Download makalah DISINI atau klik:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai penelitian kualitatif. Apa saja penelitian yang termasuk dalam penelitian kualitatif, bagaimana karakteristik masing-masing, dan apa saja kelebihan dan kelemahan masing-masing metode penelitian tersebut. Dengan demikian kita dapat menentukan jenis penelitian mana yang terbaik untuk digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
PENELITIAN KUALITATIF
2.1 PENGERTIAN
Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
Menurut Bogdan dan Taylor (1992: 21-22), penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Menurut Kirk dan Miler (1986: 9), istilah penelitian kualitatif pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu.
Jadi,Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).
2.2 TUJUAN
1. Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori.
2. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian.
2.3 CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 15 ciri penelitian kualitatif yaitu:
1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).
2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara
3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.
6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.
8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.
11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
12. Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai.
14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.
15. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
2.4 DASAR TEORITIS PENELITIAN
Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma baru.
Dalam penelitian, dikenal tiga metode yang secara kronologis berurutan yakni:
1. Masa pra-positivisme
Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah.
Timbulnya pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah.
Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dergan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan post-positivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.
Pilihan terhadap tradisi mana yang akan ditempuh peneliti sangat ditentukan oleh tujuan dan jenis data yang akan ditelitinya. Oleh karena itu pemahaman terhadap paradigma ilmu pengetahuan sangatlah perlu dilakukan oleh para peneliti. Bagi kegiatan penelitian, paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi dalam melakukan proses penelitian selengkapnya sehingga penelitian dapat terarah.
1. Pendekatan fenomenologis
Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
2. Pendekatan interaksi simbolik
Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan.
Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan.
Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Pengertian
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
Bentuk studi biografi
Beberapa bentuk studi tentang biografi adalah:
· Studi biografikal,yaitu penceritaan tentang kehidupan seseorang yangditulis oleh orang lain dengan menggunakan arsip, dokumentasi atau rekaman (Denzin, 1989a dalam Creswell, 1998)
· Autobiografi,yaitu biografi yang ditulis oleh orang yang bersangkutantentang dirinya sendiri.
· Sejarah hidup,yaitu pendekatan pada ilmu sosial dan antropologi dimana peneliti menganalisa tentang hidup seorang individu dan bagaimana hubungannya dengan masyarakat, hubungan personal,institusional dan sejarah sosial.
· Sejarah lisan yang terekam secara audial maupun telah tertulis tentang kehidupan seseorang
Clifford dalam Denzin (1994) menyatakan bahwa bentuk studi biografi adalah:
· Biografi objektif, yaitu kronologi tentang biografi seseorang dipaparkan secaa runtun dengan sesedikit mungkin interpretasi dari peneliti,
· Ilmiah historis, yaitu pengembangan biografi objektif, dengan menggunakan sebanyak mungkin fakta‐fakta mengenai latar belakang sejarah sebagai triangulasi untuk mendukung objektivitas peneliti,
· Artistik ‐ Ilmiah, yaitu bentuk biografer memaparkan detail biografi dengan cara yang kreatif dan imajinatif berdasarkan interpretasi pribadi peneliti atau biografer,
· Biografi naratif, yaitu biografer memfiksikan adegan dan percakapan dari objek studi berdasarkan data teks atau dokumen sehingga bentuk ini menggambarkan hal imajinatif dan fakta dengan bersamaan,
· Fiksi biografi, yaitu biografi dalam bentuk novel yang penuh fiksi dan sedikit perhatian terhadap penelitian yang orisinil dan sumber-sumber utamanya
Jenis data
Jenis data kualitatif ini membutuhkan wacana dan pendefenisian poin-poin penting yang terkait dengan kehidupan objek studi. Interpretasi peneliti terhadap data kualitatif akan memiliki banyak arti sehingga peneliti menbutuhkan lingkup yang lebih besar yang dapat memperkuat interpretasi peneliti seperti keadaan social, isu budaya, ideology atau sejarah yang terkait dengan objek studi.
Kelebihan Metode biografikal memiliki keunggulan dalam pencitraan seseorang secara detail d engan pemaparan naratif dan kronologis sehingga pembaca melihat penelitian ini leb ih sederhana.
kelemahan
Kelemahan dari metode biografikal ini adalah kecenderungan untuk terjadinya bias karena interpretasi data sangat mungkin untuk terdistorsi oleh perspektif sang biografer atau peneliti. Demikian juga dengan batas fiksi dan nonfiksi tentang cerita hidup seseorang sangat tergantung teknik analisis, interpretasi dan presentasi peneliti tentang objek studi sehingga keobjektifan dan kefaktualan hasil penelitian menjadi dipertanyakan untuk penelitian ilmiah.
