Download makalah DISINI atau klik download link:
http://www.ziddu.com/download/16439910/tifKeperawatanAnakPertumbuhandanPerkembanganAnak.docx.html
http://www.ziddu.com/download/16439910/tifKeperawatanAnakPertumbuhandanPerkembanganAnak.docx.html
Download makalah vers 2 DISINI atau klik download link:
http://www.ziddu.com/download/16439913/ifKeperawatanAnakPertumbuhandanPerkembanganAnak2.docx.html
http://www.ziddu.com/download/16439913/ifKeperawatanAnakPertumbuhandanPerkembanganAnak2.docx.html
PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK
DAN
PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anak dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah miniature orang dewasa, melainkan individu yang sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya dapat terus berjalan. Orangtua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam memberikan perawatan pada anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Dimana terjadi proses interaksi terus menerus serta rumit antara faktor genetika dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah dilahirkan. Setiap orang tua ingin menjadikan anaknya mempunyai taraf kesehatan yang baik, namun banyak faktor yang mempengaruhi terciptanya keinginan tersebut salah satunya adalah tumbuh kembang sang anak itu sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
A. Apa saja factor yang mempengaruhi perspektif keperawatan anak?
B. Apa saja factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
A. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi perspektif keperawatan anak?
B. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
BAB II
2.1 PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK
A. Mortalitas dan Morbiditas Pada Bayi dan Anak-Anak
1. Mortalitas
a) Mortalitas Bayi
Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari-11 bulan)
Proporsi penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004): :
o Penyakit system pernafasan : 29,5 %
o Gangguan perinatal : 29,3 %
o Diare : 13,9 %
o Penyakit sistem syaraf : 5,5 %
o Tetanus : 3,68%
o Infeksi dan parasit lain : 3,5 %
Faktor – faktor yang meningkatkan resiko mortalitas bayi meliputi ras klit hitam, gender laki – laki, gestasi pendek atau panjang, urutan kelahiran, usia maternal dang tingkat pendidikan ibu. Adapun 4 penyebab utama dari terjadinya mortalitas pada bayi yaitu anomali kongenital, gangguan yang berhubunngan dengan gestasi pendek, BBlR yang tidak khas dan sindrom distress pernapasan.
Angka mortalitas bayi dan anak berguna untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan program di bidang kesehatan, sebagai pengukur situasi demografi, sebagai masukan dalam perhitungan proyeksi penduduk, dan untuk mengidentifikasi kelompok penduduk yang mempunyai resiko kematian tinggi.(Robby As,2007)
Di indonesia kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mulai meningkat, ijalankannya program-program kesehatan masyarakat seperti pembasmian malaria dan cacar, Pembangunan baik ekonomi, sosial dan lainnya makin digalakkan ( Hugo dan kawan-kawan, 1987 ).
b) Mortalitas anak-anak
Mortalitas yangterjadi pada anak di atas usia 1 tahun , penyebab yang tersering adalah cedera yang tidak di sengaja.
Penyebab kematian pada anak :
o Kekerasan pada anak
o Penyakit infeksi
o Kondisi perinatal
o Cedera seperti tenggelam, kecelakaan, luka bakar, asfiksiamekanis, keracunan.
Untuk anak berusia lebih dari 1 tahun, angka kematiannya lebih kecil dari angka kematian bayi. Anal berusia 5 sampai 14 tahun mempunyai angka kematian paling rendah. Namun peningkatan terjadi selama masa remaja akhir terutama karena cedera, pembunuhan, dan bunuh diri.
2. Morbiditas
Tidak seperti mortalitas, morbiditas sangat sulit didefenisikan dan mungkin menunjukkan penyakit akut, penyakit kronik, atau ketidakmampuan. Sumber data umum mencakup alas an datang kedokter, diagnosis saat masuk rumah sakit, atau wawancara di rumah tangga. Tidak seperti mortalitas yang direvisi setiap tahun, morbiditas jarang direvisi dan tidak selalu mewakili popilasi umum.
