Sabtu, 02 Juni 2012

PATIENT SAFETY PADA ANAK DENGAN KELAINAN DARAH




1.      Patient Safety Pada Anak
a.       Newborn and Infant
Bayi karena belum matangnya semua system tubuh  sehingga peran perawat sangat besar dalam memberikan pemenuhan kebutuhan keamanan. Bahaya yang mengancam bayi seperti terbakar, jatuh, dan trauma injuri lainnya. Bayi pada umumnya sering memasukan sesuatu ke dalam mulutnya, dan ini merupakan hal yang membahayakan dan harus dilakukan pencegahan.
b.      Toddler and Preschooler
Bahaya yang mengancam keamanan pada usia ini adalah jatuh, terbakar, bengkak, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan oleh belum sempurnanya system muskoloskeletal dan neurologinya. Perawat harus dapat meminimalkan adanya bahaya keamanan pada tahap perkembangan ini.
c.       School Age and Adolescent
Pada tahap perkembangan ini, factor fisiologis anak telah mengalami kematangan sehingga anak akan mengalami perluasan peran dan melakukan hal-hal yang baru bagi mereka. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya bahaya fisik yang mengancam keamanan anak. Support dari keluarga maupun perawat sangat diperlukan.

2.      Patient Safety Pada Anak Kelainan Darah
Penyakit kelainan darah adalah penyakit yang menyerang darah yang menyebabkan kelainan fungsi atau perilaku darah dalam tubuh karena virus, kelainan genetik maupun karena kekurangan zat tertentu dalam tubuh.                                                                    
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelainan darah:
a.       Anemia
Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen dan berasa lemas karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.


b.      Thalasemia
Penyakit thalasemia adalah penyakit keturunan yang mengakibatkan penderitanya mengalami anemia. Hal ini diakibatkan karena tidak optimalnya produksi sel darah merah serta mudah rusak. Penderita thalasemia rutin transfusi darah.
c.       Hemofilia
Adalah penyakit keturunan yang mengakibatkan darah sukur membeku. Jika penderitaan hemofilia mengalami luka, maka darah akan menetes terus.
d.      Leukimia
Adalah penyakit darah yang disebabkan oleh jumlah sel darah putih yang terlalu banyak. Leukemia disebut juaga kanker darah.
e.      ITP (Immune thrombocytopenic Purpura)
Merupakan kelainan perdarahan (bleeding disorders) yang terjadi pada anak. ITP merupakan penyakit autoimun, yaitu antibodi tubuh menyerang diri sendiri. Yang dimaksud dengan ITP adalah jumlah trombosit dalam darah rendah sekali.

Perawat menjadi orang pertama yang mencurigai adanya permasalahan berdasarkan informasi dari sumber-sumber yang ada. Biasanya penjelasan yang disampaikan orang tua mengenai kekurangan energi pada anak, catatan makanan yang kurang mmengandung zat besi, infeksi yang sering terjadi dan pendarahan yang sulit dikontrol akan meberikan petunjuk mengenai kelainan darah yang banyak dijumpai.
Pemeriksaan fisik yang seksama, khususnya terhadap kulit, dapat mengungkapkan gambaran tertentu misalnya pucat, ptekie, memar yang bisa menunjukkan adanya kelinan hematologi ringan atau serius. Perawat harus mengetahui masalah keperawatan kelainan darah yang dapat membantunya mengenali dan menegakkan diagnosa.
Anak dengan kelainan darah rentan terkena resiko cidera. Selain karena anak masih belum bisa menjaga keamanannya sendiri, proses penyakit juga turut serta mempengaruhi keselamatan dan keamanan anak.
Pada anak hemofilia, darah akan sukar membeku ketika anak terluka maupun pada penyakit kelainan darah lainnya yang membuat resiko terjadi kerusakan pembuluh darah sehingga perhatian perawat dan keluarga sangat diperlukan.


3.      Kasus Patient Safety Pada Anak Dengan Penyakit Kelainan Darah
Anak A dirawat di rumah sakit X karena didiagnosa terkena penyakit thalasemia. Anak tersebut harus menjalani trnasfusi darah sebagai terapi. Namun setelah transfusi darah, berselang 2 sampai 5 menit anak A kejang-kejang lalu meninggal. Hasil investigasi sementara membuktikan, korban meningal dunia karena adanya perbedaan golongan darah saat transfusi. Hasil pemeriksaan laboraorium Prodia Kupang, golongan darah korban O, tetapi hasil pemeriksaan RS X golongan darah korban B.

