Senin, 07 Mei 2012

MANAJEMEN PENYAKIT SKABIES DALAM BENCANA


BAB I
PENDAHULUAN

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997; Rosendal 1997). Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk. Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan higiene perorangan yang jelek di negara berkembang merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita penyakit Scabies ini (Carruthers, 1978; Kabulrachman, 1992). Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997).
Penyakit scabies juga dapat dijumpai pada kondisi bencana dimana terdapatnya sejumlah penduduk yang mengalami keluhan  dan gejala yang sama akibat dari padatnya pemukiman dan kurangnya sanitasi lingkungan khususnya di daerah pengungsian.















BAB II
PEMBAHASAN

a.      Teoritis Penyakit Skabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit Scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih terdapat kutu Sarcoptesnya.
Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh kutu, penetrasi pada kulit terlihat jelas berbentuk papula, vesikula atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Lesi kebanyakan terjadi disekitar jari, sekitar pergelangan tangan dan siku ketiak,pinggang, paha dan bagian luar genital pada pria; puting susu, daerah perut, dan bagian bawah pantat adalah daerah yang paling sering terkena pada wanita. Pada bayi mungkin menyerang daerah leher, telapak tangan, telapak kaki, daerah-daerah tersebut biasanya tidak terkena pada orang yang lebih tua. Gatal hebat terjadi terutama pada malam hari, tetapi komplikasi terbatas hanya terjadi pada luka akibat garukan. Pada orang yang mengalami penurunan kekebalan dan pada pasien lanjut usia gejala sering muncul sebagai dermatitis yang lebih luas dan saluran/terowongan yang terbentuk, bersisik dan kadang-kadang terjadi vesikulasi dan pembentukan krusta (Norwegian scabies); rasa gatal mungkin berkurang atau hilang. Jika dapat terjadi komplikasi dengan kuman β hemolytic streptococcus, bisa terjadi glomerulonefritis akut.
Gejala penyakit Scabies ditandai dengan rasa gatal yang sangat pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Rasa gatal ini menyebabkan penderita scabies menggaruk kulit bahkan bisa menimbulkan luka dan infeksi yang berbau anyir. Rasa gatal tersebut akibat kaki sarcoptes dibawah kulit yang bergerak membuat lubang dibawah permukaan kulit.
Selain itu, gejala penyakit Scabies ditunjukkan dengan warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit. gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes.
Penyebab penyakit Scabies adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.

b.      Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Skabies
Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit Scabies yang paling utama adalah menjaga kebersihan badan dengan mandi secara teratur, menjemur kasur, bantal dan sprei secara teratur serta menjaga lingkungan di dalam rumah khususnya agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup, tidak lembab, dan selalu dalam keadaan bersih. Sedangkan pada saat bencana kerawanan penyakit ini meningkat disebabkan oleh :
·         Pemukiman yang padat, terutama pada daerah pengungsian
·         Kurangnya kesadaran pengungsi akan kebersihan diri
Tindakan yang sangat penting untuk pengobatan penyakit scabies ini adalah memutus mata rantai penularan. Sehingga pengobatan penyakit scabies biasanya dilakukan secara massal agar mata rantai penularan dapat dibasmi secara cepat dan tuntas.  Selain itu, tindakan preventif lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan :
·         Standar minimal untuk tempat tinggal yang layak
·         Cukup tersedianya air bersih dan sabun pembersih
Oleh karena tindakan pencegahan penyakit ini tidak terlalu rumit hanya dengan memerhatikan kebersihan diri saja, maka dipastikan tingkat penyebaran penyakit ini dapat diminimalisir. Namun, hal yang mungkin akan menganggu ialah sulitnya untuk menyakinkan penduduk terutama pada daerah pengungsian akan arti penting menjaga kebersihan diri. Biasanya penduduk yang mengungsi akibat bencana kurang bisa memerhatikan kebersihan diri, akibatnya tingkat penyebaran penyakit semakin luas. Sehingga, perlu untuk diberikan penyuluhan secara menyeluruh pada penduduk tentang arti kebersihan diri serta menyediakan fasilitas yang memadai khususnya penduduk di daerah pengungsian seperti peralatan kebersihan diri dimana masing-masing penduduk memilikinya, menyediakan sarana air bersih serta tempat tinggal yang layak untuk para pengungsi khususnya.

c.       Sistem Tata Laksana
Sistem tata laksana penderita scabies:
1)      Rujukan penderita dari masyarakat – pos kesehatan yang ada
·         Pada saat bencana, setiap keluarga, kepala ketua kelompok pengungsi, kepala desa mendorong setiap anggota keluarganya yang menderita penyakit untuk segera berobat ke pos kesehatan terdekat (termasuk penderita skabies).
·         Petugas menetapkan diagnosis dan tatalaksana penderita skabies dengan benar dan segera melaporkan ke petugas pengamatan penyakit.