a) Morbiditas anak-anak
Banyak disebabkan oleh penyakit akut :
o Penyakit pernapasan : 50%
o Infeksi dan penyakit parasit : 11%)
o Cedera : 15 %,
o Ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu, misalnya hari tidak datang kesekolah dan hari berbaring ditempat tidur. Tipe penyakit yang didapat anak bervariasi sesuai usia seperti ispa, pnemunia dan cedera. Peningkatan angka morbiditas desebabkan karena terbatasnya akses kesehatan, kemiskinan, derajat ketidakmampuan, dan pendidikan orang tua.
b) Morbiditas baru/penyakit sosial pediatric
Merupakan masalah psikolososial pada anak seperti sossioekonomi yang rendah, keluarga orang tua tunggal, keluhan gangguan fisik kronik, keterampilan membaca yang kurang.
B. Evolusi Pelayanan Kesehatan Anak Di Indonesia
Angka kematian Bayi dan Anak, khususnya bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat tinggal orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial – ekonomi orang tua si bayi.Pengaruh budaya, agama dan kepercayaan terhadap kesehatan anak.
Secara umum AKB di Indonesia sejak awal abad ke-20 cenderung menurun diawali masuknya industrialisasi dari Eropa ke Indonesia ( Hugo dan kawan – kawan, 1987 ).
Berdasarkan pengamatan Cho dan peneliti lainnya ( 1980 ) turunnya angka kematian pada dekade 1930-an ini lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena adanya depresi ekonomi. Kesejahteraan masyarakat nampaknya sudah mulai membaik pada tahun 1950-an dengan dijalankannya program-program kesehatan masyarakat seperti pembasmian malaria dan cacar ( Hugo dan kawan-kawan, 1987 ). Perbaikan gizi keluarga dan masyarakat , serta pembangunan kesehatan mempunyai andil yang cukup memadai dalam menurunkan AKB. Demikian juga halnya dengan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mulai meningkat, sejalan dengan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat. Khususnya Pembangunan baik ekonomi, sosial dan lainnya makin digalakkan, sehingga pendapatan masyarakat dan kesadaran akan kesehatan makin meningkat.
Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa mnutup mata akan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi informasi sevara terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat di bidang teknologi informasi keperawatan.
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit. Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis, sebagai contoh pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan keperawatan, diagnosa medis, dan lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non medis seperti proses penerimaan, proses pembayaran, sampai proses administrasi yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan bentuk pelayanan yang tidak kalah pentingnya.
Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database program aplikasi yang digunakan. Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua tenaga kesehatan yang menggunakan teknologi informasi yaitu semua teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah perawat dengan segala pengetahuannya tentang ilmu keperawatan.
Contoh nyata yang dapat kita lihat di dunia keperawatan Indonesia yang telah menerapkan sistem informasi yang berbasis komputer adalah terobosan yang diciptakan oleh kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Sebelum menerapkan sistem ini hal pertama yang dilakukan adalah membakukan klasifikasi diagnosis keperawatan yang selama ini dirasa masih rancu, hal ini dilakukan untuk menghilangkan ambiguitas dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai kepada upaya identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data terkini dan intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
C. Pengaruh Budaya, Agama dan Kepercayaan Terhadap Kesehatan Anak
Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak juga dipengaruhi oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya. Ini akan mempengaruhi kesehatan anak bahkan dimulai sejak ia masih di dalam kandungan ibunya. Setiap keluarga memiliki pandangan yang berbeda dalam membesarkan anaknya, seperti yang memiliki perbedaan budaya antara keluarga dengan budaya minang dan keluarga berbudaya batak. Hal-hal yang ditanamkan terhadap anak-anak mereka berbeda sehingga pola hidup dan kesehatan anaknya juga berbeda misalnya dalam kesehatan emosional.
