BAB I
PENDAHULUAN
Scabies adalah penyakit zoonosis
yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia
yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997; Rosendal 1997). Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah
sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang
tidak saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk.
Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan higiene perorangan yang jelek
di negara berkembang merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita
penyakit Scabies ini (Carruthers, 1978; Kabulrachman, 1992). Prevalensi
penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan
cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997).
Penyakit scabies juga dapat
dijumpai pada kondisi bencana dimana terdapatnya sejumlah penduduk yang
mengalami keluhan dan gejala yang sama
akibat dari padatnya pemukiman dan kurangnya sanitasi lingkungan khususnya di
daerah pengungsian.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Teoritis
Penyakit Skabies
Scabies
adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei).
Kutu ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit Scabies ini juga mudah
menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik
secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih terdapat kutu
Sarcoptesnya.
Scabies merupakan infeksi parasit
pada kulit yang disebabkan oleh kutu, penetrasi pada kulit terlihat jelas berbentuk
papula, vesikula atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Lesi
kebanyakan terjadi disekitar jari, sekitar pergelangan tangan dan siku ketiak,pinggang,
paha dan bagian luar genital pada pria; puting susu, daerah perut, dan bagian bawah
pantat adalah daerah yang paling sering terkena pada wanita. Pada bayi mungkin menyerang
daerah leher, telapak tangan, telapak kaki, daerah-daerah tersebut biasanya tidak
terkena pada orang yang lebih tua. Gatal hebat terjadi terutama pada malam
hari, tetapi komplikasi terbatas hanya terjadi pada luka akibat garukan. Pada
orang yang mengalami penurunan kekebalan dan pada pasien lanjut usia gejala
sering muncul sebagai dermatitis yang lebih luas dan saluran/terowongan yang
terbentuk, bersisik dan kadang-kadang terjadi vesikulasi dan pembentukan krusta
(Norwegian scabies); rasa gatal mungkin berkurang atau hilang. Jika dapat
terjadi komplikasi dengan kuman β hemolytic streptococcus, bisa terjadi glomerulonefritis
akut.
Gejala penyakit
Scabies ditandai
dengan rasa gatal yang sangat pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku,
selangkangan. Rasa gatal ini menyebabkan penderita scabies menggaruk kulit
bahkan bisa menimbulkan luka dan infeksi yang berbau anyir. Rasa gatal tersebut
akibat kaki sarcoptes dibawah kulit yang bergerak membuat lubang dibawah
permukaan kulit.
Selain
itu, gejala penyakit Scabies ditunjukkan dengan warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan
paha. betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit. gejala lain
adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang
merupakan terowongan yang digali Sarcoptes.
Penyebab penyakit
Scabies adalah
kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi
ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular
dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam
pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang
dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual
maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.
b.
Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Skabies
Pada
dasarnya upaya pencegahan penyakit Scabies yang paling utama adalah menjaga
kebersihan badan dengan mandi secara teratur, menjemur kasur, bantal dan sprei
secara teratur serta menjaga lingkungan di dalam rumah khususnya agar tetap
mendapat sinar matahari yang cukup, tidak lembab, dan selalu dalam keadaan
bersih. Sedangkan pada saat bencana kerawanan penyakit ini meningkat disebabkan
oleh :
·
Pemukiman yang padat, terutama pada daerah pengungsian
·
Kurangnya kesadaran pengungsi akan kebersihan diri
Tindakan yang sangat penting untuk
pengobatan penyakit scabies ini
adalah memutus mata rantai penularan. Sehingga pengobatan penyakit scabies biasanya dilakukan secara massal
agar mata rantai penularan dapat dibasmi secara cepat dan tuntas. Selain itu, tindakan preventif lainnya yang
dapat dilakukan adalah dengan :
·
Standar
minimal untuk tempat tinggal yang layak
·
Cukup
tersedianya air bersih dan sabun pembersih
Oleh karena
tindakan pencegahan penyakit ini tidak terlalu rumit hanya dengan memerhatikan
kebersihan diri saja, maka dipastikan tingkat penyebaran penyakit ini dapat
diminimalisir. Namun, hal yang mungkin akan menganggu ialah sulitnya untuk
menyakinkan penduduk terutama pada daerah pengungsian akan arti penting menjaga
kebersihan diri. Biasanya penduduk yang mengungsi akibat bencana kurang bisa memerhatikan
kebersihan diri, akibatnya tingkat penyebaran penyakit semakin luas. Sehingga,
perlu untuk diberikan penyuluhan secara menyeluruh pada penduduk tentang arti
kebersihan diri serta menyediakan fasilitas yang memadai khususnya penduduk di
daerah pengungsian seperti peralatan kebersihan diri dimana masing-masing
penduduk memilikinya, menyediakan sarana air bersih serta tempat tinggal yang
layak untuk para pengungsi khususnya.
c.
