BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Berbagai bencana telah
menimbulkan korban
dalam jumlah yang besar. Banyak korban yang
selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan
menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak
psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati
rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan
berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak psikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas
misalnya depresi ,
psikosomatis (keluhan fisik
yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak langsung :
konflik, hingga perceraian.
Beberapa
gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap kejadian
traumatik dari bencana. Namun
gejala-gejala yang lain juga akan menyusul,
ini adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat
mengancam berbagai golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak,
remaja, wanita dan lansia.
Dalam
banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik, banyak korban bencana akan mengalami
depresi parah, gangguan kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan
emosi lainnya. Bahkan lebih dari dampak fisik dari bencana,
dampak psikologis dapat menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup,
kemampuan social dan merusak nilai-nilai
luhur yang mereka miliki.
1.2Tujuan
a.
Untuk mengetahui dampak
psikososial bencana pada wanita dan lansia
b.
Untuk mengetahui terapi
psikososial pada wanita dan lansia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Dampak Psikososial Dalam
Bencana
a.
Dampak psikologis pada individu
Dalam bencana
tidak ada patokan
yang kaku tentang tahapan dalam merespon bencana,
ada banyak variasi pada setiap tahap dan tahap tumpang tindih.
Oleh karena itu munculnya
gejala gangguan psikologis dapat bervariasi, tergantung banyak factor, namun
bisa mencapai 90% atau
bahkan lebih korban
akan menunjukkan setidaknya beberapa gejala psikologis yang negatif setelah beberapa jam paska
bencana . Jika tidak diatasi dan diselesaikan dengan tepat dan cepat, reaksi
tersebut dapat menjadi gangguan psikologis yang serius.
1.
Tahap
Tanggap
Darurat
Tahap ini adalah masa beberapa
jam atau hari setelah bencana. Pada tahap ini kegiatan
bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan penyintas dan berusaha
untuk menstabilkan
situasi. Penyintas harus ditempatkan pada lokasi yang aman dan terlindung,
pakaian yang pantas, bantuan dan perhatian medis, serta makanan dan air yang cukup.
Gejala-gejala dibawah ini
dapat muncul pada tahap tanggap darurat:
·
Kecemasan berlebihan
Korban menunjukkan
tIbu-ibu/Bapak-tIbu-ibu/Bapak kecemasan, mudah terkejut bahkan oleh hal-hal yang sederhana,
tidakmampu untuk bersantai, atau tidak mampu untuk membuat
keputusan.
·
Rasa bersalah
korban
yang selamat,
namun anggota keluarganya meninggal, seringkali kemudian
menyalahkan diri sendiri. Mereka merasa malu karena telah selamat, ketika orang yang dikasihinya meninggal.
·
Ketidaksatbilan emosi dan
pikiran
Beberapa korban mungkin menunjukkan
kemarahan tiba-tiba dan bertindak agresif atau sebaliknya, mereka menjadi apatis dan tidak peduli, seakan kekurangan
energi. Mereka menjadi mudah lupa
ataupun mudah menangis.
·
Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histeris ataupun gejala psikotik seperti
delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan terlalu perilaku tidak teratur
juga dapat muncul.
2.
Tahap
Pemulihan
Setelah situasi
telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang. Disisi lain, euforia bantuan mulai menurun, sebagian
sukarelawan sudah tidak datang lagi dan bantuan
dari luar secara bertahap berkurang. Para
korban mulai menghadapi realitas. Pada tahap ini berbagai gejala
pasca-trauma muncul, misalnya "Pasca
Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized,"
"Abnormal Dukacita, " dan "
Post Traumatic Depresi ".
Akut Stress Paska Trauma
Gejala-gejala
dibawah ini adalah normal, sebagai reaksi atas kejadian yang tidak normal
(traumatik). Biasanya gejala-gejala diawah ini akan menghilang seiring dengan
berjalannya waktu.
·
Emosi
Mudah
menangis ataupun kebalikkannya yakni mudah marah, emosinya labil, mati rasa dan
kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, gelisah, perasaan
ketidakefektifan, malu dan
putus asa.
