Rabu, 14 Maret 2012

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT : PEMMBIDAIAN





PENDAHULUAN

Prinsip Utama Tindakan Life Saving/ Stabilisasi

Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
.

Langkah-langkah Dasar

Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway - Breathing – Circulation – Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
.

            Segala macam tindakan life saving dilakukan untuk menjaga keselamatan pasien pada kondisi gawat darurat,dilakukan pada berbagai bentuk trauma (trauma kepala, trauma servical,trauma tulang belakang,trauma thorak,trauma pelvis,dan trauma muskuloskeletal). Salah satu pertolongan yang dilakukan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal adalah teknik pembidaian.










PEMBAHASAN

Tindakan Life Saving/Stabilisasi


Definisi
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil selama pertolongan pertamaTransportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke tempat laintanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.
Prinsip Stabiliasi :
·         Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami.
·         Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.
·         Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
·         Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
·         Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk lagi.
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistemmuskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yangmengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.


Beberapa macam jenis bidai :

a.Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

b.Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh: bidai traksi tulang paha

c.Bidai improvisasi
            Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh: majalah, koran, karton dan lain-lain.

d.Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela(kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh: gendongan lengan.

Tujuan pembidaian:
·         Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.
·         Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah.
·         Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.
·         Untuk mencegah terjadinya syok. 
·         Untuk mengurangi nyeri.
·         Mempercepat penyembuhan.

Indikasi Pembidaian
·         Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
·         Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
·         Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagiantubuh ditemukan :
·         Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
·         Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalamiangulasi abnormal
·         Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
·         Posisi ekstremitas yang abnormal
·         Memar
·         Bengkak 
·         Perubahan bentuk 
·         Nyeri gerak aktif dan pasif 
·         Nyeri sumbu
·         Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang mengalami cedera (Krepitasi)
·         Perdarahan bisa ada atau tidak 
·         Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
·         Kram otot di sekitar lokasi cedera

Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur.


Kontra Indikasi Pembidaian
            Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasandan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasidan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jikaada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknyapembidaian tidak perlu dilakukan.
  
Komplikasi Pembidaian
 Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
·         Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur olehujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasilainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
·         Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat. 
·         Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderitamenunggu terlalu lama selama proses pembidaian.

Jenis Pembidaian
·         Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
            Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit.Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya.Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebihberat.Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian.

·         Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif 
            Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit).Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi.Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll).Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih



Prinsip pembidaian
1.      Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan danpembidaian.
2.      Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadikecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian  
1.      Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerahfraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawahdan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
2.      Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami frakturmaupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal.
3.      Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantudengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian
4.      Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakanpeningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jikaanda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikansebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi denganbaik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkantambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
5.      Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidaiterutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll),yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.
6.      Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan padabidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi :
a.superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur
b.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c.inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
7.      Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehinggamengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwapemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atauperegangan pada bagian yang cedera.
8.      Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
9.      Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalamtindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yangsesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapatdilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yangtidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, denganmerekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
10.  Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahuludibungkus dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untukmelepaskan kantong es secara berkala untuk mencegah “cold injury”pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secaraterus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cederasebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasipembengkakan.


Prosedur Dasar Pembidaian


1.      Mempersiapkan penderita
·         Penanganan kegawatan (Basic Life Support)
·         Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongankepada penderita.
·         Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.
·         Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedurtindakan yang akan dilakukan.
·         Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan ataumemindahkan korban sampai daerah yang patah tulang distabilkankecuali jika keadaan mendesak (korban berada pada lokasi yangberbahaya, bagi korban dan atau penolong)
·         Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jikadiperlukan, kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
·         Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkanluka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril.Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggapbahwa telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka ataufragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-steril mungkin
·         Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang leher jika dicurigai terjadi trauma servikal
·         Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadiatau sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusanini harus hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.
·         Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:
-Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukahbahkan mungkin menghilang?
-Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari padaekstremitas yang cedera dan ekstremitas kontralateral secarabersamaan. Lepaskan tekanan secara bersamaan. Periksalah apakahpengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan ataukah terjadiketerlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
-Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsungdibawa ke rumah sakit secepatnya.
·         Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, makasebaiknya perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah andamenjelaskan pada penderita.
·         Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pulamencoba untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbukatanpa sterilitas hanya akan menambah masalah.

