1. DEFENISI
Syok
adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik
yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat organ-organ vital tubuh.
Syok
neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari
syok distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat
vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh
tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera
spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok
neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat kehilangan
atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan
inisiasi dari respon syok umum (Linda D. Urden, 2008).
Syok
neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal cord. Alur system
saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah T6. Kondisi pasien
dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah rendah , keadaan kulit
hangat, normal, lembab Kerusakan alur simpatik dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom
normal (elaine cole, 2009):
·
Kehilangan tonus vasomotor
Sistem saraf simpatik membantu
mengontrol tonus otot pada pembuluh darah (vasomotor tone) pada ekstremitas
bawah dan viscera abdominal. Jika tonus
vasomotor hilang karena kerusakan alur simpatik, pembuluh darah akan tidak
dapat berkontraksi sehingga terjadi vasodilatasi. Hal ini akan menyebabkan
penumpukan darah dan terjadi hipotensi.
·
Kehilangan
inervasi simpatik
Sistem saraf simpatik membantu
inervasi jantung, penyebab takikardi sebagai respon terjadinya hemoragik,
ketakutan atau nyeri. Pada syok neurogenik, sudah terjadi kerusakan pada alur
simpatik, oleh karena itu jika pasien mengalami perdarahan, tidak akan terjadi
takikardi.
Syok hipovolemik banyak mempunyai
kesamaan dengan syok neurogenik. Jika pasien mengalami hipotensi, lebih besar kemungkinan pasien
mengalami syok hipovolemik (elaine cole, 2009)
2. ETIOLOGI
Neurogenik syok disebabkan oleh
beberapa faktor yang menganggu SNS. Masalah ini terjadi akibat transmisi impuls
yang terhambat dan hambatan hantaran simpatik dari pusat vasomotor pada otak.
Dan penyebab utamanya adalah SCI . Syok neurogenik keliru disebut juga dengan syok tulang belakang.
kondisi berikutnya mengacu pada hilangnya aktivitas neurologis dibawah tingkat
cedera tulang belakang, tetapi tidak melibatkan perfusi jaringan tidak efektif
(Linda D. Urden, 2008).
Tipe
syok ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang menstimulasi parasimpatik atau
menghambat stimulasi simpatik dari otot vaskular. Trauma pada syaraf spinal
atau medulla dan kondisi yang mengganggu suplai oksigen atau gulokosa ke
medulla menyebabkan syok neorogenik akibat
gangguan aktivitas simpatik. Obat penenang, anestesi, dan stres hebat
beserta nyeri juga merupakan penyebab lainnya.
3. TANDA DAN GEJALA
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi
pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat
lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis
berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah
pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya
pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak
hangat dan cepat berwarna kemerahan.
4. PATOFISOLOGI
Hilangnya tonus simpatik
mengakibatkan peningkatan vasodilatasi peripheral, menghambat respon baroreseptor,
dan kegagalan termoregulasi. Vasodilatasi arteri mengarah pada penurunan SVR
dan peningkatan tekanan darah. Vasodilatasi vena mengarah hipovolemik relative
dan penumpukkan darah pada aliran vena. Penurunan tekanan darah dan cardiak
output mengakibatkan ketidakadekuatan dan ketidakefektifan perfusi jaringan
5. KOMPLIKASI
6. PENATALAKSANAAN SYOK
NEUROGENIK
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian
vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler
dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong
keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut.
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
(posisi Trendelenburg).
Posisi Trendelenberg
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya
dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi
yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat
dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat
jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat
menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan
resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan
yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan
obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada
perdarahan seperti ruptur lien) :
·
Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis
> 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
·
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam
menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang
rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat.
Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per
infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi
perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian
obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian
obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot
uterus.
·
Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap
dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi
perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa
pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat
menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok
neurogenik.
·
Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang
diakibatkan oleh menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan
darah melalui vasodilatasi perifer.
8.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
1.