(Anonim. Fenomenologi Penelitian Kualitatif. http://id.shvoong.com/)
2. Fenomenologi
Pengertan
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phainomai, yang berarti ‘menampak’ dan phainomenon merujuk ‘pada yang menampak’. Istilah feomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrickh Lambert. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
Tujuan
Tujuan dari fenomenologi penyelidikan adalah untuk sepenuhnya menggambarkan pengalaman hidupdan persepsi untuk yang menimbulkan. Fenomenologis percaya bahwa pengalaman hidup memberi makna untuk persepsi masing-masing orang dari suatu fenomena tertentu.
(Anonim. Fenomenologi Penelitian Kualitatif. http://id.shvoong.com/)
Berikut adalah komponen konseptual dalam fenomenologi transendental Husserl:
a. Kesengajaan (Intentionality)
Kesengajaan (intentionality) adalah orientasi pikiran terhadap suatu objek (sesuatu) yang menurut Husserl, objek atau sesuatu tersebut bisa nyata atau tidak nyata. Objek nyata seperti sebongkah kayu yang dibentuk dengan tujuan tertentu dan kita namakan dengan kursi. Objek yang tidak nyata misalnya konsep tentang tanggung jawab, kesabaran, dan konsep lain yang abstrak atau tidak real. Husserl menyatakan bahwa kesengajaan sangat terkait dengan kesadaran atau pengalaman seseorang dimana kesengajaan atau pengalaman tersebut dipengaruhi oleh faktor kesenangan (minat), penilaian awal, dan harapan terhadap objek. Misalnya minat terhadap bola akam menentukan kesengajaan untuk menonton pertandingan sepak bola.
b. Noema dan Noesis
Noema atau noesis merupakan turunan dari kesengajaan atau intentionality. Intentionality adalah maksud memahami sesuatu, dimana setiap pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan subyektif. Jika akan memahami, maka kedua sisi itu harus dikemukakan. Sisi obyektif fenomena (noema) artinya sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau sekalipun sesuatu yang masih akan dipikirkan (ide). Sedangkan sisi subyektif (noesis) adalah tindakan yang dimaksud (intended act) seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan menilai ide. Terdapat kaitan yang erat antara noema dan noesis meskipun keduanya sangat berbeda makna. Noema akan membawa pemikiran kita kepada noesis. Tidak akan ada noesis jika kita tidak mengawalinya dengan noema. Begini mudahnya. Kita tidak akan tau tentang bagaimana rasanya menikmati buah durian (noesis karena ada aspek merasakan, sebagai sesuatu atau objek yang abstrak) jika kita sendiri belum mengetahui seperti apa wujud durian (noema karena berkaitan dengan wujud, sebagai sesuatu atau objek yang nyata).
c. Intuisi
Intuisi yang masuk dalam unit analisis Husserl ini dipengaruhi oleh intuisi menurut Descrates yakni kemampuan membedakan “yang murni” dan yang diperhatikan dari the light of reason alone (semata-mata alasannya). Intuisilah yang membimbing manusia mendapatkan pengetahuan.
d. Intersubjektivitas
intersubjektif ini berawal dari konsep ‘sosial’ dan konsep ‘tindakan’. Konsep sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih orang dan konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang membentuk makna subjektif. Akan tetapi, makna subjektif tersebut bukan berada di dunia privat individu melainkan dimaknai secara sama dan bersama dengan individu lain. Oleh karenanya, sebuah makna subjektif dikatakan intersubjektif karena memiliki aspek kesamaan dan kebersamaan (common and shared).
intersubjektif ini berawal dari konsep ‘sosial’ dan konsep ‘tindakan’. Konsep sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua atau lebih orang dan konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang membentuk makna subjektif. Akan tetapi, makna subjektif tersebut bukan berada di dunia privat individu melainkan dimaknai secara sama dan bersama dengan individu lain. Oleh karenanya, sebuah makna subjektif dikatakan intersubjektif karena memiliki aspek kesamaan dan kebersamaan (common and shared).
Jenis Data
Dalam studi fenomenologis, data utama adalah sumber percakapan yang mendalam, dengan para peneliti dan informan sebagai coparticipants penuh. Peneliti
membantu informan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. Melalui percakapan yang mendalam, peneliti berusaha untuk kedunia informan.
membantu informan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. Melalui percakapan yang mendalam, peneliti berusaha untuk kedunia informan.