·
Pikiran
Mimpi
buruk, mengalami halusinasi ataupun disasosiasi, mudah curiga (pada penyintas
kasus bencana karena manusia), sulit konsentrasi, menghindari
pikiran tentang bencana dan menghindari tempat, gambar, suara mengingatkan
penyintas bencana; menghindari pembicaraan
tentang hal itu
·
Tubuh
Sakit
kepala, perubahan siklus mensruasi, sakit punggung, sariawan atau sakit magh
yang terus menerus sakit kepala, berkeringat
dan menggigil, tremor, kelelahan,
rambut rontok, perubahan pada siklus haid, hilangnya gairah seksual, perubahan
pendengaran atau penglihatan, nyeri otot
·
Perilaku
Menarik
diri, sulit tidur, putus asa, ketergantungan, perilaku lekat yang berlebihan atau penarikan social, sikap permusuhan,
kemarahan, merusak diri sendiri, perilaku impulsif dan mencoba bunuh diri
Post Trauma Stress Disorder (PTSD)
Meliputi: Jika setelah lebih dari dua bulan gejala gejala di atas
(ASPT) masih ada maka, maka dapat diduga
mengalami PTSD, jika memunjukkan gejala ini selepas 2 bulan dari kejadian
bencana:
·
Reecperience atau mengalami kembali
Korban
akan mengalami
kembali peristiwa traumatic yang mengganggu; misalnya melalui
mimpi buruk setiap tidur,
merasa mendengar, melihat kembali kejadian yang berhubungan dengan
bencana, dalam pikirannya kejadian bencana terus menerus sangat hidup, apapun
yang dilakukan tidak mampu mengalihkan pikirannya dari bencana. Pada anak-anak korhan konflik senjata, mereka bermain perang-perangan
berulang-ulang.
·
Avoidance atau menghindar
Hal-hal
yang berkaitan dengan ingatan akan bencana, misalnya
menghindari pikiran atau perasaan atau percakapan tentang bencana; menghindari
aktivitas, tempat, atau orang yang mengingatkan korban dari trauma, ketidakmampuan untuk mengingat
bagian penting dari bencana, termenung terus dengan
tatapan dan pikiran yang kosong
·
Hyperarusal atau rangsangan yang berlebihan
Misalnya
kesulitan tidur; sangat
mudah marah atau kesulitan berkonsentrasi; jantung mudah berdebar-debar, keringat dingin, panik dan nafas terengah-engah saat
teringat kejadian, kesulitan konsentrasi dan mudah terkejut.
Generalized
Anxiety Disorder
Meliputi: Kecemasan yang berlebihan dan
khawatir tentang berbagai peristiwa ataupun kegiatan
(tidak terbatas bencana). Cemas berlebihan saat air
tidak mengalir, seseorang tidak muncul tepat waktu
Dukacita Eksrim
Biasanya,
setelah kematian orang yang dicintai.
Seringkali respon pertama adalah penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan
kadang kemarahan.
Post
Trauma Depresi
Depresi
berkepanjangan adalah salah satu temuan yang paling umum dalam penelitan terhadap penyintas trauma. Gangguan
ini sering terjadi dalam kombinasi dengan Post Traumatic Stress Disorder. Gejala
umum depresi termasuk kesedihan, gerakan
yang lambat, insomnia (ataupun
kebalikannya hipersomnia), kelelahan atau kehilangan energi,
nafsu makan berkurang (atau berlebihan nafsu makan), kesulitan dengan
konsentrasi, apatis dan perasaan tak berdaya, anhedonia (tidak menunjukkan minat
atau kesenangan dalam aktivitas hidup), penarikan sosial, pikiran negatif, perasaan putus
asa, ditinggalkan, dan mengubah hidup tidak dapat dibatalkan, dan lekas marah.
3.
Tahap Rekonstruksi.
Satu tahun atau lebih
setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan yang stabil mungkin telah
muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban
mungkin telah sembuh, namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan
dengan tepat menunjukkan gejala kepribadian yang serius dan dapat
bersifat permanen. Pada tahap ini risiko bunuh
diri dapat meningkat, kelelahan kronis, ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan
minat dalam kegiatan sehari-hari, dan kesulitan berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam dan mudah
menyerang orang lain termasuk orang-orang yang ia sayangi. Gangguan ini pada akhirnya merusak hubungan
korban dengan keluarga dan komunitasnya.
b.
