendalikan emosi
10.  Kesulitan berkonsentrasi

2.3Dampak Psikologis Bencana Pada Lansia
Para lansia telah mengalami penurunan kemampuan fisik dan mental. Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga sudah sangat jauh berkurang, sehingga sangat rentan terhadap perubahan. Selain itu kaum lanjut usia ini juga telah kehilangan peran, sehingga merasa dirinya tidak berarti dan tidak dibutuhkan lagi oleh keluarganya. Mereka juga rentan terhadap kemungkinan diabaikan oleh keluarga.

2.4Aktivitas Psikososial Dalam Menanggulangi Dampak Psikososial

a.      Aktivitas Psikososial Berdasarkan Tahap Bencana

Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung
·         Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk mencegah secondary trauma
·         Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid), misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis
·         Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.
·         Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
·         Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
Tahap Pemulihan: Bulan pertama
·         Lanjutkan tahap tanggap darurat
·         Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek trauma
·         Melatih  konselor bencana tambahan
·         Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
·         Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat
Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua
·         Lanjutkan tugas tanggap bencana.
·         Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau ketangguhan.
·         Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan pertolongan psikologis.
·         Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang membutuhkan.
·         Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya  berbasis lembaga.
      Fase Rekonstruksi
·         Melanjutkan  memberikan layanan  psikologis dan pembekalan bagi pekerja kemanusiaan dan penyintas bencana.
·         Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
·         Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi konselor jika mereka membutuhkannya.
·         Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.

b.     Aktivitas Psikososial pada orang dewasa

1.      Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
2.      Temani mereka
3.      Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
4.      Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya tentang bencana yang menimpa
5.      Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup
6.      Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
7.      Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
8.      Ajak bercIbu-ibu/Bapak dengan menggunakan humor ringan
9.      Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
10.  Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
11.  Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan


c.      Aktivitas Psikososial pada wanita 

Dalam memulihkan diri sendiri :
1.      Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai
2.      Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3.      Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari pikiranpikiran akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara berkelompok
4.      Belajar Ketrampilan Baru
5.      Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya

Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana
1.      Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa, banjir, tsunami, longsor dll) kepada anak dan keluarga
2.      Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki masalah akibat bencana dan peristiwa sulit
3.      Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah
4.      Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan yang dimiliki.
Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas:
1.      Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana yang tinggal di sekitarnya.
2.      Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di komunitas
3.      Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal mengembangkan usaha (industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa informasi lainnya.
4.      Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok
5.      Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat atau pertemuan penyelesaian masalah karena suara perempuan juga penting.

d.   Aktivitas Psikososial pada lansia

1.      Berikan keyakinan yang positif
2.      Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
3.      Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada lokasi penampungan
4.      Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya
5.      Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan

e.      Trauma Healing
Untuk mengatasi trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program trauma healing. Trauma healing merupakan salah satu program yang bertujuan untuk penyembuhan luka trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari anak-anak, dewasa, dan lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat dilaksanakan yaitu:
·      Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dapat dijalankan dengan membentuk FGD (Focus Group Discussion) dimana dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan sebuah topic masalah kemudian mencari pemecahan masalah dari topic yang diangkat dan disepakati.
·      Kegiatan ibadah
Kegiatan ibadah sangat membantu korban bencana dalam menerima apa yang dialaminya dengan ikhlas dan lapang dada. Selain, fisik, rohani korban juga perlu diberikan siraman agar korban tetap tegar dalam menjalani kondisinya saat pasca bencana. Salah satu kegiatan ibadah yang dapat dijalankan untuk korban dewasa yaitu majelis taklim.
·      Kesenian dan keterampilan
Kegiatan kesenian dan keterampilan yang dilakukan hendaknya kegiatan yang dapat menghasilkan uang, sehingga kegiatan ini memberikan manfaat bagi korban dewasa. Diantara kegiatan kesenian dan keterampilan yang dapat dilakukan, yaitu: menyulam, merajut, memasak, dan lain-lain.
·      Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia
Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan kesehatan, bisa dilakukan individu dan kelompok.

BAB III
SKENARIO

Tanggal 20 April 2012, Banjir merendam ratusan rumah warga di Kota P akibatnya, ratusan warga harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut sepanjang Kamis sore hingga Jumat pagi. Serta diperparah meluapnya Sungai B dan air pasang laut.
Satu kelompok relawan yang terdiri dari mahasiswa keperawatan PSIK FK UNAND, datang ke kabupaten S untuk memberikan Trauma Healing pada wanita dan lansia di salah satu desa di Kabupaten S ini, banyak terdapat lansia dengan bermacam-macam trauma (kehilangan rumah, anak/cucu, istri/suami, keluarga).

