Jumat, 27 Mei 2011

KONSEP KEPERAWATAN ANAK (5)

Download makalah imunisasi dan pengkajian fisik anak DISINI atau klik download link:
  http://www.ziddu.com/download/16440096/BABIIOK.docx.html
Download makalah imunisasi dan pengkajian fisik anak vers 2 DISINI atau klik download link:
http://www.ziddu.com/download/16440094/MAKALAHBYK.docx.html

 
IMUNISASI DAN PENGKAJIAN FISIK 
PADA BAYI DAN ANAK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit-penyakit tertentu ( Soekidjo Notoatmojo, 1997 ). Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak.  Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.  Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

Peran perawat dimasyarakat untuk mempromosikan program imunisasi ini dengan harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umumnya dan bayi/ balita khususnya.

Sangat perlu diadakan pemeriksaan fisik terhadap bayi  dan  anak, agar orang tua tahu perkembangan sang anak. Pemeriksaan fisik dapat dilakukkan setiap saat untuk memantau perkembanga anak namun dal perjalananya perlu ada persiapan yang matang baik itu oleh orang tua maupun dari tenaga medis yang akan melakukan pemeriksaan fisik anak. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan bantuan tenaga medis seperti perawat dan dokter.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
  1. Apa saja factor yang mempengaruhi imunisasi?
  2. Apa saja factor yang mempengaruhi pengkajian fisik pada bayi dan anak?

1.3  TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
A.    Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi imunisasi?
B.     Apa saja factor yang mempengaruhi pengkajian fisik pada bayi dan anak?


BAB II
TEORI

 POSTER IMUNISASI DAN PENGKAJIAN FISIK PADA BAYI DAN ANAK

2.1  IMUNISASI PADA BAYI DAN ANAK
A.    Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
1.      Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Imunisasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Imunisiasi ini diberikan satu kali sebelum anak berumur dua bulan. Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

2.      Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak . Meskipun campak hanya menulari satu kali seumur hidup. Namun penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian. Penyakit campak yang bisa menyebabkan kematian yaitu apabila telah terjadi komplikasi, misalnya radang paru-paru dan radang otak.

3.      Imunisasi Hepatitis B
Memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.

4.      Imunisasi Polio
Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan. Polio diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
5.      Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.
(Suririnah, 2010. Imunisasi. Diakses tanggal 24 Mei 2011 dari www.infoibu.com)

6.      Imunisasi HIB
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Hacmophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.  Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal.

7.      Imunisasi MMR
Yaitu : Measles strain moraten (campak), Mumps strain Jeryl lynn (parotitis), dan Rubela strain RA (campak jerman). Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun Imunisasi. MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

8.      Imunisasi Typhus (Tipa)
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali.
9.      Imunisasi Varicella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun.

10.  Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang yang berisiko terinfeksi virus ini.
11.  Vaksin Combo
Gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda, misalnya DPT + hepatitis B +HiB atau gabungan beberapa antigen dari galur multipel yg berasal dari organisme penyakit yang sama.

12.  Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
13.  Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
(Suririnah, 2010. Imunisasi. Diakses tanggal 24 Mei 2011 dari www.infoibu.com)

B.     Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi
1.      Imunisasi BCG
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas (insertio muskulus deltoid). Untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml. Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan. Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu kurang dari 5°C dan terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).
Cara penyuntikan BCG
o   Bersihkan lengan dengan kapas air
o   Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas.
o   Suntikkan 0,05 ml intra kutan

2.      Imunisasi Campak
Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Vaksin disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 °C karena vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8 °C.

3.      Imunisasi Hepatitis B
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Pada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 ml HBIG (Hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Pada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.

4.      Imunisasi Polio
Terdapat 2 macam vaksin polio:
o   IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
o   OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.  Diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Penyimpanan vaksinpada suhu 2-8°C.

Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi.

5.      Imunisasi DPT
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III). Selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.

Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
(Supartini,Yeni. (2004). “Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak 1”. Jakarta: EGC)

6.      Imunisasi HIB
Diberikan mulai umur 2-4 bulan, pada anak kurang dari 1 tahun, diberikan 1 kali. Dosis yang diberikan 0,5 ml diberikan intra muscular. Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit dan disimpan pada suhu 2-8°C.

7.      Imunisasi MMR
Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan pada umur 12 tahun dengan dosis 0,5 ml secara subkutan. Diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain.

8.      Imunisasi Typhus
Tersedia 2 jenis vaksin: suntikan (typhim) pada usia kurang dari 2 tahun dan oral (vivotif) pada usia kurang dari 6 tahun. Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Namun imunitas hanya terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi. Vaksin disimpan pada suhu 2-8°C.

9.      Imunisasi Varicella
Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan pada umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara subkutan. Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.

10.  Imunisasi Hepatitis A

2 komentar:

  1. mba..... boleh nggak dicopy gambar poster asuhan keperawatannya...?? mau saya perbanyak untuk disebar di Desa saya......

    BalasHapus
    Balasan
    1. asal itu bermanfaat tuk org banyak boleh.,.^_^

      Hapus

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!