Contoh dari studi fenomenologi:
Dilakukan studi fenomenologis terhadap ibu-ibu di Thai mengenai pengalaman merawat anak dengan skizofrenia. Wawancara mendalam dilakukan dengan 12 ibu yang memiliki anak skizofrenia dewasa. Temuan berpusat pada upaya para ibu untuk menenangkan hati mereka dengan banyak air. Dalam budaya Thailand, metafora air dan api yang digunakan untuk membantu rakyat tenang ketika mengalami emosi negatif seperti marah atau frustrasi.
(Polite, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2003. Nursing Research Principles and Method. Australia: Lippincot Williams and Wilkins)
Kelebihan
Sebagai suatu metode keilmuan, fenomenologi dapat mendeskripsikan fenomena sebagaimana adanya dengan tidak memanipulasi data. Aneka macam teori dan pandangan yang pernah kita terima sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dari adat, agama, ataupun ilmu pengetahuan dikesampingkan untuk mengungkap pengetahuan atau kebenaran yang benar-benar objektif.
Selain itu, fenomenologi memandang objek kajiannya sebagai kebulatan yang utuh, tidak terpisah dari objek lainnya. Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatan partial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek yang diamati. Hal ini menjadi suatu kelebihan pendekatan fenomenologi, sehingga banyak dipakai oleh ilmuwan-ilmuwan dewasa ini, terutama ilmuwan sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama.
Kelemahan
Dibalik kelebihan-kelebihannya, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari berbagai kelemahan. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama, ataupun ilmu pengetahuan, merupakan sesuatu yang absurd. Sebab fenomenologi sendiri mengakui bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak bebas nilai (value-free), tetapi bermuatan nilai (value-bound). Hal ini dipertegas oleh Derrida, yang menyatakan bahwa tidak ada penelitian yang tidak mempertimbangkan implikasi filosofis status pengetahuan. Kita tidak dapat lagi menegaskan objektivitas atau penelitian bebas nilai, tetapi harus sepenuhnya mengaku sebagai hal yang ditafsirkan secara subjektif dan oleh karenanya status seluruh pengetahuan adalah sementara dan relatif. Sebagai akibatnya, tujuan penelitian fenomenologis tidak pernah dapat terwujud.
Selanjutnya, fenomenologi memberikan peran terhadap subjek untuk ikut terlibat dalam objek yang diamati, sehingga jarak antara subjek dan objek yang diamati kabur atau tidak jelas. Dengan demikian, pengetahuan atau kebenaran yang dihasilkan cenderung subjektif, yang hanya berlaku pada kasus tertentu, situasi dan kondisi tertentu, serta dalam waktu tertentu. Dengan ungkapan lain, pengetahuan atau kebenaran yang dihasilkan tidak dapat digenaralisasi.
3. Grounded theory
Pengertian
Istilah grounded theory secara bahasa sangat sulit di cari padanan artinya, namun asusmsi yang paling tepat dan utama untuk pendekatan ini adalah: bahwa teori harus muncul dari data atau dengan kata lain, teori harus berasal (grounded) dalam data.
Ungkapan grounded theory merujuk kepada teori yang dibangun secara induktif dari sekumpulan data, dimana jika hal tersebut dilakukan dengan baik , maka teori yang dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan data tadi.
Grounded theory ini termasuk kedalam metode penelitian kualitatif, namun kekhasan metode ini apabila dibandingkan dengan penelitian kualitatif yang lainnya adalah dari penghasilan teori yang beralas data. Kemudian dari segi yang lainnya adalah kerangka kerja konseptualnya dihasikan dari basis data bukan dari kajian terdahulu, peneliti yang menggunakan metode ini berusaha menemukan proses-proses domain disuatu situasi sosial. Kemudian setiap bagian dari data dibandingkan dengan bagian dari data yang lain guna menemukan kategori jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Tujuan
Tujuan utama dari pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan komprehensif penjelasan dari fenomena yang didasarkan pada realitas. Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa yang dipelajari.
Grounded theory dikembangkan pada tahun 1960 oleh dua sosiolog, Glaser dan Strauss (1967). Salah satu studi mereka awal (Glaser & Strauss,
1965) adalah studi teori didasarkan pada sekarat di rumah sakit,
di mana "prima dikendalikan" variabel ditandai sebagai konteks kesadaran (yakni, mengetahui tentang pasien sekarat).