2)       Tatalaksana Kasus
Batasan Kasus skabies:
·         Penderita merasa gatal yang sangat pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Rasa gatal ini menyebabkan penderita scabies menggaruk kulit bahkan bisa menimbulkan luka dan infeksi yang berbau anyir.
·         Gejala lain terdapat warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Betina, muncul gelembung berair pada kulit dan munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit
·         Rasa gatal bertambah terutama pada malam hari

3)       Langkah-Langkah Tatalaksana
Penetapan diagnosa berdasarkan batasan diagnosa dan komplikasi, yaitu :
ü  Laporkan pada petugas kesehatan setempat tentang penyakit yang dijumpai yang kemungkinan bersiko untuk menular
ü  Lakukan penyelidikan terhadap penderita kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan dan tidak terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal dalam satu keluarga jarang ditemukan.
ü  Berikan pengobatan efektif segera khususnya pada penderita berupa pengobatan profilaktik kepada mereka yang kontak kulit ke kulit dengan penderita (anggota keluarga dan kontak seksual)
ü  Lakukan desinfeksi serentak terutama pada pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita
ü  Lakukan pengobatan pada kelompok yang berisiko dan pengobatan dilakukan secara massal
ü  Sediakan sabun, sarana pemandian, dan pencucian umum. Sabun Tetmosol jika
ada yang sangat membantu dalam pencegahan infeksi
ü  Lakukan penyuluhan kepada penduduk setempat tentang penyakit, kelompok yang berisiko dan bagaimana pencegahannya
ü  Pengobatan spesifik yang dapat dilakukan adalah :
Ø  Pengobatan pada anak-anak adalah dengan permetrin 5%. Alternatif pengobatan menggunakan gamma benzena hexachloride 1% (lindane dan Kwell® obat ini kontra indikasi untuk bayi yang lahir premature dan pemberiannya harus hati-hati kepada bayi yang berumur < 1 tahun serta ibu yang 465 sedang hamil); Crotamiton (Eurax ®); Tetraethylthiuram monosulfide (Tetmosol®, tidak tersedia di AS) dalam 5% larutan diberikan 2 kali sehari; atau menggunakan emulsi benzyl benzoate untuk seluruh badan kecuali kepala dan leher. (Rincian pengobatan bervariasi tergantung dari jenis obat yang digunakan).
Ø  Pada hari berikutnya setelah pengobatan mandi berendam untuk membersihkan badan, baju dan sprei diganti dengan yang bersih. Rasa gatal mungkin akan tetap ada selama 1sampai 2 minggu; hal ini jangan dianggap bahwa pengobatan tersebut gagal atau telah terjadi reinfeksi.
Ø  Pengobatan berlebihan sering terjadi, untuk itu harus dihindari karena dapat menyebabkan keracunan terhadap obat tersebut terutama gamma benzena hexachloride. Sekitar 5% kasus, perlu pengobatan ulang dengan interval 7 – 10 hari jika telur bertahan dengan pengobatan pertama. Lakukkan supervisi ketat terhadap pengobatan, begitu juga mandi yang bersih adalah penting.. 


d.      Penyelidikan dan Penanggulangan KLB terhadap Penyakit Skabies
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB campak, antara lain:
1)      Sumber informasi kasus scabies
§  Pelaksanaan pengamatan penyakit. 
§  Laporan petugas penanggulangan bencana. 
§  Laporan masyarakat (kepala desa, ketua kelompok pengungsi atau anggota masyarakat lain). 

2)      Kriteria KLB
Satu kasus di daerah bencana pada keadaan bencana adalah KLB (masa darurat, masa rehabilitasi).

3)      Langkah-Langkah Penyelidikan
ü  Penetapan diagnosa. 
ü  Lakukan penyelidikan terhadap penderita kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan dan tidak terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal dalam satu keluarga jarang ditemukan.
ü  Mencari kasus tambahan dengan pelacakan lapangan, informasi semua kepala desa, ketua kelompok pengungsi dan keluarga di daerah bencana. 
ü  Membuat grafik penderita berdasarkan waktu kejadian kasus. 
ü  Membuat pemetaan kasus. 
ü  Menetapkan daerah dan kelompok yang banyak penderita. 
ü  Menetapkan daerah atau kelompok yang terancam penularan, karena alasan kemudahan hubungan dan alasan rendahnya sanitasi lingkungan serta kurangnya kesadaran penduduk dalam menjaga kebersihan diri. 
ü  Melaksanakan upaya pencegahan dan melaksanakan sistem tatalaksana penderita skabies

4)      Melaksanakan pengamatan (surveilans) ketat selama KLB berlangsung, dengan sasaran pengamatan:
ü  Penderita: peningkatan kasus, wilayah penyebaran dan banyaknya komplikasi
ü  Kecukupan obat dan sarana pendukung penanggulangan KLB.