1. Adat dan tradisi
Pemahaman berbagai keyakinan mengenai penyebab penyakitdan sakit, serta praktik kesehatan tradisional. Makin banyak perawat mengetahui tentang nilai keyakinan, dan adat kelompok etnis lain maka makin baik mereka memenuhi kebutuhan keluarga dan anak.
o Relativitas budaya merupakan konsep suatu perilaku harus dinilai terlebih dahulu dalam konteks budya asal terjadinya perilaku tersebut. Beberapa budaya mengganggap gender anak dapat mempengaruhi persepsi suatu keluaraga tentang implikasi penyakit. Pengertian penyakit atau tanda dan gejala suatu penyakit juga dipengaruhi oleh budaya, beberapa budaya misalnya mengganggap diare sebagai pembersihan tubuh.
o Hubungan dengan pemberi perawatan kesehatan , dalam banyak kelompok budaya ibu memegang peranan penting dalam kesehatan sementara kelompok lain orang tua sama – sama terlibat. Pendekatan terhadap anak juga dapat di pengaruhi oleh budaya, misanya sebagain keompok merasa bahwa masuknya anak ke rumah sakit merupakan masalah keluarga, anak di lepaskan tanpa campur tangan keluarga di rumah sakit.
o Komunikasi , merupakan suatu distress kelompok karena komunikasi adalah hal terpenting dalam pelayanan keperawatan. Kontak mata juga dapat dipandang berbeda dalam beberapa budaya.
o Kebiasaan makan
o Keyakinan dan prkatik kesehatan merupakan bagian integral dari warisan budaya kesehatan keluarga. Contohnya kekuatan alam, kekuatan supranatural, ketidakseimbangan kekuatan.
o Praktik keseahtan merupakan altrnatif bagi mereka ketika penyembuhan di rumah sakit tidak berhasil.
o Mitos yang dikaitkan dengan pengaruh pranatal.
2. Keyakinan religious
Dimensi religius merupakan pengaruh terpenting dalam kehidupan individu dan memberikan makna terhadap kehidupan serta memberikan sumber cinta. Asuhan keperawatan holistik ditingkatkan melalui integrasi asuhan spiritual dan psikososial. Diantara banyak kematian dan penyakit diyakini sebagai dosa bagi sebagian keperrcayaan dan menganggap bahwa tenaga kesehatan tidak akan mampu melindungi mereka yang di hukum tuhan.
D. Keperawatan Pediatrik
Pediatrik berkenaan dengan kesehatan bayi, anak remaja, , pertumbuhan dan perkembagannya dan kesempatannya untuk mencapai potensi penuh sebagai orang dewasa.Lebih dari seabad yang lalu ilmu pediactrik muncul sebagai kekhususan dalam menanggapi meningkatan kasadaran bahwa problem kesehatan anak berbeda dengan orang dewasa dan bahwa respon anak terhadap sakit dan stres berdeda beda sesuai dengan umur
1. Filosofi Asuhan
a) Asuhan berpusat Pada Keluarga (Family Centered Care)
Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan individu mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989). System pelayanan dan personel harus juga mendukung, menghargai, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan pemberian bantuan efektif (Duns dan Trivette, 1996).
Dua konsep dasar dalam asuhan berpusat kemuarga yaitu:
o Memampukan, dengan menciptakan kesempatan dan cara bagi anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi terbaru mereka dan untuk mendapatkan kemampuan dan kompetensi yang baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarga.
o Pemberdayaan, menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga dalam cara tertentu sehingga mempertahankan atau mendapat kontrol atas kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang dihasilkan dari perilaku membantu yang mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka sendiri (Duns dan Trivette, 1996).
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu memfasilitasi keluarga dalam pemberian tindakan keperawatan langsung, pemberian pendidikan kesehatan pada anak, memperhatikan bagaimana kehidupan social, budaya dan ekonomi keluarga sehingga dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari keluarga tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan. Perawat juga melibatkan keluarga dalam hal ini yaitu dengan cara mengajak kerjasama/ melibatkan dan mengajarkan pada keluarga tentang perawatan anak ketika sehat maupun sakit.
b) Asuhan Atraumatik (Atraumatic care)
Tujuan utama : “DO NO HARM” atau pertama, jangan melukai yaitu :
o Mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua
o Meningkatkan rasa kendali
o Mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri
Contoh pemberian asuhan atraumatik meliputi:
o Pengembangan hubungan orang tua-anak selama dirawat dirumah sakit
o Menyiapkan anak sebelum pelaksanaan terapi dan prosedur yang tidak dikenalinya
o Mengendalikan perasaan sakit
o Memberikan privasi pada anak
o Memberikan aktivitas bermain untuk mengungkapkan ketakutan dan permusuhan
o Menyediakan pilihan untuk anak-anak
o Menghormati berbedaan budaya.