2.      Persiapan alat 
·         Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namunjuga bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnyaranting pohon, papan kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjangtulang dan sendi yang akan dibidai.
·         Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknyadibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)
·         Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaianbisa berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakanuntuk membalut ini harus bisa membalut dengan sempurnamengelilingi extremitas yang dibidai untuk mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa menghambat sirkulasi

3.      Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulupada sendi yang sehat.
4.      Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagianyang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanansyaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5.      Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelahatas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur.
6.      Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yangdibidai.
7.      Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secarakeseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
8.      Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
9.      Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

·         Fraktur cranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur tulangbelakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada beberapa bidaikhusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

·         Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutandianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar 

·         Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu dengan“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yangcukup baik.

·         Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempelsecara nyaman pada dada.

·         Lengan atas
ü  Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi sikumembentuk sudut 90%, dengan cara
ü  Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan disisi siku.
ü  Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisilateral dinding thoraks
ü  Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yangmengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisimedial).
ü  Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar.

·         Lengan bawah
o   Imobilisasi lengan yang mengalami cedera.
o   Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku sampai ujung telapak tangan
o   Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
o   Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati
o   Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada dalam posisi fungsional
o   Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara sikusampai ujung jari
o   Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan tangan sudah terimobilisasi
o   Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
o   Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
o   Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawahsedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan disisi siku.

·         Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan
Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi yangsenatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkanpada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

·         Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkanpada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

·         Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidaimenggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

·         Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorangyang berusia tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya dianggap mengalami fraktur.
Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekandan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral.
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggulharus menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai.Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukupjauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat andasudah kelelahan.

·         Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggungbawah sampai dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera.Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko untuk terjadinyacedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar.Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cederatungkai kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siapuntuk memasang bidai.

·         Fraktur/dislokasi sendi lutut 
Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggulsampai dengan pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisibelakang tungkai dan pantat

·         Tungkai bawah

1.      Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah timbulnya kerusakan yanglebih berat 
2.      Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapaijarak antara telapak tangan sampai dengan diatas lutut.
3.      Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
4.      Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
5.      Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehinggabidai dalam posisi memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
6.      Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajardengan bidai yang dipasang di sisi bawah tungkai
7.      Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur.Pastikan bahwa lutut dan pergelangan kaki sudahterimobilisasi dengan baik 
8.      Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai danlengan yang dibidai
9.      Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regiondistal dari lokasi pembidaian, untuk memastikan bahwapemasangan bidai tidak terlalu ketat 

·         Fraktur/dislokasi pergelangan kaki
Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukupdengan menggunakan pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi ataskaki, kesisi bawah kaki, dan demikian seterusnya.
Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakangdan sisi lateral pergelangan kaki untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan tindakanimobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijagapada sudut yang benar

·         Fraktur/dislokasi jari kaki
Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantudengan merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya.





Contoh gambar pembidaian pada ekstremitas bawah

Evaluasi pasca pembidaian
Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5detik. Kuku akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktukurang dari 2 detik setelah dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar.
Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras.
            Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki  (untuk kasus di kaki).Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk kasus di tangan. Bilatidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.





DAFTAR PUSTAKA

Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

DepartemenKesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.Jakarta.Departemen
Kesehatan. 20032.

Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.20083.

Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.

http://www.steinergraphics.com/surgical6.

http://www.tpub.com/content/medical7.

http://dokter-medis.blogspot.com/2009/06/survei-primer  8.

www.angelfire.com/nc/neurosurgery





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!