Sabtu, 08 Januari 2011

PENELITIAN KUANTITATIF

Download makalah DISINI atau klik:

http://www.ziddu.com/download/16483531/Penelitiankuantitatif.docx.html

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dahulu , apabila mendengar  kata penelitian, orang sering membayangkan kesibukan di laboratorium. Seorang ahli yang sedang sibuk mengamati zat-zat yang dicampur di tabung reaksi. Orang yang dilaboratorium memang sedang  melakukan penelitian. Akan tetapi penelitian bukan hanya boleh dan dapat dilakukan dibidang itu saja namun dapat dilakukan diseluruh bidang ilmu.

Anggapan seperti itu akan sangat disayangkan bila merembes ke mahasiswa. Mahasiswa nantinya pasti akan melakukan penelitian untuk penelitian skripsinya. Untuk itu, mahasiswa mengetahui tentang penelitian ini.

Tentu saja jenis penelitian itu banyak, sehingga kita harus mempelajari satu persatu untuk menentukan jenis pendekatan penelitian seperti apa yang cocok dengan penelitian yang kita lakukan. Oleh karena itulah penulis ditugasi membahas tentang pendekatan penelitian ini.

 

1.2  Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui tentang pendekatan penelitian kuantitatif, apa saja yang termasuk kedalamnya, dan langkah dalam penelitiannya. Selain itu juga untuk mengetahui penelitian apa saja yang termasuk kedalam pendekatan kuantitatif ini.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

PENDEKATAN/PENELITIAN KUANTITATIF

2.1 PENGERTIAN
1.    Penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
2.    Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka.
Contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
              Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

2.2 TUJUAN
1.    Untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.
2.    Mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
(Anonim. “Proposal Penelitian Kuantitatuf. http://www.infoskripsi.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)

2.3  CIRI-CIRI
1.    Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
2.    Penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan.
3.    Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal          (angka-angka) yang diolah dengan metoda statistik.
4.    Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.
(Anonim. “Proposal Penelitian Kuantitatuf. http://www.infoskripsi.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)

2.4 DESAIN
Desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dan lain-lain.
            (Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penuntun Praktis Bagi Pemula.                         yogyakarta: Mitra Cendikia)

2.5 TEKNIK
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam melakukan interview, biasanya diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan seperangkat data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan.

2.6 POPULASI DAN SAMPEL
Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan populasi dan sampel memegang peran yang penting. Bukan, saja kita dituntut untuk memahami dengan baik, apa yang dimaksud dengan populasi dan sampel, namun kita juga harus dapat menerapkannya dengan baik dan benar. Banyak hal yang harus dijadikan pertimbangan ketika kita akan melakukan proses penarikan sampel.

Dalam mempelajari populasi dan sampel, terdapat beberapa konsep yang harus kita pahami baik-baik, yaitu populasi target, populasi survei, sampling unit, sampling element, unit analisis dan unit observasi, yang semua konsep tersebut saling terkait.  

Ada dua cara teknik penarikan sampel, yaitu secara probabilita dan non probabilita. Untuk teknik yang probabilita terbagi menjadi random sederhana, sistematis, stratifikasi, serta cluster. Demikian pula untuk yang nonprobabilita terbagi ke dalam purposive, snowball, accidental, serta quota. Sebaiknya peneliti melakukan teknik yang probabilita, karena dengan demikian hasil penelitian bisa digeneralisasikan ke tingkat populasi.
           
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan.

Pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)

2.7 DATA
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif / angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi.Data tersebut berbentuk variable-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio.
(Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia)

2.8 HUBUNGAN DENGAN YANG DITELITI
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.

2.9 ASUMSI DASAR PENDEKATAN KUANTITATIF
Pendekatan kuantitatif, didasarkan pada empat asumsi, yaitu ontologi (hakikat dasar gejala sosial), epistemologi (hakikat dasar ilmu pengetahuan), hakikat dasar manusia, serta aksiologi (tujuan dilakukannya suatu penelitian).