1965) adalah studi teori didasarkan pada sekarat di rumah sakit,
di mana "prima dikendalikan" variabel ditandai sebagai konteks kesadaran (yakni, mengetahui tentang pasien sekarat).
Grounded theory telah menjadi penelitian penting metode untuk studi fenomena keperawatan, dan telah memberikan kontribusi bagi pengembangan banyak middlerange teori fenomena yang relevan dengan perawat.
Jenis Data
Wawancara mendalam dan observasi adalah sumber data paling umum dalam penelitian grounded theory, tapi ada dokumen dan sumber data lain juga dapat digunakan.
Menurut Schlegel (1984) dan Stren (1994) ada tiga elemen dasar dari grounded theory, yang masing-masing tidak terpisahkan satu sama lainnya.
1. Konsep, dimana konsep ini dihasilkan dari konseptualisasi atas data.
2. Kategorisasi, merupakan level atau tingkatan yang lebih tinggi dan lebih abstrak dari konsep. Kategori juga merupakan “corner stone” dari pengembangan teori, dimana disini ada proses pengelompokan konsep melalui perbandingan yang sama atau berbeda pada kelompoknya masing-masing.
3. Proposisi, adalah suatu pernyataan yang menunjukkan pada adanya hubungan yang konseptual.
Cara untuk menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase yang harus diikuti, yaitu: desain penelitian, pengumpulan data, penyusunan data, analisis data, dan pembandingan dengan literatur. Fase-fase ini masih diturunkan menjadi sembilan langkah, yaitu: tinjauan ulang literatur teknis, memilih kasus, membuat protokol pengumpulan data yang akurat, masuk ke lapangan, penyusunan data, menganalisis data yang berhubungan dengan kasus awal, percontohan teoritis, mencapai akhir penelitian, dan pembandingan teori yang muncul dengan literatur yang telah ada.
(http://islamkuno.com/2007/12/17/mengenal-metode-grounded-theory/)
Contoh penelitian grounded theory:
Knobf (2002) berusaha mengembangkan substantif teori untuk menjelaskan respon perempuan untuk kemoterapi-induksi menopause dini dalam konteks kanker payudara. Kerentanan diidentifikasi sebagai masalah sosial dasar perempuan, dan bagaimana proses sosial dasar menjelaskan bagaimana wanita merespon terhadap kerentanan.
(Polite, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2003. Nursing Research Principles and Method. Australia: Lippincot Williams and Wilkins)
4. Etnografi
pengertian
Istilah Etnografi berasal dari kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan). Etnografi yang akarnya adalah ilmu antropologi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Secara harafiah, etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian, dianggap sebagai asal-ususl ilmu antropologi.
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
Tujuan
Sebagai metode penelitian kualitatif, etnografi dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu. Spradley mengungkapkan beberapa tujuan penelitian etnografi, sebagai berikut:
1. Untuk memahami rumpun manusia.
Dalam hal ini, etnografi berperan dalam menginformasikan teori-teori ikatan budaya; menawarkan suatu strategi yang baik sekali untuk menemukan teori grounded.
Contoh, etnografi mengenai anak-anak dari lingkungan kebudayaan minoritas di Amerika Serikat yang berhasil di sekolah dapat mengembangkan teori grounded mengenai penyelenggaraan sekolah; etnografi juga berperan untuk membantu memahami masyarakat yang kompleks.
2. Untuk melayani manusia.
Tujuan ini berkaitan dengan prinsip ke lima yang dikemukakan Spradley di atas, yakni meyuguhkan problem solving bagi permasalahan di masyarakat, bukan hanya sekadar ilmu untuk ilmu.
3. Menurut pemikiran yang dirangkum oleh Deddy Mulyana ini, etnografi bertujuan menguraikan suatau budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya baik yang bersifat material, seperti artefak budaya dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman, kepervcayaan norma, dan system nilai kelompok yang diteliti.
Jenis Data
Tiga jenis luas informasi biasanya dicari oleh ahli etnografi:
1. Perilaku budaya (apa yang dilakukan anggota budaya),
2. Artifak budaya (apa dibuat dan digunakan anggota budaya),
3. Pidato budaya (apa yang katakan).
Ini berarti bahwa ahli etnografi mengandalkan berbagai sumber data, termasuk observasi, wawancara mendalam, catatan, grafik, dan jenis-jenis bukti fisik (misalnya, foto, buku harian, surat).