Dampak Bencana Pada Komunitas
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada
komunitas. Paska bencana dapat saja
tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal sebelumnya adalah pekerja yang
tangguh), masyarakat yang saling curiga (padahal sebelumnya saling peduli),
masyarakat yang mudah melakukan kekerasan (padahal sebelumnya cinta damai).
Bencana yang tidak ditangani dengan baik akan mampu merusak nilai-nilai luhur
yang sudah dimiliki masyarakat.
Saat korban dipaksa untuk meninggalkan tanah mereka dan
bermigrasi di tempat lain, tanpa pelatihan dan bekal
yang memadai, tidak hanya kehidupan mereka yang terancam, namun juga identitas
dirinya. Mereka dipaksa menjadi peladang padahal sepanjang hidupnya adalah
nelayan, ataupun sebaliknya. Sebagai akibat jangka panjangnya,
konflik perkawinan meningkat, kenaikan tingkat perceraian pada tahun-tahun setelah bencana dapat
terjadi dan juga meningkatnya kekerasan
intra-keluarga (kekerasan pada anak dan pasangan).
Pemberian bantuan yang tidak terpola pada akhirnya merusak etos kerja
mereka dan terjadi ketergantungan pada pemberi bantuan. Bencana fisik bisa
menghancurkan lembaga masyarakat, seperti sekolah dan komunitas agama, atau dapat
mengganggu fungsi mereka karena efek langsung dari bencana pada orang yang
bertanggung jawab atas lembaga-lembaga, seperti guru atau imam. Saat guru, tokoh
adat atau tokoh agama menjadi korban dari bencana dan tidak dapat mejalankan
fungsinya, maka sarana dukungan sosial dalam komunitas menjadi terganggung.
2.2Dampak Psikologis Bencana
Pada Wanita
Kondisi
psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum perempuan mengakibatkan
berbagai goncangan psikologis seperti hilangnya rasa percaya diri, muncul
kekhawatir bahkan memunculkan gejala phobia yaitu perasaan takut yang
berlebihan. Individu dan komunitas mengalami trauma dan tekanan hidup
bertubi-tubi dan berkelanjutan.
Situasi demikian dapat menurunkan motivasi untuk
mempertahankan hidup selanjutnya. Selain implikasi psikososial yang pada
umumnya muncul dikalangan perempuan, biasanya mereka mengalami pengalaman
traumatis dimana daya penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan
mengalami kendala. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya:
a. Gambaran umum tentang dirinya,
b. Dukungan sosial yang diterimanya,
c. Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri,
d. Tingkat keparahan,
e. Pengalaman traumatik
Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan
dalam kepribadian yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan
lingkungan sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup
mereka. Sebagian besar dari korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala
yang paling popular adalah stres dan
stres paska trauma yang
seringkali menghinggapi korban-korban bencana. Stres terjadi karena adanya
situasi eksternal atau internal yang memunculkan tekanan atau gangguan pada
keseimbangan hidup individu.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup
dengan kondisi yang lebih lebih buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan
gelisah, sedih, tak berdaya dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang.
Depresi akan mucul akibat ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan
komunitas mengalami situsi belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa
mereka tidak mampu mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan
memberikan dampak psikososial.
Beberapa
gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai berikut:
1. Ingatan yang senantiasai mencengkeram berbagai
bayangan tentang trauma
2. Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali
3. Mimpi buruk
4. Gangguan tidur
5. Gangguan makan (muntah/mual)
6. Gangguan saat mengingat traumna
7. Ketakutan
8. Kewaspadaan yang berlebih
9. Kesulitan mengendalikan emosi
10. Kesulitan berkonsentrasi
2.3Dampak Psikologis Bencana
Pada Lansia
Para
lansia telah mengalami
penurunan kemampuan fisik dan mental. Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga
sudah sangat jauh berkurang, sehingga sangat rentan terhadap perubahan. Selain itu kaum lanjut usia ini juga telah kehilangan
peran, sehingga merasa dirinya tidak berarti dan tidak dibutuhkan lagi oleh
keluarganya. Mereka juga rentan terhadap kemungkinan diabaikan oleh keluarga.