E. Peran Perawat Pediatrik
1. Hubungan terapeutik
Diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan professional dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu kenyamanan anak dan keluarga
2. Family advocacy/caring
Advokasi meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia, diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti memberikan yankes secara langsung pada anak.
3. Disease prevention/Health promotion
Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
4. Health education
Memberikan pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak memahami suatu pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang kesehatan mereka, memberi pedoman antisipasi
5. Support/counseling
Memberikan perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling. Dukungan diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk memudahkan komunikasi nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk pertukaran pendapat, melibatkan dukungan, penyuluhan teknik untuk membantu keluarga mengatasi stress dan mendorong ekspresi perasaan dan pikiran. Yang membantu keluarga mengatasi stress dan memampukan untuk mendapatkan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
6. Pengambil keputusan etis
Prinsipnya, tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan sedikit bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan asuhan keperawatan. Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik professional, hukum, aturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga dan nilai pribadi perawat.
7. Coordination/Collaboration
Bekerjasama dengan spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.
8. Peran restorative
Keterlibatan perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan atas daar konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang berkesinambungan. Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya.
9. Research
Melakukan praktik berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam memberikan intervensi pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan sesuai rasional.
10. Health care planning
Menggunakan perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat melibatkan penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
11. Trend masa depan
Ada beberapa hal yang dituntut :
o Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi kesehatan (promotif)
o Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan melainkan kewajiban
o Perawat dituntut meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, komputer, membuktikan keunikan peran mereka dan dituntut lebih mandiri dan melebihi lingkungan asuhan terdahulu.
2.2 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
A. Tahap Perkembangan
Kebanyakan para ahli menggolongkan pertumbuhan dan perilaku anak kedalam berbagai tahap usia atau istilah yang menggambarkan kelompok usia, namun dalam kenyataannya tahap-tahap tersebut bersifat semena karena tidak mempertimbangkan keunikan dan perbedaan individu sehingga tidak dapat diterapkan ke semua anak.Adapun urutan periode dan subperiode usia perkembangan menurut Wong yaitu:
o Periode prenatal : konsepsi sampai dengan lahir. Cepat lajunya pertumbuhan tergantung yang bersifat total membuat periode ini menjadi periode yang terpenting dalam proses perkembangan.
o Masa bayi : lahir hingga 1 tahun. Masa bayi merupakan masa perkeembangan kognitif , motorik dan social yang cepat.Bersama pemberi asuhan (orang tua ) , bayi membentuk dasar rasa percaya pada dunia dan dasar hubungan interpersonal di masa yang akan datang.
o Masa kanak-kanak awal : 1 sampai 6 tahun. Periode ini mulai dari anak mampu bergerak sendiri , berdiri sampai sang anak masuk sekolah , dicirikan dengan aktivitas yang tinggi dan penemuan-penemuan.
o Masa kanak-kanak pertengahan : 6 sampai 11 atau 12 tahun (usia sekolah).Dimana periode ini , si anak diminta untuk lebih sedikit menjauh dari keluarga dan teralihkan pada interaksinya dengan social baik itu teman sebaya maupun lingkungannya.
o Masa kanak-kanak akhir 11-19 tahun: periode transisi sampai dengan ambang batas masa dewasa.
B. Pola Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang bersifat jelas , dapat diprediksi , kontiniu , dan progresif.Pola ini bersifat mendasar terhadap semua individi tetapi unik dalam hal cara dan waktu pencapaiannya.
Kecendrungan arah
1. Sefalokaudal atau kepala-ke-kaki , ujung dari organism berekembang lebih dahulu , sangat besar dan kompleks , sedangkan ujung bawah lebih kecil dan sederhana dan terbentuk dikahir periode.
2. Proksimimodistal atau dekat ke jauh , konsep dari tengah ke perifer.
3. Differensiasi , perkembangan dari tahap operasional sederhana ke aktifitas dan fungsi yang lebih kompleks.
Kecenderungan Urutan , Pada semua dimensi tumbuh-kembang terdapat urutan yang jelas dan dapat diperkirakan , yang biasanya dialami oleh setiap anak.