Di antara peneliti kesehatan, etnografi menyediakan akses ke keyakinan kesehatan dan kesehatan praktek-praktek budaya atau subkultur. Etnografi dapat membantu untuk memfasilitasi pemahaman tentang perilaku yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Contoh dari studi etnografi:
Lipson (2001) melakukan etnografi studi tentang pengalaman orang-orang dengan beberapa kimia sensitivitas. Dia mengumpulkan data nya
(Yang termasuk wawancara mendalam dan observasi) dalam dua AS dan dua pengaturan Kanada. Dia mencakup laporan diskusi sangat berharga
isu yang berkaitan dengan pelaksanaan autoethnography (Atau penelitian insider), di mana ahli etnografi studi budaya mereka sendiri atau kelompok.
Ethnonursing Penelitian Banyak perawat peneliti telah melakukan etnografi
studi. Memang, Leininger telah diciptakan dengan ethnonursing frase penelitian, yang ia mendefinisikan sebagai "studi dan analisis lokal atau adat
sudut pandang masyarakat, keyakinan, dan praktek-praktek tentang keperawatan perilaku perawatan dan proses yang ditunjuk budaya "(1985, hal 38). Dalam melaksanakan studi ethnonursing, penyidik menggunakan luas
kerangka teori untuk memandu penelitian, seperti sebagai teori Leininger tentang perawatan budaya. Leininger (1991) mengembangkan sejumlah enabler untuk membantu para peneliti membimbing dalam melakukan ethnonursing penelitian. Enabler cara untuk membantu menemukan
fenomena yang kompleks seperti perawatan manusia. Beberapa dari enabler dia termasuk Stranger-Teman nya Model, Pengamatan-Partisipasi-Refleksi Model, dan Akulturasi Enabler Panduan.
(Yang termasuk wawancara mendalam dan observasi) dalam dua AS dan dua pengaturan Kanada. Dia mencakup laporan diskusi sangat berharga
isu yang berkaitan dengan pelaksanaan autoethnography (Atau penelitian insider), di mana ahli etnografi studi budaya mereka sendiri atau kelompok.
Ethnonursing Penelitian Banyak perawat peneliti telah melakukan etnografi
studi. Memang, Leininger telah diciptakan dengan ethnonursing frase penelitian, yang ia mendefinisikan sebagai "studi dan analisis lokal atau adat
sudut pandang masyarakat, keyakinan, dan praktek-praktek tentang keperawatan perilaku perawatan dan proses yang ditunjuk budaya "(1985, hal 38). Dalam melaksanakan studi ethnonursing, penyidik menggunakan luas
kerangka teori untuk memandu penelitian, seperti sebagai teori Leininger tentang perawatan budaya. Leininger (1991) mengembangkan sejumlah enabler untuk membantu para peneliti membimbing dalam melakukan ethnonursing penelitian. Enabler cara untuk membantu menemukan
fenomena yang kompleks seperti perawatan manusia. Beberapa dari enabler dia termasuk Stranger-Teman nya Model, Pengamatan-Partisipasi-Refleksi Model, dan Akulturasi Enabler Panduan.
Contoh dari studi ethnonursing:
Wittig (2001) melakukan suatu ethnonursing studi yang memfokuskan pada keyakinan donasi organ Afrika-Amerika wanita yang tinggal di pedesaan
Mississippi. Wittig melakukan kunjungan sejumlah ke situs dan melakukan wawancara mendalam dengan 10 Afrika-Amerika perempuan.
Mississippi. Wittig melakukan kunjungan sejumlah ke situs dan melakukan wawancara mendalam dengan 10 Afrika-Amerika perempuan.
(Polite, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2003. Nursing Research Principles and Method. Australia: Lippincot Williams and Wilkins)
Kelemahan
Kelemahan studi kasus adalah karena penelitian ini memerlukan waktu yang sangat lama, tenaga yang besar – karena peneliti harus bergabung dengan informan, ketrampilan berkomunikasi yang terlatih, serta kemampuan menuliskan interpretasi dengan baik.
Kelebihan
Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Dengan teknik “observatory participant”, etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena mengharuskan partisipasi peneliti secara langsung dalam sebuah masyarakat atau komunitas sosial tertentu. Yang lebih menarik, sejatinya metode ini merupakan akar dari lahirnya ilmu antropologi yang kental dengan kajian masyaraktnya itu.
5. Studi kasus
Pengertian
· Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.
· Studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu.
· Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar.
· Pada intinya studi ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya. (Salim, 2001).