2.4Aktivitas Psikososial Dalam Menanggulangi Dampak Psikososial
a. Aktivitas Psikososial Berdasarkan Tahap Bencana
Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung
·
Menyediakan pelayanan
intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk
mencegah secondary trauma
·
Memberikan pertolongan
emosional pertama (emotional first aid), misalnya berbagai macam teknik
relaksasi dan terapi praktis
·
Berusahalah untuk menyatukan
kembali keluarga dan masyarakat.
·
Menghidupkan kembali
aktivitas rutin bagi anak
·
Menyediakan informasi,
kenyamanan, dan bantuan praktis.
Tahap Pemulihan: Bulan pertama
·
Lanjutkan tahap tanggap
darurat
·
Mendidik profesional lokal,
relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek trauma
·
Melatih konselor bencana tambahan
·
Memberikan bantuan praktis
jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
·
Menghidupkan kembali
aktivitas sosial dan ritual masyarakat
Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua
·
Lanjutkan tugas tanggap
bencana.
·
Memberikan pendidikan dan
pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau ketangguhan.
·
Mengembangkan jangkauan
layanan untuk mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan pertolongan
psikologis.
·
Menyediakan
"debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang
membutuhkan.
·
Mengembangkan layanan
berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya
berbasis lembaga.
Fase Rekonstruksi
·
Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja
kemanusiaan dan penyintas bencana.
·
Melanjutkan program
reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
·
Pertahankan "hot
line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi konselor jika
mereka membutuhkannya.
·
Memberikan pelatihan bagi
profesional dan relawan lokal tentang pendampingan psikososial agar mereka
mampu mandiri.
b. Aktivitas Psikososial pada orang dewasa
1.
Ajak untuk perbanyak
melakukan kegiatan agama
2.
Temani mereka
3.
Ajak
bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
4.
Menjadi
pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya tentang bencana yang menimpa
5.
Dorong korban untuk banyak beristirahat
dan makan yang cukup
6.
Ajak korban melakukan
aktifitas yang positif
7.
Ajak
korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
8.
Ajak bercIbu-ibu/Bapak
dengan menggunakan humor ringan
9.
Ajak berbincang-bincang
tentang kondisi saat ini diluar
10. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
11. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan
harapan
c. Aktivitas Psikososial pada wanita
Dalam memulihkan diri sendiri :
1.
Mengungkap masalah yang
dirasakan kepada orang yang dipercayai
2.
Merawat dan menjaga
kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3.
Melakukan
aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari pikiranpikiran
akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara berkelompok
4.
Belajar Ketrampilan Baru
5.
Mencoba iklas dan mendekatkan
diri kepada-Nya
Membantu keluarganya dalam
memulihkan kondisi pasca bencana
1.
Memberikan pengetahuan dan
informasi mengenai bencana (gempa, banjir, tsunami, longsor dll) kepada anak dan keluarga
2.
Saling mendukung dan
memperhatikan sesama anggota keluarga, serta memberikan perhatian lebih kepada
anggota keluarga yang masih memiliki masalah akibat bencana dan peristiwa sulit
3.
Memberikan dukungan kepada
anak untuk melakukan kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah
4.
Apabila
dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan
kemampuan/ketrampilan yang dimiliki.
Memulihkan sesama perempuan
dalam komunitas:
1.
Saling memberikan perhatian
kepada sesama perempuan korban bencana yang tinggal di sekitarnya.
2.
Saling bercerita dan berbagi
perasaan antar sesama perempuan di komunitas
3.
Saling memberi informasi
kepada sesama perempuan baik dalam hal mengembangkan usaha (industri kecil)
bersama-sama dan dapat berupa informasi lainnya.
4.
Mengajak rekan perempuan
dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kelompok
5.
Bersama-sama ikut memberikan
pendapat dalam rapat atau pertemuan penyelesaian masalah karena suara perempuan
juga penting.
d. Aktivitas Psikososial pada lansia
1.
Berikan keyakinan yang
positif
2.