Laju perkembangan , tidak sama dengan perkembangan dimana terdapat periode akselerasi dan deselerasi pertumbuhan baik dalam pertumbuhan total maupun pertumbuhan subsistem.
Periode Sensitif. Terdapat batasan waktu selama proses pertumbuhan ketika organism berintekrasi dengan lingkungan tertentu dengan cara yang spesifik. Periode yang disebut periode kritis , seneitif , rentan dan optimal adalah periode dalam kehidupan organism ketika organism tersebut rentan terhadap pengaruh positif atau negative.
C. Perbedaan Individual
Setiap anak tumbuh dengan keunikan dan caranya sendiri. Terdapat varisi yang besar dalan hal usia pencapaian tahap perkembangan. Urutannya dapat diprediksi , namun tidak dengan waktunya. Gender merupakan factor yang berpengaruh karena anak perempuan tampaknya lebih cepat dalam hal pertumbuhan fisiologis di segala usia.
D. Pertumbuhan Biologis dan Perkembangan Fisik
1. Proporsi eksterna
Variasi laju pertumbuhan organ jarinagn dan system organ yang berbeda menghasilkan perubahan yang signifikan pada proporsi tubuh pada anak-anak. Kecenderungan perkembangan sefalokaudal paling nyata terlihat pada pertumbuhan tubuh total. Selama perkembangan janin kepala merupakan bagian tubuh yang paling cepat , dan pada usia gestasi 2 bulan kepala mencapai 50% dari total panjang badan. Selama masa bayi , pertumbuhan batang mendominasi , tungkai merupakan bagian yang tumbuh paling cepat selama masa kanak-kanak.
2. Determinasi Biologis dari pertumbuhan dan Perkembangan
Gambaran paling menonjol dari masa kanak-kanak dan remaja dan pertumbuhan fisik. Selama perkembangan berbagai jaringan di dalam tubuh mengalami perubahan pertumbuhan , komposisi , dan struktur.Pertumbuhan linear atau tinggi badan , hamper seluruhnay terjadi akibat pertumbuhan tualng rangka dan dianggap sebagai pengukuran pertumbuhan umum yang stabil.
3. Perkembangan dan maturasi tulang rangka
Pengukuran yang paling akurat dari perkembangan umum adalah tulag rangka atau usia tulang , pemeriksaan radio logis untuk menentuakn maturasi tulang. Usia tulang rangka tampaknya lebih berhubungan erat dengan pengukuaran maturitas fisiologis lainnya ( seperti awitan menarke ) daripada usia kronologis atau tinggi badan. Usia tulang ini ditentukan dengan membandingkan mineralisasi pusat osifikasi pusat tulang dan bentuk bentuk tulang yang terkait usia.pusat osifikasi pertama kali muncul pada usia embrio dua bulan.
4. Maturasi neurogik
Berbeda dengan dengan jarinagn tubuh lainnya , yang tumbuh dengan cepat setelah kelahiran , sistim saraf tumbuh secara proporsional lebih cepat sebelum kelahiran. Pertumbuhannya terjadi secara cepat pada masa bayi sampai masa kanak-kanak awal dan melambat pada masa kanak-kanak akhir dan remaja. perkembangan neurologic terkadang digunakan sebagai indikator usia maturasi pada minggu-minggu awal kehidupan.
5. Jaringan limfoid
Jaringan limpoid yang terdapat dalam nodus limfe , timus , limpa , konsil , adenoid , dan limfosit darah mengalami pola pertumbuhan yang tidak sama dengan pola pertumbuhan jaringan lainnya. Jaringan limfoid berukuraan kecil, tetapi telah berkembang dengan baik pada saat lahir. Jaringan ini mencapai ukuran dewasa dengan cepat pada usia 6 bulan. Pada usia 10-12 bulan, jaringan ini mencapai perkembangan maksimal yang kira-kira dua kali ukuran dewasa. Pada masa remaja, terjadi penurunan yang cepat.
6. Perkembangan system organ
Semua jariangan dan sistim organ mengalami perubahan selama perkembangan. Berapa diantaranya berkembang sangat mencolok , sedangkan yang lain lebih samar. Perubahan tersebut berpengaruh pada pengkajian dan perawatan.