5)      Penggerakkan kewaspadaan terhadap penderita skabies dan pentingnya pencegahan:
ü  Kepala Wilayah: pengarahan penggerakkan dan kewaspadaan. 
ü  Menyusun sistem tatalaksana penderita skabies 
ü  Dukungan upaya pencegahan

e.       Pertolongan Penderita di Rumah Tangga/Pengungsian dan di Sarana Kesehatan
Pertolongan yang dapat diberikan pada penderita scabies di daerah pengungsian adalah dengan segera memberikan pengobatan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan serta mencegah untuk terjadinya komplikasi yang lebih lanjut lagi ditambah dengan penjelasan akan pentingnya menjaga kebersihan diri. Hal ini diupayakan secara cepat untuk mengurangi resiko penularan lewat kontak melalui kulit terutama antara penderita dan kelompok lain di daerah pengungsian.
Sedangkan pertolongan di sarana kesehatan ialah dengan memberikan pengobatan yang lebih efektif dan memutuskan rantai penularan penyakit yaitu dengan memberikan pengobatan secara massal terutama pada anggota kelompok yang berisiko seperti keluarga yang disesuaikan.

f.       Angka Ambang Batas terhadap Penyakit Skabies
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu / sekelompok masyarakat tertentu (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990), KLB adalah peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983).
Kriteria Kejadian Luar Biasa berdasarkan Keputusan Dirjen PPM No 451/91 terhadap penyakit scabies adalah :
Ø  Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. Biasanya penduduk sekitar terutama pada daerah pengungsian mengatakan bahwa ia tidak mengetahui penyakit ini dan terkadang mereka hanya menduga bahwa penyakit ini hanyalah penyakit biasa saja.
Ø  Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu). Dimana penyakit ini menyerang hampir seluruh penduduk yang ada di daerah setempat.
Ø  Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun). Hal ini dapat ditandai dengan adanya peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut.
Ø  Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Hasil ini didapatkan dari data yang diberikan oleh pihak pelayanan kesehatan.

g.      Target Group
Adapun target group dari penyakit scabies ini adalah mereka yang berada dalam satu lingkup lingkungan yang  padat serta kurang memerhatikan kebersihan begitu pun dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Angka penyakit ini biasanya akan meningkat pada mereka yang berada dalam kondisi bencana, tepatnya yang berada pada daerah pengungsian.
Biasanya, penyakit ini lebih banyak menyerang sebagian besar anak-anak yang masih berada pada tahap bermain. Namun, tidak tertutup kemungkinan juga menyerang remaja atau lansia. Penyakit ini disebut dengan penyakit missal, dimana jika terdapat salah seorang yang menderita penyakit ini, maka tidak tertutup kemungkinan anggota lainnya seperti dalam keluarga juga menderita penyakit yang sama. Penyakit ini adalah penyakit menular yang mudah sekali untuk menyebar lewat kontak kulit dan penggunaan alat bersama.
Untuk itu, tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit ini juga bersifat massal atu serentak. Dimana seluruh penderita dalam satu lingkungan tersebut langsung diberikan pengobatan untuk memutuskan mata rantai dari penyebaran penyakit ini.





BAB III
PENUTUP

Penyakit scabies merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang anak-anak sampai orang dewasa. Penyakit ini disebut penyakit massal yang mana jika dalam suatu keluarga menderita penyakit ini tidak tertutup kemungkinan anggota keluarga lainnya juga mengalami penyakit yang sama. Penyakit ini juga bisa terjadi pada daerah bencana yang disebabkan karena pemukiman yang padat dan kurang memerhatikan kebersihan diri dan lingkungan.
Untuk itu, tindakan pencegahan secara cepat dan segera harus diberikan. Tindakan tersebut meliputi pemberian sarana dan prasarana terutama air yang bersih, tempat tinggal yang layak, serta pemberian kebutuhan dasar seperti pakaian dan peralatan kebersihan diri yang merata.



















DAFTAR PUSTAKA

PP No 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!