Dampingi pemulihan fisiknya
dengan melakukan kunjungan berkala
3.
Berikan perhatian yang
khusus untuk mendapatkan kenyamanan
pada lokasi penampungan
4.
Bantu untuk membangun
kembali kontak dengan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya
5.
Dampingi untuk menapatkan
pengobatan dan bantuan keuangan
e. Trauma Healing
Untuk
mengatasi trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program trauma healing.
Trauma healing merupakan salah satu program yang bertujuan untuk penyembuhan
luka trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari anak-anak, dewasa, dan
lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat dilaksanakan yaitu:
·
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dapat dijalankan dengan membentuk FGD (Focus
Group Discussion) dimana dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan sebuah topic
masalah kemudian mencari pemecahan masalah dari topic yang diangkat dan
disepakati.
·
Kegiatan ibadah
Kegiatan
ibadah sangat membantu korban bencana dalam menerima apa yang dialaminya dengan
ikhlas dan lapang dada. Selain, fisik, rohani korban juga perlu diberikan
siraman agar korban tetap tegar dalam menjalani kondisinya saat pasca bencana.
Salah satu kegiatan ibadah yang dapat dijalankan untuk korban dewasa yaitu majelis
taklim.
·
Kesenian dan keterampilan
Kegiatan kesenian dan keterampilan yang dilakukan hendaknya
kegiatan yang dapat menghasilkan uang, sehingga kegiatan ini memberikan manfaat
bagi korban dewasa. Diantara kegiatan kesenian dan keterampilan yang dapat dilakukan,
yaitu: menyulam, merajut, memasak, dan lain-lain.
·
Terapi Aktivitas dan
exercise pada lansia
Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan kesehatan, bisa dilakukan individu
dan kelompok.
BAB III
SKENARIO
Tanggal 20 April 2012, Banjir merendam ratusan
rumah warga di Kota P akibatnya,
ratusan warga harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Banjir terjadi akibat hujan
deras yang mengguyur kawasan tersebut sepanjang Kamis sore hingga Jumat pagi.
Serta diperparah meluapnya Sungai B dan air pasang laut.
Satu kelompok relawan yang
terdiri dari mahasiswa keperawatan PSIK FK UNAND, datang ke kabupaten S untuk
memberikan Trauma Healing pada wanita dan lansia di
salah satu desa di Kabupaten S ini, banyak terdapat lansia dengan bermacam-macam
trauma (kehilangan rumah, anak/cucu,
istri/suami, keluarga).
Pelaksanaan
Kegiatan
1.
Topik
Jenis terapi trauma healing : Terapi
relaksasi otot
2.
Sasaran : Lansia
korban gempa dengan rentang usia diatas
65 tahun
3.
Metode
·
Diskusi
·
4.
Media
dan Alat
a.
Waktu
dan Tempat
Hari/tanggal : Minggu / 6 Mei 2012
Waktu :
09.00-09.30 WIB
Tempat : Balai Desa
Bukit Barisan
b.
Pengorganisasian
·
Leader : cicilia anita
·
Fasilitator :
Selfi Fauzia
Febbi
Aguswari
Fitri Aprilia
·
Ibu 2 :
Widia Enggri Yusri
·
Ibu 3 :
Jhunesti Pratiwi
·
Ibu 4 : Faraditha nurul putri
·
Bapak : M. Fauzan Iqbal
c.
Setting Tempat
Keterangan:
:
Leader
: Fasilitator
:
Peserta
STRATEGI KOMUNIKASI
Tahap
orientasi
Leader : “ Assalamu’alaikum Ibu-ibu/Bapak dan Bapak-bapak”
Peserta : “ Wa’alaikum salam”
Leader :
“Bagaimana kabarnya pagi ini?”
Semua
peserta: “ Baik (beberapa orang
menjawab Ã
sehat)....”
Leader : “ Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu-ibu/Bapak/Bapak yang telah meluangkan
waktunya untuk datang ke balai desa ini dan bertemu dengan kami ”
Leader : “ Perkenalkan nama saya Cicilia Anita, biasa
dipanggil perawat Cici.
Teman saya yang berada ditengah-tengah Ibu-ibu/Bapak sekalian yang berbaju
biru, namanya Selfi Fauzia
biasa dipanggil Selfi.