E. Perubahan Fisiologis
1. Metabolisme
Laju metabolism ketika tubuh sedang istirahat (laju metabolic basal atau basal metabolic rate (BMR) menunjukkan perubahan yang jelas selama masa kanak-kanak Tertinggi pada bayi baru lahir , BMR sangat berkaitan dengan proporsi area permukaan tubuh terhadap ,masa tubuh , yang terus berubah seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh , proporsi sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki semua usia dan meningkat selama masa pubertas melampaui BMR anak perempuan.
Laju metabolism menentukan kebutuhan kalori anak. Kebutuhan enargi basal pada bayi adadlah sekitar 108 kkal/ kg berat badan dan menurun menjadi 40 sampai 45 kkal/ kg saat maturasi .
2. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan metabolisme , menunjukkan penurunan yang sama dari masa bayi smapi maturasi . Termoregulasi merupakan suatu respon bayi yang paling penting dalam masa transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri.
Pada neonates yang sehat, hipotermi dapat menyebabkan konsekuensi metabolic negative seperti hipoglikemi. Bayi dan anak kecil rentan terhadap fluktuasi suhu, beespon terhadap perubahan suhu lingkungan, kerena menangis, marah,emosi, aktifitas fisik, maupun karena infeksi.
3. Tidur dan Istirahat
Tidur merupakan fungsi proteksi yang dimiliki semua organisme , memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jarinagn setelah aktivitas. Seperti pada aspek –aspek perkembangan ,pada setiap anak jumlah dan distribusi tidur berbagai usia sangat beragam.Saat anak matang , terdapat perubahan total waktu yang mereka gunakan untuk tidur dan jumlah waktu yang mereka gunakan untuk tidur nyenyak.
Bayi baru lahir, tidur selama waktu yang tidak digunakan dan aspek-aspek lain dalam perawatannya.. selama akhir tahun pertama, sebagian anak tidur sepanjang malam disertai tidur 1-2 kali siang harinya. Usia 3 tahun anak-anak tidak lagi tidur siang, usia 4-10 tahun waktu tidur menurun dan meningkat pada priode pubertas.
F. Temperamen
Temperamen didifinisikan sebagai “cara berfikir, berperilaku atau bereaksi yang menjadi cirri-ciri individu “ dan merujuk pada cara sesorang menjalani kehidupannya.
Ada 9 ciri/atribyt temperamen:
1. Aktifitas : gerakan fisik seperti makan, tidur, madi, berpakain dan bermain
2. Ritrisitas : keteraturan fungsi fisiologis seperti lapar, tidur, eliminasi
3. Pendekatan(+) atau menarik diri (-) : terhadap stimulus baru
4. Kemampuan adaptasi
5. Ambang renposivitas : batas kekuatan stimulus untuk memunculkan reaksi
6. Intensitas reaksi : tingkat energy reaksi
7. Mood : jumlah perilaku menyenangkan dantidak menyenangkan
8. Distraksibilitas : mudah mengalihkan perhatian anak dengan stimulus eksternal
9. Rentang perhatian dan Persistensi :ketekunan dan kontinuitas aktivitas tampa peduli hambatan
Pola atribut temperamen :
1. The easy child
Anak-anak yang santabertemperamen mudah , memiliki kebiasaan yang teratur dan dapat diprediksi , dan memiliki pendekatan yang positif terhadap stimulus baru. Mereka terbuka dan dapat beradaptasi terhadap perubahan dan menunjukkan intensitas mood yang ringan sampai sedang yang bisanya bersifat positif.
2. The difficult child
Anak-anak yang bertemperamen sulit biasanya sangat aktif , peka rangsangan dan mempunyai kebiasaan yang tidak teratur.Respons menarik diri yang negative merupakan cirri khas dari anak-anak ini. Mereka lebih membutuhkan lingkungan yang lebih terstruktur.
3. The slow-to-warm-up child
Bereaksi sangat negative dan dengan intensitas ringan terhadap stimulus baru , dan kecuali jika ditekan , lambat beradaptasi terhadap kontak berulang.