Tujuan
Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
Jenis Data
Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002 ).
Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti tersebut (Nawawi, 2003 ).
Karakteritik Case Study Research (CSR)
Berikut ini beberapa karakteristik CSR, antara lain:
1. CSR merupakan salah satu bentuk strategi penelitian kualitatif yang berparadigma pospositivisme.
2. CSR merupakan suatu penelitian atau pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural (alami) tanpa adanya intervensi dari pihak luar.
3. Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.
4. Kasus yang diangkat dalam penelitian harus memenuhi dua hal yaitu:
· spesifik
· mempunyai batasan (bounded system) yang jelas (Salim,A. 2001).
Selain itu, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:
· Studi kasus ekspalanatoris;
· Studi kasus eksploratoris;
· Studi kasus deskriptif
Keistimewaan CSR
Banyak segi positif dari penelitian studi kasus (CSR). Menurut Lincoln dan Guba. bahwa kesitimewaan studi kasus adalah:
· studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti;
· fleksibilitas tinggi
· studi kasus menyajikan uraian menyeluruh tentang suatu fenomena yang terjadi sehari-hari;
· studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden;
· studi kasus memberikan ‘uraian tebal’ yang diperlukan bagi penilaian atas transferibilitas;
· studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut;
· pendekatan terpenting dalam studi kasus adalah dengan pendekatan kualitatif. Meskipun peneliti juga menggunakan data dan analisis statistik, namun data analisis statistik tersebut hanya sebagai pelengkap (Bogdan, R.C. and Biklen, K., 1982; Mulyana, 2002).
Kelemahan
· terlalu subjektif karena terlalu melibatkan interpretasi individual
· tidak bersifat akademis
· kemungkinan untuk menjadi kompleks besar karena melibatkan banyak data
· hasil riset tidak general sehingga tidak bisa diterapkan kembali dan sulit untuk diuji kebenarannya
· kemungkinan penemuan sebab akibat lebih dari satu
· sulit mengintegrasian data dari berbagai sumber menjadi satu hubungan
· banyak memakan waktu dan dana
6. Penelitian Historis (historical research)
Pengertian
Riset Sejarah penelitian historis adalah koleksi sistematis, kritis evaluasi, dan interpretasi bukti sejarah (Yaitu, data yang terkait dengan kejadian masa lalu).
Tujuan
Tujuan penelitian histonis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu. Secara umum, penelitian sejarah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang penyebab, efek, atau tren yang berhubungan dengan masa lalu peristiwa yang mungkin menjelaskan perilaku sekarang atau praktek. Pemahaman tentang keperawatan kontemporer teori, praktek, atau masalah sering dapat ditingkatkan dengan investigasi dari segmen tertentu dari masa lalu.
Jenis Data
Data historis biasanya kualitatif, namun kuantitatif data yang kadang-kadang digunakan (misalnya, data sensus historis). penelitian sejarah dapat mengambil banyak bentuk. Untuk Misalnya, banyak perawat peneliti telah melakukan biografi sejarah yang mempelajari pengalaman atau
kontribusi individu, seperti pemimpin keperawatan. Saat ini, beberapa sejarawan berfokus pada sejarah dan pengalaman dari orang biasa,
sering mempelajari isu-isu seperti jenis kelamin, ras, dan kelas. peneliti sejarah lainnya melakukan sosial sejarah yang fokus pada periode tertentu dalam upaya untuk memahami nilai-nilai yang berlaku dan keyakinan
yang mungkin telah membantu membentuk perkembangan selanjutnya. Masih orang lain melakukan apa yang bisa disebut intelektual sejarah, di mana sejarah ide atau cara berpikir yang diteliti. penelitian sejarah tidak harus bingung dengan review dari literatur tentang peristiwa sejarah.
kontribusi individu, seperti pemimpin keperawatan. Saat ini, beberapa sejarawan berfokus pada sejarah dan pengalaman dari orang biasa,
sering mempelajari isu-isu seperti jenis kelamin, ras, dan kelas. peneliti sejarah lainnya melakukan sosial sejarah yang fokus pada periode tertentu dalam upaya untuk memahami nilai-nilai yang berlaku dan keyakinan
yang mungkin telah membantu membentuk perkembangan selanjutnya. Masih orang lain melakukan apa yang bisa disebut intelektual sejarah, di mana sejarah ide atau cara berpikir yang diteliti. penelitian sejarah tidak harus bingung dengan review dari literatur tentang peristiwa sejarah.