Dan yang memakai baju hijau namanya Febbi
Aguswari biasa dipanggil Febbi, dan yang pakai baju merah namanya Fitri Aprilia Sari biasa dipanggil
fitri. Kami bertiga adalah mahasiswa Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Ibu-ibu/Bapaklas.”
Fasilitator : “
Salam kenal Ibu-ibu/Bapak dan Bapak...
“
Leader :
“ Apakah Ibu-ibu/Bapak dan Bapak
semua sudah saling kenal?”
Peserta :
“ Sudah dek....”
Leader : “ Baiklah, kan semuanya udah
saling kenal, sekarang kami juga ingin mengenal Ibu-ibu/Bapak. Sekarang kita
kenalan dulu ya Bu. Dimulai dari Ibu yang di sebelah kanan saya. Silahkan Bu,
perkenalkan nama, nama panggilan, dan alamatnya. “
Masing-masing
ibu memperkenalkan diri.
Leader : “Oke, semua ibu telah
memperkenalkan diri, saya ulangi ya Bu. ( Leader menyebutkan nama masing-masing
Ibu). Kami datang ke sini agar sejenak melepaskan rasa sedih yang ibu alami
pasca bencana yaitu dengan teknik relaksasi otot,
gunanya merilekskan kondisi
pikiran tubuh melalui olah otot. Bagaimana Ibu-ibu/Bapak/Bapak?? Setuju??”
Peserta :
“ Setuju”
Leader:
: “Selama 30 menit ke depan,
kami akan membantu Ibu-ibu/Bapak/Bapak
dalam relaksasi otot tersebut”
Fase kerja
Leader : “ Sebelumnya apakah sudah ada
diantara Ibu-ibu/Bapak yang pernah mencobakan
teknik relaksasi otot??”
Ibu-ibu/Bapak:
“ Belum”
Leader : “ Hm.. Baiklah, nanti kita akan latihan teknik relaksasi otot.
Bagaimana kalau sebelum memulai acara ini. Kita berdoa dulu?”
Relaksasi
otot adalah cara untuk merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah otot.
Penekanan utama pada relaksasi otot adalah menstimulasi otak untuk menyadari
kemampuannya untuk memilih.
1.
Tarik napas dalam-dalam, lalu
tahan hitung 1…2…3....4.....5. (selama kira-kira 15-20 detik). Lalu lepaskan.
2.
Sekarang kerutkan dahi Ibu-ibu/Bapak
sebanyak mungkin. Tahan.1…tahan….2….semakin kuat 3…lebih kuat lagi, 4.....5…..Ya…. Lepaskan.. Ulangi
lagi……(ulangi 2 kali, shg total 3 kali)
3.
Tarik nafas…lepaskan
perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
4.
Sekarang buka mata Ibu-ibu/Bapak
selebar mungkin. Tahan. Hitung1….2…..3....4...tahan...5
….Sekarang kendorkan.
(Ulangi dua kali)
5.
Tarik nafas…lepaskan
perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
6.
Tutup mata Ibu-ibu/Bapak sekuat
mungkin, rasakan ketegangan disekitar kelopak mata….hitung 1….2…..3…4...5... lepaskan…rilekskan….ulangi lagi
dua kali
7.
Tarik nafas…lepaskan
perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
8.
Sekarang buka mulut Ibu-ibu/Bapak
selebar mungkin. Lebih lebar lagi. 1….2…..3…4...5...
Ok kembali santai. ulangi lagi dua kali
9.
Tarik nafas…lepaskan
perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
10. Tegangkan
bibir Ibu-ibu/Bapak dengan memonyongkan mulut Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Ok sekarang kembali santai.
ulangi lagi dua kali
11. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
12. Angkat
kedua bahu Ibu-ibu/Bapak, bernapaslah dengan normal, 1….2…..3…4...5.... Sekarang jatuhkan tangan.
ulangi lagi dua kali
13. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
14. Sekarang,
kepalkan keras-keras tangan Ibu-ibu/Bapak, .