Pelaksanaan Kegiatan
1.     Topik
Jenis terapi trauma healing       : Terapi relaksasi otot
2.     Sasaran  : Lansia korban gempa dengan rentang usia diatas 65 tahun
3.     Metode
·         Diskusi
·          

4.     Media dan Alat


a.            Waktu dan Tempat
Hari/tanggal                            : Minggu / 6 Mei 2012
Waktu                                      : 09.00-09.30 WIB
Tempat                                    : Balai Desa Bukit Barisan




b.           Pengorganisasian
·         Leader                   : cicilia anita
·         Fasilitator             : Selfi Fauzia
                                 Febbi Aguswari
                                 Fitri Aprilia
·         Ibu 2                      : Widia Enggri Yusri
·         Ibu 3                      : Jhunesti Pratiwi
·         Ibu 4                      : Faraditha nurul putri
·         Bapak                    : M. Fauzan Iqbal

c.            Setting Tempat

                    
                       
                              
         
Keterangan:
: Leader

: Fasilitator
           
: Peserta






STRATEGI KOMUNIKASI

Tahap orientasi
Leader            : “ Assalamu’alaikum Ibu-ibu/Bapak dan Bapak-bapak
Peserta            : “ Wa’alaikum salam”
Leader            :  “Bagaimana kabarnya pagi ini?”
Semua peserta: “ Baik (beberapa orang menjawab à sehat)....”
Leader            : “ Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu-ibu/Bapak/Bapak yang telah meluangkan waktunya untuk datang ke balai desa ini dan bertemu dengan kami ”
Leader            : “ Perkenalkan nama saya Cicilia Anita, biasa dipanggil perawat Cici. Teman saya yang berada ditengah-tengah Ibu-ibu/Bapak sekalian yang berbaju biru, namanya Selfi Fauzia biasa dipanggil Selfi. Dan yang memakai baju hijau namanya Febbi Aguswari biasa dipanggil Febbi, dan yang pakai baju merah namanya Fitri Aprilia Sari biasa dipanggil fitri. Kami bertiga adalah mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran  Universitas Ibu-ibu/Bapaklas.”
Fasilitator       : “ Salam kenal Ibu-ibu/Bapak dan Bapak... “
Leader            : “ Apakah Ibu-ibu/Bapak dan Bapak semua sudah saling kenal?”
Peserta           : “ Sudah dek....”
Leader            : “ Baiklah, kan semuanya udah saling kenal, sekarang kami juga ingin mengenal Ibu-ibu/Bapak. Sekarang kita kenalan dulu ya Bu. Dimulai dari Ibu yang di sebelah kanan saya. Silahkan Bu, perkenalkan nama, nama panggilan, dan alamatnya. “