Seperti jenis penelitian, penyelidikan historis sebagai tujuannya penemuan pengetahuan baru, bukan ringkasan dari pengetahuan yang ada. Salah satu perbedaan penting antara riset sejarah dan sastra yang
review adalah bahwa peneliti sejarah sering dipandu oleh hipotesis yang spesifik atau pertanyaan, atau oleh teoritis orientasi atau ideologi (misalnya, feminisme).
peneliti sejarah biasanya harus mencurahkan upaya untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi sumber data pada peristiwa dan situasi yang terjadi di masa lalu. Pengumpulan Data Sejarah Data untuk penelitian sejarah biasanya dalam bentuk dari catatan tertulis:, buku harian surat, catatan, surat kabar, risalah rapat, dokumen medis atau hukum, dan sebagainya. Namun, bahan nonwritten juga mungkin menarik. Sebagai contoh, fisik tetap dan objek merupakan sumber informasi yang potensial. Bahan visual, seperti foto dan film, adalah bentuk-bentuk data, seperti bahan audio, seperti catatan dan kaset. Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk melakukan wawancara dengan orang-orang yang berpartisipasi dalam peristiwa sejarah (misalnya, perawat yang melayani di Vietnam). Banyak bahan-bahan sejarah mungkin sulit mendapatkan dan, dalam banyak kasus, telah dibuang.
Secara historis bahan signifikan tidak selalu mudah diindeks oleh subjek, penulis, atau judul. Identifikasi bahan sejarah yang tepat biasanya memerlukan banyak waktu, usaha, dan pekerjaan detektif. Untungnya, ada
arsip beberapa dokumen sejarah keperawatan, seperti koleksi di beberapa perguruan tinggi.
review adalah bahwa peneliti sejarah sering dipandu oleh hipotesis yang spesifik atau pertanyaan, atau oleh teoritis orientasi atau ideologi (misalnya, feminisme).
peneliti sejarah biasanya harus mencurahkan upaya untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi sumber data pada peristiwa dan situasi yang terjadi di masa lalu. Pengumpulan Data Sejarah Data untuk penelitian sejarah biasanya dalam bentuk dari catatan tertulis:, buku harian surat, catatan, surat kabar, risalah rapat, dokumen medis atau hukum, dan sebagainya. Namun, bahan nonwritten juga mungkin menarik. Sebagai contoh, fisik tetap dan objek merupakan sumber informasi yang potensial. Bahan visual, seperti foto dan film, adalah bentuk-bentuk data, seperti bahan audio, seperti catatan dan kaset. Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk melakukan wawancara dengan orang-orang yang berpartisipasi dalam peristiwa sejarah (misalnya, perawat yang melayani di Vietnam). Banyak bahan-bahan sejarah mungkin sulit mendapatkan dan, dalam banyak kasus, telah dibuang.
Secara historis bahan signifikan tidak selalu mudah diindeks oleh subjek, penulis, atau judul. Identifikasi bahan sejarah yang tepat biasanya memerlukan banyak waktu, usaha, dan pekerjaan detektif. Untungnya, ada
arsip beberapa dokumen sejarah keperawatan, seperti koleksi di beberapa perguruan tinggi.
Ciri-ciri
Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah:
· Penelitian historis lebih bergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya.
· Berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian historis haruslah tertib ketat, sistematis, dan tuntas; seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu “penelitian historis” hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel, dan berat sebelah.
· Penelitian historis tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dan sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Di antara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prionitas dalam pengumpulan data.
· Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “apakah dokumen relik itu otentik”, sedang kritik internal menanyakan “Apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”. Kritik internal harus menguji motif, keberatsebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian historis” itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih dibanding dari pada studi eksperimental.
· Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas. “Penelitian historis” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
Contoh penelitian historis adalah:
Studi mengenai praktek “bawon” di daerah pedesaan di Jawa Tengah, yang bermaksud memahami dasar-dasarnya diwaktu yang lampau serta relevansinya untuk waktu kini; studi ini dimaksudkan juga untuk mentest hipotesis bahwa nilai-nilai sosial tertentu serta rasa solidaritas memainkan peranan penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan.
2.6 PROSES PENELITIAN KUALITATIF
Dalam memperbincangkan proses penelitian kualitatif paling tidak tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu kedudukan teori, metodologi penelitian dan desain penelitian kualitatif.
