Download makalah2 DISINI atau klik: http://www.ziddu.com/download/16439969/BAYIDANBALITAKEBUTUHANNUTRISIPADABAYIDANBALITA2.docx.html
KOMUNIKASI PADA BAYI, ANAK, DAN KELUARGA
KEBUTUHSN GIZI BAGI BAYI DAN ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan ada kalanya, mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai hubungan baik yang terpelihara baik, tergantung pada komunikasi yang baik.
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik adalah mengetahui kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana ketrampilan interpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Ketrampilan komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa bayi.
Pada dasarnya, pertumbuhan anak di seluruh dunia berawal sama. Namun awal yang sama ini dapat berakhir beda karena adanya gangguan pada pertumbuhan. Inilah yang dialami oleh anak Indonesia. Setelah mengenal makanan pendamping ASI, anak Indonesia sulit untuk mengimbangi pertumbuhan anak di negara lain. Hal ini terjadi karena asupan gizi pada anak kurang mencukupi. Penyebab kualitas asupan gizi balita di Indonesia memprihatinkan adalah asupan gizi yang kurang dan perubahan pola asuh keluarga yang tidak terpantau baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
- Apa saja factor yang mempengaruhi perspektif keperawatan anak?
- Apa saja factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
A. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi perspektif keperawatan anak?
B. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
BAB II
TEORI
2.1 KOMUNIKASI PADA BAYI, ANAK DAN KELUARGA
A. Prinsip komunikasi
1. Komunikasi Adalah Suatu Proses Simbolik
Dengan fikiran manusia mempunyai kemampuan untuk menggunakan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Orang yang masih hidup tidak mungkin akan lepas dari komunikasi walaupun bukan berarti semua perilaku adalah komunikasi. Setiap perilaku kita akan selalu mempunyai potensi untuk dijadikan alat komunikasi terhadap orang lain, bahkan sampai diam pun akan berpotensi menjadi `komunikasi. Contoh: aksi sekelompok pemuda yang diam dan mogok makan, itupun juga merupakan cara mereka berkomunikasi. Jadi diam itu bukan jaminan untuk tidak berkomunikasi.
3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya dan mengisyaratkan, bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dimensi isi disandi secara verbal sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal.
Sebagai contoh kalimat “Makan..tuh” dengan nada lembut bermakna perintah untuk makan sedangkan apabila menggunakan intonasi tinggi maka bermakna larangan memakannya. Ketika seseorang tahu bahwa temannya sedang makan iapun tetap menyapa dengan kalimat “makan…?” hal itu bermakna menyapa agar tidak dikatakan sebagai orang yang judes atau cuek.
4. Komunikasi Itu Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai). Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita.
Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut kurang siap, walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan bahwa niat atau kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama Yogya-Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan Solo klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap sebagai anak yang tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.
5. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu, sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis. Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan dengan ruang adalah akan dianggap “kurang sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan memakai kaos oblong. Adapun waktu dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut seoarang yang berlangganan koran Republika dan koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi tertentu.
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
7. Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
11. Komunikasi bersifat irreversibel
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
(Samsono, Agus. (2010). Prinsip-prinsip Komunikasi. Diakses dari www.stidnatsir.ac.id/ pada tanggal 23 Mei 2011)
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi
Ada 2 faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu :
1. Faktor Sender (komunikator), meliputi keterampilan, sikap, pengetahuan dan media saluran yang digunakan. Sebagai pengirim informasi, ide, berita, pesan, komunikator perlu menguasai cara-cara penyampaian, baik secara tertulis maupun lisan. Sikap komunikator sangat berpengaruh terhadap komunikan. Keangkuhan dalam komunikasi dapat mengakibatkan informasi yang diberikan akan ditolak oleh komunikan. Demikian pula ragu-ragu apat menyebapkan ketidakpercayaan terhadap informasi pesan yang disampaikan
2. Faktor Receiver (komunikan), ketermpilan, sikap, pengetahuan dan media saluran yang digunakan. Keterampilan komunikan dalam mendengar dan membaca pesan sangat penting. Pesan yang diberikan akan dapat dengan mudah dimengerti dengan baik jika komunikan mempunyai keterampilan mendengar dan membaca. Sikap komunikan yang berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi misalkan sikap apriori, meremehkan, dan berprasangka buruk terhadap komunikator.