Masing-masing ibu memperkenalkan diri.
Leader            : “Oke, semua ibu telah memperkenalkan diri, saya ulangi ya Bu. ( Leader menyebutkan nama masing-masing Ibu). Kami datang ke sini agar sejenak melepaskan rasa sedih yang ibu alami pasca bencana yaitu dengan teknik relaksasi otot, gunanya merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah otot. Bagaimana Ibu-ibu/Bapak/Bapak?? Setuju??”
Peserta           : “ Setuju”
Leader:           : “Selama 30 menit ke depan, kami akan membantu Ibu-ibu/Bapak/Bapak dalam relaksasi otot tersebut
Fase kerja
Leader            : “ Sebelumnya apakah sudah ada diantara Ibu-ibu/Bapak yang pernah mencobakan teknik relaksasi otot??”
Ibu-ibu/Bapak: “ Belum”
Leader            : “ Hm.. Baiklah, nanti kita akan latihan teknik relaksasi otot. Bagaimana kalau sebelum memulai acara ini. Kita berdoa dulu?”
Relaksasi otot adalah cara untuk merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah otot. Penekanan utama pada relaksasi otot adalah menstimulasi otak untuk menyadari kemampuannya untuk memilih.
1.         Tarik napas dalam-dalam, lalu tahan hitung 1…2…3....4.....5. (selama kira-kira 15-20 detik). Lalu lepaskan.
2.         Sekarang kerutkan dahi Ibu-ibu/Bapak sebanyak mungkin. Tahan.1…tahan….2….semakin kuat 3…lebih kuat lagi, 4.....5…..Ya…. Lepaskan.. Ulangi lagi……(ulangi 2 kali, shg total 3 kali)
3.         Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
4.         Sekarang buka mata Ibu-ibu/Bapak selebar mungkin. Tahan. Hitung1….2…..3....4...tahan...5 ….Sekarang kendorkan. (Ulangi dua kali)
5.         Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
6.         Tutup mata Ibu-ibu/Bapak sekuat mungkin, rasakan ketegangan disekitar kelopak mata….hitung 1….2…..3…4...5... lepaskan…rilekskan….ulangi lagi dua kali
7.         Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
8.         Sekarang buka mulut Ibu-ibu/Bapak selebar mungkin. Lebih lebar lagi. 1….2…..3…4...5... Ok kembali santai. ulangi lagi dua kali
9.         Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
10.    Tegangkan bibir Ibu-ibu/Bapak dengan memonyongkan mulut Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Ok sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
11.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
12.    Angkat kedua bahu Ibu-ibu/Bapak, bernapaslah dengan normal, 1….2…..3…4...5.... Sekarang jatuhkan tangan. ulangi lagi dua kali
13.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
14.    Sekarang, kepalkan keras-keras tangan Ibu-ibu/Bapak, . Rasakan tegangan yang terjadi. Hitung sampai lima, pada hitungan kelima lepaskan kepalan Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
15.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
16.    Angkat tangan Ibu-ibu/Bapak lagi, lengkungkan jari-jari Ibu-ibu/Bapak ke belakang mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak. 1….2…..3…4...5...  lepaskan dan santai. ulangi lagi dua kali
17.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
18.    Sekarang lengkungkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke belakang. Tahan. Pastikan tangan Ibu-ibu/Bapak santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang lepaskan. ulangi lagi dua kali
19.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
20.    Bungkukkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke depan. Tahan dan pastikan Ibu-ibu/Bapak bernapas dengan normal dan kedua tangan Ibu-ibu/Bapak tetap santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
21.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
22.    Palingkan kepala Ibu-ibu/Bapak ke kanan dan tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…4...5.... Santai, dan kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
23.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
24.    Palingkan kepala ke kiri tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Santai sekarang kembalikan posisi kepala ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
25.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
26.    Sekarang tundukkan kepala Ibu-ibu/Bapak hingga hampir menyentuh dada. Tahan. Sekarang kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
27.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
28.    Sekarang hirup udara dan simpan di dada, sehingga dada Ibu-ibu/Bapak membesar, tahan 1…2…3….4...5.. (ulangi dua kali)
29.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
30.    Pertahankan relaksasi ini, angkat kedua tungkai Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…4...5... Sekarang turunkan.
31.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
32.    Sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak. Lengkungkan sekeras mungkin. 1….2…..3…4...5...
33.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
34.    Lengkungkan jari Ibu-ibu/Bapak ke arah sebaliknya. Perhatikan tegangannya1….2….3. Sekarang santai kembali.
35.    Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
36.    Santai, sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, sekeras mungkin. Ok relaks.
Ini mengakhiri secara resmi prosedur relaksasi ini. Sekarang eksplorasi tubuh Ibu-ibu/Bapak dari kaki ke atas. Pastikan setiap otot santai.
– yang pertama jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, tungkai Ibu-ibu/Bapak…, pantat Ibu-ibu/Bapak…. perut Ibu-ibu/Bapak… bahu Ibu-ibu/Bapak… leher Ibu-ibu/Bapak… mata Ibu-ibu/Bapak… dan terakhir dahi Ibu-ibu/Bapak
Nah, sepertinya semua sudah santai sekarang. Tetaplah duduk (atau berbaringlah) di sana, perhatikan pada rasa hangat yang dihasilkan oleh relaksasi ini. Tahan keadaan ini (kira-kira 1 menit). Sekarang saya akan menghitung dari satu sampai lima. Saat sampai hitungan ke lima saya ingin Ibu-ibu/Bapak membuka mata Ibu-ibu/Bapak dengan perasaan sangat tenang ,santai dan sangat segar.  Satu…merasa sangat tenang; Dua… sangat tenang, sangat segar; Tiga… sangat segar; Empat…; dan Lima.
Fase terminasi
Leader            : “ Bagaimana perasaan Ibu-Ibu/Bapak setelah membuat karya tadi?”
Ibu 1               :” Segar dek
Ibu 2               :” Senang, dek.”
Ibu 4               :” Sering-sering aja kayak gini dek.”
Leader            : “Nanti setelah ini ibu bisa memperlihatkan dan mengajarkan kepada teman-teman ibu. Jika memungkinkan, Ibu bahkan bisa membentuk kelompok untuk melakukan teknik relaksasi otot ini
Leader                        : “ Karena semua acara kita udah selesai,, kita akan menutup acara ini dengan membacakan  lafaz Alhamdulillah. Sampai ketemu lagi di lain waktu. Kami berharap kedatangan kami ke sini memberi manfaat bagi Ibu-Ibu/Bapak semua. Mohon Maaf Atas Semua kesalahan. Saya tutup dengan Asslamualaikum. Wr.wb. “
Peserta           : “ Wa’alaikum salam. “










1 komentar:

  1. kok nggak ada daftar pustakanya sih....serasa kurang komplit

    BalasHapus

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!