Pada kasus diatas tampak bahwa tim kesehatan tidak memperhatikan patient safety saat memberikan transfusi darah pada anak. Seharusnya pemberian transfusi berdasarkan standar operasional yang tepat sehingga tidak merugikan pasien.

Standar Operasional Peosedur (SOP) Pemberian Tranfusi Darah
Pengertian          : memberikan transfusi darah sesuai intrusi atau program
Tujuan                : memenuhi kebutuhan dasar dan mencegah terjadinya anemia
Indikasi              : pasien dengan kadar hemoglibin di bawah 7 gr/dl
A.      Tahap preinteraksi
1.        Membaca program tindakan
2.        Menyiapkan alat
·         Standar infus
·         Cairan steril sesuai instruksi
·         Tranfusi set steril
·         IV kateter sesuai ukuran ( 18 )
·         Bidai atau ( k/p pada anak )
·         Perlak dan pengalas
·         Tourniquet
·         Instrumens steril ( pinset, gunting dan com )
·         Kapas alkohol
·         Bengkok
·         Tempt sampah
·         Kasa steril
·         Sarung tangan
·         Salf antibiotik
·         Plester
·         Darah atau plasma
·         Obat antihistamin
·         Tensimeter dan termometer
·         Formulir observasikhusus dan alat tulis
3.        Memasang sampiran
4.        Mencuci tangan
5.        Mendekatkan alat kepasien

B.       Tahap orientasi
1.    Memberi salam
2.    Menanyakan adanay keluhan
3.    Menjelaskan prosedur tindakan kepasien atau keluarga
4.    Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

C.       Tahap kerja
1.    Menggunakan sarung tangan
2.    Mengukur tanda vital
3.    Membebaskan lengan pasien dari baju
4.    Meletakan perlak dan pengalas di bawah lwngan pasien
5.    Menyiapkan larutan NaCl 0,9 % dengan tranfusi set
6.    Memasang infus NaCl 0,9 %
7.    Mengatasi tetesan tetap lancar
8.    Memastikan tidak ada udara didalam selang infus
9.    Mengontrol kembali darah yang akan diberikan kembali kepada pasien
·         Wanita
·         Identitas
·         Jenis dan golongan darah
·         Nomor kantong darah
·         Tanggal kadaliarsa
·         Hasil cross test dan jumlah darah
·         10. Mengganti cairan NaCl 0,9 % dengan darah setelah 15 menit
·         11. Mengatur tetesan darah
D.      Tahap terminasi
1.    Mengganti adanya reaksi transfusi dan komplikasi
2.    Mengevaluasi perasaan pasien
3.    Menyimpulkan hasil kegiatan
4.    Melakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
5.    Mengakhiri kegiatan
6.    Merapikan alat
7.    Melepas sarung tangan
8.    Mencuci tangan
9.    Mengukur tanda vital tiap 5 menit untuk 15 menit pertama, tiap 15 menit untuk jam berikutnya dan tiap 1 jam sampai dengan tranfusi selesai

E.       Dokumentasi
Mendokumentasikan setiap tindakan : waktu pemberian, dosis, jenis transfusi yang diberikan, reaksi transfusi atau komplikasi.

Hal yang perlu diperhatikan :
a.       Penyimpanan darah
Gunakan darah yang telah diskrining dan bebas dari penyakit yang dapat ditularkan melalui transfusi darah. Jangan gunakan darah yang telah kedaluwarsa atau telah berada di luar lemari es lebih dari 2 jam. Transfusi darah secara cepat dan jumlah yang besar dengan laju  >15 ml/kgBB/jam dengan darah yang disimpan pada suhu 4°C, dapat menyebabkan hipotermi, terutama pada bayi kecil.
b.      Masalah yang berkaitan dengan transfusi darah
Darah dapat menjadi media penularan infeksi (seperti malaria, hepatitis B dan C, HIV). Oleh karena itu lakukan skrining donor darah seketat mungkin. Untuk memperkecil risiko, beri transfusi darah hanya jika sangat diperlukan.
c.       Sebelum pemberian transfusi, periksa hal sebagai berikut:
·         Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama anak serta nomornya tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi risiko terjadinya ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang golongan darah spesifik atau beri darah golongan O bila tersedia)
·         Kantung darah transfusi tidak bocor
·         Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah tidak merah jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan atau hitam
·         Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah pada anak yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung darah.
·         Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut nadi anak. Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20 ml/kgBB darah utuh, yang diberikan selama 3-4 jam.
d.      Reaksi yang timbul setelah transfusi
Jika timbul reaksi karena transfusi, pertama periksa label kemasan darah dan identitas pasien. Jika terdapat perbedaan, hentikan transfusi segera dan hubungi bank darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!