Resiko perfusi jaringan: cerebral tidak efektif
Defenisi : resiko penurunan
sirkulasi jaringan srebral
Faktor resiko/ factor yang
berhubungan :
-
abnominal
partial thromboplastin time
-
abdominal
prothrombin time
-
akinetic
left ventricular segment
-
artrosklerosis
aorta
-
pembedahan
arteri fibrilasi atrial
-
miksoma
atrial
-
tumor
otak
-
stenosis
carotid
-
aneurisma
serebral
-
koagulopati
(seperti anemia sel sabit)
-
disseminated
intravascular coagulation
-
embolisme
-
trauma
kepala
-
hiperkolesterolemia
-
hipertensi
-
infeksi
endokarditis
-
thrombosis
anggota badan atrial kiri
-
mechanical
prosthetic valve
-
stenosis
mitral
-
neoplasma
otak
-
recent
myocardial infraction
-
sick
sinus syndrome
-
penyalahgunaan
zat kimiaterapik trombolitik
-
efek
samping berhubungan perawatan (bypass kardiopulmoner, pengobatan
2. Penurunan curah jantung
3.
Hipotermia
Defenisi : suhu tubuh dibawah rentang normal
Batasan karakteristik:
·
suhu
tubuh dibawah rentang normal
·
kulit
dingin
·
kuku
sianosis
·
hipertensi
·
pucat
·
takikardia
·
piloerecksi
·
kapiler
refil lambat
·
menggigil
|
·
kemampuan
kognitif
·
status
neurogikal (status mental) status neurological : kesadaran
·
status
neurogikal : kontrol motor pusaat (prubahan respon motorik)
·
status
menelan (sulit menelan)
·
perfusi
jaringan : serebral
·
termoregulasi
·
termoregulasi:
neonates
|
·
Manajemen syok: Vasogenik
Aktivitas:
- Mengenakan pakaian
ganti untuk mencegah infeksi dan untuk kemajuan pengobatan yang tepat.
- Monitor
keterbatasan tindakan invansif, untuk kemungkinan meluas, menurunkan resiko
infeksi.
- Berikan
antibiotik sesuai jadwal, jika perlu.
- Berikan antihistamin, yang tepat.
- Berikan
epiunefrin SQ segera untuk anafilaxis, jika perlu.
- Jauhkan
stimulus yang menimbulkan reaksi neurogenik, yang tepat.
- Obati hipertermia dengan
antipiretik, matres dingin atau spon mandi.
- Cegah atau
kontrol getaran dengan pengobatan atau dengan menutupi ekstremitas.
- Monitor faktor
koagulasi, termasuk waktu protombin (PT), PTT, fibrinogen, degrtadasi fibrin,
den jumlah platelet, jika diperlukan.
·
Pengobatan Hipotermia
defenisi : penghangatan dan pengawasan umum pada pasien yang memiliki suhu dibawah 35°c
Aktivitas:
-
Hindarkan pasien dari kedinginan, dan
tempatkan pasien dilingkungan yang hangat
-
Hindari klien dari rasa dingin, pakaian
yang basah dang anti dengan yang hangat dan kering
-
Monitor suhu pasien
-
Monitor gejala yang berhubungan dengan
hipotermia, kecemasan, lemah, bingung, apatasi, kerusakan koordinasi dan
perubahan warna kulit
-
Jauhkan dari factor yang mempengaruhi
hipotermia Karena pengaruh aktifitas seperti aktifitas berat dari suhu yang
dingin
-
Tutupi pasien dengan selimut yang hangat
-
Kurangi stimulasi kepada pasien untuk
menghindari pasien dari factor kedinginan
-
Berikan cairan intravena pada suhu 37°c-40°c
-
Berikan oksigen yang tepat
-
Tetapkan ukuran penghangatan eksternal
-
Monitor warna kulit dan temperature
-
Monitor tanda-tanda vital
-
Monitor brakikardi
-
Monitor ketidakseimbangan elektrolit
-
Monitor keseimbangan asam-basa
-
Monitor intake dan output
-
Hindari pemberian medikasi IM dan SC
selama hipotermi
-
Monitor status pernapasan
-
Berikan pasien cairan hangat secara oral
jika klien dapat menelan
-
Monitor status nutrisi
-
Ajarkan pasien mengkonsumsi intake
kalori yang adekuat untuk mempertahankan temperature normal
-
Ajarkan tanda awal dari hipotermi
·
REGULASI SUHU
Defenisi : mencapai
dan/atau mempertahanka suhu tubuh dalam batas normal
Aktivitas:
-
Monitor temperatur tiap 2 hari
-
Monitr temperatur BBL
hingga stabil
-
Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu
inti
-
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
-
Monitor warna kulit dan temperatur
-
Monitor dan laporkan tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
-
Pantau asupan nutrisi dan cairan yang
adekuat
-
Bedung BBl langsung estela lahir untuk
mencegah kehilangna panas
-
Jaga kehangatan suhu tubuh BBL
-
Pakaikan stockinette cap untuk emncegah
kehilangan panas BBL
-