Faktor – faktor lain yang mendukung adalah : perkembangan, persepsi, nilai, budaya, emosi, pengetahuan, peran, tatanan interaksi.
C. Komunikasi sesuai tumbuh kembang
1. Komunikasi pada bayi
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi dan menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, belaian , sentuhan, ciuman, dan lain-lain. Tangisan merupakan bentuk komunikasi yanng menunjukkan rasa lapar, haus , tidak nyaman , rasa sakit dan bayi belajar menangis merupakan cara yang efektif untuk menarik perhatian.
2. Komunikasi pada prasekolah
Perbendaharaan belum lengkap dan hanya bersikap egosentris. Anak hanya memfokuskan komunikasi pada dirinya sendiri. Tujuan komunikasi pada tahap ini adalah melatih keterampilan penggunaan panca indera, melatih keterampilan kognitif, sebagai bentuk pembelajaran dan pengembangan konsep diri.
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak di saat melakukan komunikasi.
3. Komunikasi pada usia sekolah
Komunikasi pada masa ini dikembangkand alam bentuk verbal dan nonverbal, sebagai upaya dalam mengembangkan pembelajaran dalam aktivitas mandiri, tanggung jawab dan konsep abstrak.
4. Komunikasi pada usia remaja
Pada masa ini anak sudha mulai memahami falsafah hidup sehingga dpat diajak berkomunikasi dengan baik.
D. Komunikasi dengan keluarga
Sebagian besar komunikasi di peroleh melalui observasi langsung atau informasi yang disampaikan orang tua ke perawat. Karena kontak orang tua yang dekat dengan anak, orang tua memberikan informasi yang dapat diandalkan. Ketika anak sudah mampu menjadi seorang partisipan yang aktif maka orang tua berperan sebagai kolaborator.
Adapun beberapa hal yang dapat diperhatikan / dapat dilakukan dalam komunikasi dengan keluarga yaitu : mendorong orang tua untuk berbicara, mengarahakan fokus pembicaraan, mendengarkan dan kesadaran budaya, menggunakan tekhnik diam, bersikap empati, mendefinisikan masalah, meyelesaikan masalah, memberikan pedoman antisipasi, menghindari hambatan komunikasi, berkomunikasi dengan keluarga melalui penerjemah
2.2 KEBUTUHAN NUTRISI PADA BAYI DAN BALITA
A. Kebutuhan nutrisi pada bayi dan balita
1. Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan dan harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun. Karbohidrat memberikan energi kepada bayi. Sereal dan roti merupakan sumber karbohidrat yang baik. Sebaiknya orangtua memilih sereal yang diperkaya zat besi, terutama untuk bayi yang disusui, untuk mencegah timbulnya anemia karena kekurangan zat besi.
2. Lemak
Pada anak usia bayi sampai kurang lebih tiga bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorbsi vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K. Jumlah dan jenis lemak yang dikonsumsi sehari-hari berpengaruh bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. ASI mempunyai komposisi asam lemak yang sangat tepat untuk keperluan bayi dan anak-anak sampai dua tahun tersebut. Juga mengandung faktor-faktor yang menyebabkan lemaknya mudah dicerna, juga komposisi kimianya membuat ASI mudah dicerna dan juga memberikan suplai yang seimbang antara asam lemak omega-6 dan omega-3.
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik plasma. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan padi-padian.
Kebutuhan protein per hari (per kg BB)
Usia | Berat badan (kg) | Tinggi badan (cm) | Protein (gr) |
0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Laki-laki 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun Perempuan 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun | 6 8,5 12 18 25 35 46 55 37 48 50 | 60 71 90 110 120 138 150 160 145 153 154 | 10 18 25 39 45 50 60 65 50 57 50 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!