2.10 IMPLIKASI PENDEKATAN KUANTITATIF DALAM PENELITIAN
Penggunaan pendekatan kuantitatif, membuat peneliti harus mengikuti suatu pola yang sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif. Implikasi yang terjadi, antara lain pola linear yang terjadi dalam tahap-tahap penelitian. Pola linear ini juga berakibat peneliti harus melakukan tahap demi tahap yang ada di dalam suatu proses penelitian.

2.11 TEORI DAN PENGUKURAN
Teori
Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif sangatlah penting. Hal ini dikarenakan dari teori tersebut instrumen penelitian ditentukan. Alur penjelasan dalam penelitian kuantitatif berbentuk deduktif, yaitu suatu alur berpikir yang mengawali penjelasannya dengan penjelasanpenjelasan yang bersifat umum dan mengakhiri penjelasan-penjelasan yang bersifat khusus.

Suatu pernyataan dikatakan sebagai teori bila di dalamnya terdapat serangkaian proposisi antara konsep-konsep yang Baling berhubungan, yang menjelaskan secara sistematis suatu fenomena sosial mengenai hubungan di antara konsep yang ada dan menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya serta bagaimana bentuk hubungannya.

Komponen dari teori adalah konsep-konsep, variabel-variabel, dan proposisi-proposisi. Setiap gejala sosial yang dijelaskan dengan suatu teori akan menjelaskan pula tingkat analisis dari gejala sosial yang dimaksud. Tingkat analisis terbagi menjadi dua yaitu mikro dan makro. Pada tingkat analisis terdapat unit sosial yang dapat digunakan untuk mengukur suatu variabel, unit sosial ini disebut dengan unit analisis

Fungsi teori sendiri dalam suatu penelitian kuantitatif adalah untuk merumuskan pertanyaan penelitian, mengidentifikasi konsep-konsep dan merumuskannya ke dalam bentuk variabel-variabel, merumuskan hipotesis, dan menetapkan unit analisis.

Validitas dan Reliabilitas
Alat ukur yang telah ditetapkan sebelum digunakan terlebih dahulu hares diuji. Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah untuk melihat apakah definisi operasional telah benar-benar mengukur atau sesuai dengan definisi konseptual. Dengan kata lain, validitas berkenaan dengan tingkat kesesuaian antara definisi konseptual dan definisi operasional dari variabel. Terdapat beberapa jenis validitas, yaitu Face Validity, Content Validity, Criterion-Related validity.

Reliabilitas adalah pengujian alas ukur yang bertujuan untuk melihat stabilitas dan konsistensi dari suatu definisi operasional. Suatu alas ukur dikatakan reliabel jika kita selalu mendapatkan hasil yang tetap sama dari pengukuran gejala yang sama, meski dilakukan pads waktu yang berbeda-beds. Tiga jenis reliabilitas, yaitu stability reliability, representative reliability, equivalence reliability.

Tahap-tahap pengukuran dalam penelitian kuantitatif melalui tiga tahap, yaitu:
§  konseptualisasi, merupakan usaha untuk mengembangkan dan memperjelas arti suatu konsep. Tahap ini dimulai dengan menjelaskan gambaran mendasar dari suatu konsep melalui kata-kata dan contoh, dan diakhiri dengan suatu definisi verbal yang akurat tentang suatu konsep.
§  Tahap identifikasi variabel, merupakan identifikasi wujud dari suatu konsep atau bergerak dari bahasa konsep ke bahasa variabel.
§  Tahap operasionalisasi, peneliti menjelaskan secara rinci bagaimana unit analisis yang ada dimasukkan ke dalam nilai atau kategori yang telah ditetapkan. Untuk melakukan hal itu diperlukan adanya definisi operasional. Definisi operasional merupakan gambaran rinci tentang prosedur yang perlu dilakukan dalam memasukkan (menetapkan) unit analisis ke dalam kategori suatu variabel.
(Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia)

2.12 SKALA DAN INDEKS
Skala
Sistem alas ukur terdiri dari sistem nominal, ordinal, interval dan rasio. Alat ukur atau skala yang dimaksud di sini adalah skala dalam pengertian umum. Skala nominal memberikan identitas pada nilai dari variabel penelitian sehingga dapat membedakan nilai-nilai tersebut. Skala ordinal mempunyai fungsi untuk mengurutkan atau memberi jenjang. Skala interval mempunyai fungsi baik membedakan, mengurutkan maupun intervalisasi atau memberi selang yang dapat dipredeksi secara matematis besarnya sehingga menghitung dapat mudah dilakukan. Skala rasio merangkum ketiga fungsi tadi dan membuat nilai variabel dapat mempunyai perbandingan sate sama lain karena adanya kondisi pengukuran yang sama.