Ajarkan pasien cara ntuk mencegah kelebihan
dan strok panas
-
Tempatkan BBL dalam ruangan isolasi atau dibawah penghangat bila
perlu
-
Diskusikan pentingnya termoregulasi dan
kemungkinan efek negatif dari dingin yang berlebihan
-
Ajarkan pasien, terutama pasien lansia,
cara mencegah hypotermi jira terexpose udara ddingin
-
Ajarkan indikasi dari keletihan dan penatalaksanaan emergency yang tepat
-
Ajarkan indikasi dari hypotermia dan
penatalaksanaan emergency yang tepat
-
Guakan matras panas dan kantong hangat
untuk mengatur perubahan suhu tubuh
-
Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan
pasien
-
Beri obat yang tepat untuk mencegah atu
kontrol menggigil
-
Atur pemberian obat anti piretik
-
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat
untuk mengatur perubahan temperatur.
·
PEMANTAUAN TANDA-TANDA VITAL
Defenisi:Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler,
pernafasan, dan suhu tubuh untuk
menentujan dan mencegah komplikasi
Aktivitas:
-
Monitor tekanan darah, denyut nadi,
temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan
-
Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan
darah
-
Mebgukur tekanan darah ketika pasien
berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan
-
Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan
dan bandingkan, jika diperlukan
-
Mengukur tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika diperlukan
-
Mempertahankan suhu alat pengukur, jika
diperlukan
-
Memantau dan mencatat tnda-tanda dan
syimptom hypothermia dan hyperthermia
-
Memantau timbulnya dan mutu nadi
-
Dapatkan nadi apical dan radial scara
stimultan dan catat perbedaannya, jika diperlukan
-
Mengukur pulsus paradoxus
-
Mengukur pulsus alternans
-
Memantau naik turunnya tekanan nadi
-
Memnatau tingkatan irama cardiac
-
Memantau suara jantung
-
Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan kesimetrisan)
-
Memantau suara paru
-
Mengukur oximetry nadi
-
Memantau pola pernafasan yang abnormal
(e.g. Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan bernafas panjang)
-
Mengukur warna kulit, temperature, dan
kelembaban
-
Memantau sianosis pusat dan perifer
-
Memantau sisi kuku
-
Memantau timbulnya Cushing triad (e.g. naik
turunnya tekanan darah, bradicadya, dan peningkatan tekanan darah systole)
-
Meneliti kemungkinan penyebab perubahan
tanda-tanda vital
-
Memeriksa keakuratan alat yang digunakan
untuk mendapatkan data pasien secara periodic
-
Monitor jari tubuh
|
Daftar Pustaka
- Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course for Physicians. USA, 1993 ; 75 – 94
- Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.
- Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
- Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku: Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 – 499.
- Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku: Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care. Philadelphia, 1989 ; 993 – 1002.
- Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-Indonesia, August 30 – September 1, 1996 ; 1 – 4.
- Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.
- Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care Medicine, 1997.
Kehilangan
keseimbangan vaskular mengakibatkan “Hypovolemia.” Volume darah tidak mengalami
perubahan, tetapi waktu pengisian darah meningkat, jadi Systemic Vascular
Resistance menurun drastis, dengan kata lain tekanan pada nadi tidak adekuat
untuk membawa nutrisi melewati membran kapiler menuju sel. Sebagai
tambahan, bradikardi bisa terjadi dengan
penurunan cardiac ouput yang berkontibusi lebih lanjut terhadap hypotensi
dan penurunan perfusi jaringan. Sebagai
tipe lain dari syok, neurogik syok merupakan penyebab utama kerusakan
metabolisme selular. Majanemen yang
tepat meliputi penggunaan cairan dan pressors
sampai tekanan stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Huether. McCance & Brashers. Rote. Understanding
Patophysiology. 2008. Missouri: Mosby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!