Sistem
Tata Laksana
Sistem tata laksana penderita scabies:
1) Rujukan penderita dari masyarakat –
pos kesehatan yang ada
·
Pada saat bencana, setiap keluarga, kepala ketua kelompok
pengungsi, kepala desa mendorong setiap anggota keluarganya yang menderita penyakit
untuk segera berobat ke pos kesehatan terdekat (termasuk penderita skabies).
·
Petugas menetapkan diagnosis dan tatalaksana penderita skabies
dengan benar dan segera melaporkan ke petugas pengamatan penyakit.
2) Tatalaksana Kasus
Batasan Kasus skabies:
·
Penderita merasa gatal yang sangat pada bagian kulit seperti
sela-sela jari, siku, selangkangan. Rasa gatal ini menyebabkan penderita
scabies menggaruk kulit bahkan bisa menimbulkan luka dan infeksi yang berbau
anyir.
·
Gejala lain terdapat warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan
lipatan paha. Betina, muncul gelembung berair pada kulit dan munculnya garis
halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit
·
Rasa gatal bertambah terutama pada malam hari
3) Langkah-Langkah Tatalaksana
Penetapan diagnosa berdasarkan batasan diagnosa dan
komplikasi, yaitu :
ü Laporkan pada petugas kesehatan
setempat tentang penyakit yang dijumpai yang kemungkinan bersiko untuk menular
ü Lakukan penyelidikan terhadap
penderita kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan
dan tidak terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal
dalam satu keluarga jarang ditemukan.
ü Berikan pengobatan efektif segera
khususnya pada penderita berupa pengobatan profilaktik kepada mereka yang
kontak kulit ke kulit dengan penderita (anggota keluarga dan kontak seksual)
ü Lakukan desinfeksi serentak terutama
pada pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh penderita
ü Lakukan pengobatan pada kelompok
yang berisiko dan pengobatan dilakukan secara massal
ü Sediakan sabun, sarana pemandian,
dan pencucian umum. Sabun Tetmosol jika
ada yang sangat membantu dalam pencegahan infeksi
ada yang sangat membantu dalam pencegahan infeksi
ü Lakukan penyuluhan kepada penduduk setempat
tentang penyakit, kelompok yang berisiko dan bagaimana pencegahannya
ü Pengobatan spesifik yang dapat
dilakukan adalah :
Ø Pengobatan pada anak-anak adalah
dengan permetrin 5%. Alternatif pengobatan menggunakan gamma benzena
hexachloride 1% (lindane dan Kwell® obat ini kontra indikasi untuk bayi yang
lahir premature dan pemberiannya harus hati-hati kepada bayi yang berumur <
1 tahun serta ibu yang 465 sedang hamil); Crotamiton (Eurax ®); Tetraethylthiuram
monosulfide (Tetmosol®, tidak tersedia di AS) dalam 5% larutan diberikan 2 kali
sehari; atau menggunakan emulsi benzyl benzoate untuk seluruh badan kecuali
kepala dan leher. (Rincian pengobatan bervariasi tergantung dari jenis obat
yang digunakan).
Ø Pada hari berikutnya setelah
pengobatan mandi berendam untuk membersihkan badan, baju dan sprei diganti
dengan yang bersih. Rasa gatal mungkin akan tetap ada selama 1sampai 2 minggu;
hal ini jangan dianggap bahwa pengobatan tersebut gagal atau telah terjadi
reinfeksi.
Ø Pengobatan berlebihan sering
terjadi, untuk itu harus dihindari karena dapat menyebabkan keracunan terhadap
obat tersebut terutama gamma benzena hexachloride. Sekitar 5% kasus, perlu
pengobatan ulang dengan interval 7 – 10 hari jika telur bertahan dengan
pengobatan pertama. Lakukkan supervisi ketat terhadap pengobatan, begitu juga
mandi yang bersih adalah penting..
d.
Penyelidikan
dan Penanggulangan KLB terhadap Penyakit Skabies
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB campak, antara lain:
1) Sumber informasi kasus scabies
§ Pelaksanaan pengamatan penyakit.
§ Laporan petugas penanggulangan
bencana.
§ Laporan masyarakat (kepala desa,
ketua kelompok pengungsi atau anggota masyarakat lain).
2) Kriteria KLB
Satu
kasus di daerah bencana pada keadaan bencana adalah KLB (masa darurat, masa
rehabilitasi).
3) Langkah-Langkah Penyelidikan
ü Penetapan diagnosa.
ü Lakukan penyelidikan terhadap
penderita kontak dan sumber penularan: Temukan penderita yang tidak dilaporkan
dan tidak terdeteksi diantara teman dan anggota keluarga; penderita tunggal
dalam satu keluarga jarang ditemukan.
ü Mencari kasus tambahan dengan pelacakan
lapangan, informasi semua kepala desa, ketua kelompok
pengungsi dan keluarga di daerah bencana.
ü Membuat grafik penderita berdasarkan
waktu kejadian kasus.
ü Membuat pemetaan kasus.
ü Menetapkan daerah dan kelompok yang
banyak
penderita.