Indeks
Indeks dan skala berbeda dalam hal penentuan skor. Akumulasi skor untuk setiap pertanyaan adalah penentuan skor dalam indeks, sedangkan skala skor dihitung berdasarkan pola-pola atribut dari tiap nilai variabel.

2.13 JENIS PENELITIAN KUANTITATIF
Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu:
1.    Eksperimental
Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dan sebagainya.
2.    Noneksperimental
Noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto/korelasional, histories dan sebagainya.
(Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada.)

1. PENELITIAN DESKRIPTIF
Pengertian
§  Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).
§  Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
§  Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
§  Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli menamakan metode ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi kasus (status study).

Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RinekaCipta)

Tujuan
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Ciri-ciri Metode Deskriptif
§  Untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.(secara harafiah)
§  Mencakup penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental.
§  Secara umum dinamakan metode survei.
§  Kerja peneliti bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi :
o    menerangkan hubungan,
o    menguji hipotesis-hipotesis
o    membuat prediksi, mendapatkan makna, dan
o    implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan
o    Mengumpulkan data dengan teknik wawancara dan menggunakan schedule qestionair/interview guide.

Karakteristik Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa
§  penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat.
§  tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan
§  tidak adanya uji hipotesis.

Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
Furchan (2004:448-465) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
§  Studi kasus, yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
§  Survei, merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu.
§  Studi perkembangan, merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional.
§  Studi tindak lanjut, yakni studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu.
§  Analisis documenter, sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis.
§  Analisis kecenderungan, yakni analisis yang digunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
§  Studi korelasi, yaitu jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)

Kriteria Pokok Metode Deskriptif
            kriteria umum
o    Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
o    Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
o    Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
o    Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
o    Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
o    Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta study kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan.

Kriteria Khusus
o    Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
o    Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
o    Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
1.    Memilih dan merumuskan masalah yang dikehendaki
2.    Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan.
3.    Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
4.    Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
5.    Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
6.    Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.
7.    Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
8.    Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
9.    Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)

2.    PENELITIAN KORELASIONAL

Pengertian
§  Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
§  Menurut Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Walaupun demikian ada peneliti lain seperti di antaranya Nazir dalam Sukardi (2008:166); mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi, karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.

Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut, adalah:
  1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
  2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
  3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
(Abidin, M. Zainal. 2010.  “Penelitian Korelasional”. http://meetabied.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Tujuan Penelitian Korelasional
§  Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (1994:24) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
§  Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2007:38); Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi.
(Abidin, M. Zainal. 2010.  “Penelitian Korelasional”. http://meetabied.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)


Ciri-ciri Penelitian Korelasional
§  Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
§  Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
§  Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
§  Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain:
§  Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal;
§  Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas;
§  Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
§  Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:
§  Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); 
§  Dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
(Abidin, M. Zainal. 2010.  “Penelitian Korelasional”. http://meetabied.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Langkah-Langkah Pokok
1.    Definisikan masalah
2.    Lakukan telaah pustaka
3.    Rancang cara pendekatannya
4.    Kumpulkan data
5.    Analisis data dan buat interpretasinya
6.    Susun laporan
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)


Macam Penelitian  Korelasional
1.    Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat).

Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebgai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hbungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.

Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi, suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien tersebut, bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.

Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.


2.    Penelitian Prediktif
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar; 1999:285). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.

Perbedaan yang uama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antar kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingi menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hbungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan.

Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebh dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalkam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.

3.    Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
§  Regresi ganda
Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Hadjar; 1999:288), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanyamenggunakan masing-masing variabel prediktorsecara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.