Rasakan tegangan yang terjadi. Hitung sampai lima, pada hitungan kelima
lepaskan kepalan Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
15. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
16. Angkat
tangan Ibu-ibu/Bapak lagi, lengkungkan jari-jari Ibu-ibu/Bapak ke belakang
mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak. 1….2…..3…4...5...
lepaskan dan santai. ulangi lagi dua kali
17. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
18. Sekarang
lengkungkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke belakang. Tahan. Pastikan tangan Ibu-ibu/Bapak
santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang lepaskan. ulangi lagi
dua kali
19. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
20. Bungkukkan
punggung Ibu-ibu/Bapak ke depan. Tahan dan pastikan Ibu-ibu/Bapak bernapas
dengan normal dan kedua tangan Ibu-ibu/Bapak tetap santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang kembali santai. ulangi
lagi dua kali
21. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
22. Palingkan
kepala Ibu-ibu/Bapak ke kanan dan tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…4...5.... Santai, dan kembalikan posisi
kepala Ibu-ibu/Bapak ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
23. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
24. Palingkan
kepala ke kiri tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Santai sekarang kembalikan
posisi kepala ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
25. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
26. Sekarang
tundukkan kepala Ibu-ibu/Bapak hingga hampir menyentuh dada. Tahan. Sekarang
kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
27. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
28. Sekarang
hirup udara dan simpan di dada, sehingga dada Ibu-ibu/Bapak membesar, tahan
1…2…3….4...5.. (ulangi dua kali)
29. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
30. Pertahankan
relaksasi ini, angkat kedua tungkai Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…4...5... Sekarang turunkan.
31. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
32. Sekarang
lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak.
Lengkungkan sekeras mungkin. 1….2…..3…4...5...
33. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
34. Lengkungkan
jari Ibu-ibu/Bapak ke arah sebaliknya. Perhatikan tegangannya1….2….3. Sekarang
santai kembali.
35. Tarik
nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan rileks
36. Santai,
sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, sekeras mungkin. Ok relaks.
Ini mengakhiri secara resmi prosedur relaksasi ini.
Sekarang eksplorasi tubuh Ibu-ibu/Bapak dari kaki ke atas. Pastikan setiap otot
santai.
– yang pertama jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, tungkai Ibu-ibu/Bapak…, pantat Ibu-ibu/Bapak…. perut Ibu-ibu/Bapak… bahu Ibu-ibu/Bapak… leher Ibu-ibu/Bapak… mata Ibu-ibu/Bapak… dan terakhir dahi Ibu-ibu/Bapak
– Nah, sepertinya semua sudah
santai sekarang. Tetaplah duduk (atau berbaringlah) di sana, perhatikan pada
rasa hangat yang dihasilkan oleh relaksasi ini. Tahan keadaan ini (kira-kira 1
menit). Sekarang saya akan menghitung dari satu sampai lima. Saat sampai
hitungan ke lima saya ingin Ibu-ibu/Bapak membuka mata Ibu-ibu/Bapak dengan
perasaan sangat tenang ,santai dan sangat segar. Satu…merasa sangat
tenang; Dua… sangat tenang, sangat segar; Tiga… sangat segar; Empat…; dan Lima.
Fase terminasi
Leader : “ Bagaimana perasaan Ibu-Ibu/Bapak setelah membuat karya
tadi?”
Ibu
1 :” Segar dek”
Ibu
2 :” Senang, dek.”
Ibu
4 :” Sering-sering aja kayak
gini dek.”
Leader : “Nanti setelah ini ibu bisa
memperlihatkan dan mengajarkan kepada teman-teman ibu. Jika memungkinkan, Ibu
bahkan bisa membentuk kelompok untuk melakukan teknik
relaksasi otot ini”
Leader : “ Karena semua acara
kita udah selesai,, kita akan menutup acara ini dengan membacakan lafaz Alhamdulillah. Sampai ketemu lagi di
lain waktu. Kami berharap kedatangan kami ke sini memberi manfaat bagi Ibu-Ibu/Bapak semua. Mohon Maaf Atas
Semua kesalahan. Saya tutup dengan Asslamualaikum. Wr.wb. “
Peserta : “ Wa’alaikum salam. “
kok nggak ada daftar pustakanya sih....serasa kurang komplit
BalasHapus