1. Kedudukan Teori
Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu penelitian berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada tipe pertama, dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak.Penelitian kualitatif mengenal adanya teori yang disusun dari data yang dibedakan atas dua macam teori, yaitu :
· Teori substantif
Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan profesional, kenakalan, atau organisasi peneliti.
· Teori formal
Adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, psikologi dan sebagainya. Contoh: perilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, autoritas dan kekuasaan, sistem penghargaan, atau mobilitas social.
Contoh unsur-unsur teori menurut jenis teori substantif maupun teori formal
Unsur Teori | Jenis Teori | |
| Substantif | Formal |
Kategori | Kerugian masyarakat karenakematian pasien | Nilai sosial sesorang |
Kawasan Kategori | Menghitung kerugian masyarakat atas dasar ciri pasien yang jelas dan dipelajari | Menghitung niali social seseorang atas dasar ciri-ciri yang jelas dan dipelajari |
Hipotesis | Makin tinggi kerugian masyarakat dari pasien yang meninggal, 1) makin baik perawatannya 2) makin banyak perawat yang mengembangkan alas an kematian untuk menjelaskan kemati-nnya | Makin tinggi nilai masyarakat sesorang, makin kurang penundaan pelayanan yang diterimanya dari para ahli |
Sumber : Glaser dan Strauss, 1980 dalam Lexy J. Moleong, 1989
2. Pemilihan Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dipakai adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi yang khusus. Dengan demikian, tidak ada metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik yang serta merta dapat disingkirkan. Kalau dibandingkan dengan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
3. Disain Penelitian Kualitatif
Berbeda dengan penelitian konvensional yang bersifat kuantitatif, dalam penelitian kualitatif, disain penelitian tidak ditentukan sebelumnya. Meskipun begitu, menurut Bogdan &Biklen, 1982 dalam Arief Furchan, 1996) fungsi disain tetap sama yaitu digunakan dalam penelitian untuk menunjukkan rencana penelitian tentang bagaimana melangkah maju.
2.7 METODE PENGUMPULAN DATA
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
4. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
2.8 TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:
· Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.
· Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
· Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
· Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
· Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
· Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.
2. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
· Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
· Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
· Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
· Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
· Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
· Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
· Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.
3. Grounded theory
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
· Mengorganisir data
· Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
· Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
· Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
· Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding. Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.
4. Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
· Mengorganisir file.
· Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
· Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
· Menginterpretasi penemuan.
· Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.
5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
· Mengorganisir informasi.
· Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
· Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
· Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
· Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
· Menyajikan secara naratif.
2.9 KEABSAHAN DATA
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:
1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
· Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
· Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
· Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
· Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
· Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
2. Transferabilitas
Yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability
Yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas
Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
2.10 RELIABILITAS
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)
2.11 PERBEDAAN DASAR ANTARA PENDEKATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
No | Metode Kuantitatif | Metode Kualitatif |
1 | Menggunakan hiopotesis yang ditentukan sejak awal penelitian | Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian |
2 | Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal | Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung |
3 | Reduksi data menjadi angka-angka | Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan |
4 | Lebih memperhatikan reliabilitas skor yang diperoleh melalui instrumen penelitian | Lebih suka menganggap cukup dengan reliabilitas penyimpulan |
5 | Penilaian validitas menggunakan berbagai prosedur dengan mengandalkan hitungan statistic | Penilaian validitas melalui pengecekan silang atas sumber informasi |
6 | Mengunakan deskripsi prosedur yang jelas (terinci) | Menggunakan deskripsi prosedur secara naratif |
7 | sampling random | Sampling purposive |
8 | Desain/kontrol statistik atas variabel eksternal | Menggunakan analisis logis dalam mengontrol variabel ekstern |
9 | Menggunakan desain khusus untuk mengontrol bias prosedur | Mengandalkan peneliti dalam mengontrol bias |
10 | Menyimpulkan hasil menggunakan statistic | Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata |
11 | Memecah gejala-gejala menjadi bagian-bagian untuk dianalisis | Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam perspektif keseluruhan |
12 | Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks | Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya |
LAMPIRAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.
Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan
3.2 Saran
Penelitian kualitatif banyak macamnya dan masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Kita hendaknya memahami dulu tiap jenis penelitian yang ada, dan membandingkan kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat memilih teori yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim 2006.Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Anonim. “Fenomenologi Penelitian Kualitatif”. http://id.shvoong.com/ diakses tanggal 11 Oktober 2010
Polite, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2003. Nursing Research Principles and Method. Australia: Lippincot Williams and Wilkins
Ress, Colin. 2005. Introduction to Research For Midwives. China: BFM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!