BAB III
PEMBAHASAN
Di Indonesia, Ibu-ibu dan anak-anak menghadapi situasi kesehatan yang menyedihkan. Angka Kematian Ibu di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Kebanyakan dari kematian ini dapat dicegah dengan mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan di awal kehamilan, melakukan pengecekan rutin selama kehamilan, memperoleh bantuan dari tenaga kesehatan terlatih dalam proses kelahiran, dan dapat menjangkau pelayanan kebidanan gawat-darurat jika diperlukan.
Indonesia telah berhasil mengurangi rata-rata angka kematian anak-anak di bawah usia lima tahun sampai dua pertiganya dibandingkan dari tahun 1990. Tapi saat ini masih banyak anak-anak Indonesia yang meninggal di tahun pertama kehidupan mereka. Hal ini sering disebabkan oleh perawatan yang buruk pada masa kehamilan, persalinan dan setelah kelahiran. Yang mengenaskan, penyebab utama kematian di kalangan anak-anak balita ini, yaitu pneumonia, diare dan gizi buruk, sebenarnya dapat dicegah dan diobati.
Di indonesia terus berusaha mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun karena keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi informasi secara terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat di bidang teknologi informasi keperawatan membuat pengembangan teknologi tersebut belum maksimal.
Berbicara masalah perkembangan seorang anak, tiap anak memiliki fase-fase dan tugas perkembangan yang berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Dalam fase-fase perkembangan tersebut, kita dikenalkan juga dengan masa peka, dimana perkembangan fungsi jasmani ataupun rohani seorang anak, berkembang dengan cepat jika mendapat latihan yang baik dan kontinu. Namun, banyak juga anak-anak di Indonesia yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya pola geraknya terganggu, perilaku (psikis) terhambat, visual-motoriknya terganggu, proses auditorinya terganggu,sehingga pemahaman bahasa terhambat.
Hal ini bisa terjadi karena kurangnya asupan gizi maupun kurangnya peran dari keluarga untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. Bantuan yang harus diberikan bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan merupakan satu “proses belajar“, dimana kita harus mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilalui anak sesuai dengan pada saat perkembangan itu mulai berhenti atau mengalami gangguan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesehatan merupakan fenomena kompleks yang didefenisikan sebagai suatu keadaan kesejahteraaan fisik, mental dan social yang komplet dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit.( WHO ). Indikator yang perlu diperhatikan adalah mortalitas dan morbiditas.
Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia telah membuat membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak juga dipengaruhi oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya.
Tumbuh kembang yang terjadi pada anak dimulai dari sejak anak lahir sampai ia menua. Prosesnya ada beberapa macam dilihat dari beberapa segmen. Mulai dari perkembangan fisik sampai pada perkembangan kepribadian dan mental anak. Ada beberapa para ahli yang mengungkapkan teorinya tentang tumbuh kembang. Dan semua itu terjadi tidak dengan instant atau sendirinya melainkan ada factor-faktor yang mempengaruhinya.
4.2 SARAN
Perlu dilakukan penyuluhan pentingnya pencegahan kesakitan maupun kematian bayi oleh tenaga kesehatan. Sehingga angka mortalitas maupun morbiditas anak dapat dikurangi. Selain itu, agar tidak ada keterlambatan penanggulangan masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, maka perlu dilakukan pendeteksian secara dini dengan melihat perkembangan anak apakah sesuai dengan umurnya.
DAFTAR PUTAKA
Anonym. (2006). Peningkatan Keadaan Kesehatan Indonesia. Diakses pada tanggal 18 Mei 2011 dari http://siteresources.worldbank.org/
Anonym. (2010). Kesehatan. Diakses pada tanggal 18 Mei 2011 dari
Hidayat, A Aziz Almull. (2005). “Pengatar Ilmu keperawatan Anak jilid 1”. Jakarta: Salemba
Nelson, Waldo E. (2000). “Ilmu Kesehatan Anak volume 1”. Jakarta: EGC
Supartini,Yeni. (2004). “Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1”. Jakarta: EGC
Wong, L Donna dkk. (2002). Buku ajar keperawatan pediatric edisi 6. Jakarta: EGC
Wong, L Donna dkk. (2002). Buku ajar keperawatan pediatric edisi 4. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2008). “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!