ü Menetapkan daerah atau kelompok yang
terancam
penularan, karena alasan kemudahan
hubungan dan
alasan rendahnya sanitasi lingkungan
serta kurangnya kesadaran penduduk dalam menjaga kebersihan diri.
ü Melaksanakan upaya pencegahan dan
melaksanakan sistem tatalaksana penderita skabies
4) Melaksanakan pengamatan (surveilans)
ketat selama KLB berlangsung, dengan sasaran pengamatan:
ü Penderita: peningkatan kasus,
wilayah penyebaran dan banyaknya komplikasi
ü Kecukupan obat dan sarana pendukung
penanggulangan KLB.
5) Penggerakkan kewaspadaan terhadap
penderita skabies dan pentingnya pencegahan:
ü Kepala Wilayah: pengarahan
penggerakkan dan kewaspadaan.
ü Menyusun sistem tatalaksana
penderita skabies
ü Dukungan upaya pencegahan
e.
Pertolongan
Penderita di Rumah Tangga/Pengungsian dan di Sarana Kesehatan
Pertolongan yang dapat diberikan pada penderita
scabies di daerah pengungsian adalah dengan segera memberikan pengobatan untuk
mengurangi gejala yang ditimbulkan serta mencegah untuk terjadinya komplikasi
yang lebih lanjut lagi ditambah dengan penjelasan akan pentingnya menjaga
kebersihan diri. Hal ini diupayakan secara cepat untuk mengurangi resiko
penularan lewat kontak melalui kulit terutama antara penderita dan kelompok
lain di daerah pengungsian.
Sedangkan pertolongan di sarana kesehatan ialah
dengan memberikan pengobatan yang lebih efektif dan memutuskan rantai penularan
penyakit yaitu dengan memberikan pengobatan secara massal terutama pada anggota
kelompok yang berisiko seperti keluarga yang disesuaikan.
f.
Angka
Ambang Batas terhadap Penyakit Skabies
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah
kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu / sekelompok masyarakat
tertentu (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990), KLB adalah peningkatan
frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim
atau tahun yang sama (Last, 1983).
Kriteria
Kejadian Luar Biasa berdasarkan Keputusan Dirjen PPM No 451/91 terhadap
penyakit scabies adalah :
Ø Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya
tidak ada atau tidak dikenal. Biasanya penduduk sekitar terutama pada daerah
pengungsian mengatakan bahwa ia tidak mengetahui penyakit ini dan terkadang
mereka hanya menduga bahwa penyakit ini hanyalah penyakit biasa saja.
Ø Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut
menurut penyakitnya (jam, hari, minggu). Dimana penyakit ini menyerang hampir
seluruh penduduk yang ada di daerah setempat.
Ø Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat
atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun). Hal ini dapat ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut.
Ø Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan
kenaikan 2
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Hasil ini
didapatkan dari data yang diberikan oleh pihak pelayanan kesehatan.
g.
Target
Group
Adapun target group dari penyakit
scabies ini adalah mereka yang berada dalam satu lingkup lingkungan yang padat serta kurang memerhatikan kebersihan
begitu pun dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Angka penyakit ini
biasanya akan meningkat pada mereka yang berada dalam kondisi bencana, tepatnya
yang berada pada daerah pengungsian.
Biasanya, penyakit ini lebih banyak
menyerang sebagian besar anak-anak yang masih berada pada tahap bermain. Namun,
tidak tertutup kemungkinan juga menyerang remaja atau lansia. Penyakit ini
disebut dengan penyakit missal, dimana jika terdapat salah seorang yang
menderita penyakit ini, maka tidak tertutup kemungkinan anggota lainnya seperti
dalam keluarga juga menderita penyakit yang sama. Penyakit ini adalah penyakit
menular yang mudah sekali untuk menyebar lewat kontak kulit dan penggunaan alat
bersama.
Untuk itu, tindakan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ini juga bersifat massal atu serentak. Dimana seluruh
penderita dalam satu lingkungan tersebut langsung diberikan pengobatan untuk
memutuskan mata rantai dari penyebaran penyakit ini.
BAB III
PENUTUP
Penyakit
scabies merupakan penyakit menular yang biasanya menyerang anak-anak sampai
orang dewasa. Penyakit ini disebut penyakit massal yang mana jika dalam suatu
keluarga menderita penyakit ini tidak tertutup kemungkinan anggota keluarga
lainnya juga mengalami penyakit yang sama. Penyakit ini juga bisa terjadi pada
daerah bencana yang disebabkan karena pemukiman yang padat dan kurang
memerhatikan kebersihan diri dan lingkungan.
Untuk
itu, tindakan pencegahan secara cepat dan segera harus diberikan. Tindakan
tersebut meliputi pemberian sarana dan prasarana terutama air yang bersih,
tempat tinggal yang layak, serta pemberian kebutuhan dasar seperti pakaian dan
peralatan kebersihan diri yang merata.
DAFTAR PUSTAKA
PP No 40 Tahun
1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Arief, M,
Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid
: 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Harahap. M,
2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!