§  Korelasi kanonik
Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi,tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria?. Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapatdianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Hadjar; 1999:289). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel.mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
(Abidin, M. Zainal. 2010.  “Penelitian Korelasional”. http://meetabied.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal, baik relasional, prediktif, maupun multivariat, melibatkan perhitungan korelasii antara variabel yang kompleks         (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Untuk menguji hubungan tersebut, desain atau langkah-langkah yag ditempuh untuk penelitian relasional dan prediksi sama meskipun detail masing-masing langkah untuk keduanya berbeda, terutama dalam pengumpulan dan analsis data. Langkah-langkah tesebut, yang paling pokok, adalah: penentuan masalah, penentuan subjek, pengumpulan data, dan analisis data.

§  Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memrlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.

§  Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur.
Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan, kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.

§  Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteri terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.

§  Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang satu dngan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rancangan penelitian korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan, yaitu:
§  Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan foefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.

§  Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.

§  Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).


§  Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
§  Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.
§  Desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.
Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian korelasional adalah sebagai berikut:
§  Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat
§  Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
§  Peneliti memilih statistik yang salah
§  Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat
§  Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang
§  Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)
§  Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu analisis jalur
§  Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
(Abidin, M. Zainal. 2010.  “Penelitian Korelasional”. http://meetabied.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010)

 

3. PENELITIAN EKSPERIMEN

Pengertian
§  Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Tujuan
§  Untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.
§  Untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2).
§  Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.

Karakteristik
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimental, yaitu:
§  Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (rambang).
§  Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental.
§  Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
§  Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
§  Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan penggeneralisasian pada kondisi yang sama.
§  Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen
Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:
1.    Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
2.    Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3.    Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
4.    Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
o   Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen;
o   menentukan cara mengontrol;
o   memilih rancangan penelitian yang tepat;
o   menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian;
o   membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;
o   membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan;
o   mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.
5.    Melaksanakan eksperimen
6.    Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen
7.    Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan.
8.    Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
9.    Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)

 Rancangan Penelitian Eksperimen
Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-eksperimental, yaitu:
o   Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
o   Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
o   Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design)
Rancangan Eksperimen Murni
Rancangan eksperimen murni ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
o   Adanya kelompok kontrol.
o   Siswa ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing kelompok.
o   Sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Dua rancangan eksperimen secara garis besar dijelaskan sebagai berikut.
o   Rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest only control group design)
o   Rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol (the randomized pretest-posttest control group design)
o   Empat kelompok solomon (the randomized solomon four group design)
o   Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest – only control group design)
o   Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized pretest – posttest cont rot group design, using)


Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
o   Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest – only control group design, using matched subject).
o   Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (the randomnized posttest – only control group design, using matched subject),
o   Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (a three treatment counter balanced, using matched subject) .
o   Rancangan rangkaian waktu (a basic time-series design)
o   Rancangan faktorial (factorial design).
(Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)


Aplikasi Penelitian Eksperimen Dalam Kesehatan
§  Penelitian intervensi
Digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat. Dengan kata lain dikenakan pada masyarakat sebagai kesatuan himpunan objek. Disebut juga penelitian operasional karena dilakukan sekaligus untuk memperbaiki suatu sistem atau program yang sedang berjalan.
Terdiri atas 2 tipe:
o   Penelitian intervensi preventif, mempelajari hubungan factor-faktor resiko dengan kejadian suatu penyakit dengan memberikan perlakuan atau manipulasi terhadap factor risiko tersebut pada subjek.
o   Penelitian intervensi kuratif. Memberikan perlakuan terhadap perkembangan suatu penyakit,
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta)








BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Pendekatan Kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.

Sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka. Mulai dari pengumpulan data data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai dengan table, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain.

Selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa informasi kualitatif. Dengan gambaran ini maka tidak ada garis tegas antara penilitian kuantitatif dengan penelitian yang ditinjau hanya dari penggunaan angka-angka.

Penelitian dengan metode kuantitatif ini ada dua jenis, yaitu eksperimental dan noneksperimental. Penelitian noneksperimental terbagi lagi beberapa macam, diantaranya penelitian deskriptif dan korelatif.

 


3.2  Saran
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti hendaknya memahami dulu pendekatan seperti apa yang akan digunakan.   Sehingga memudahkan dalam menyusun penelitian tersebut dan isinya akan lebih terarah.



DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. Zainal. 2010.  “Penelitian Korelasional”. http://meetabied.wordpress.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010
Anonim. “Proposal Penelitian Kuantitatif. http://www.infoskripsi.com/ diakses tanggal 10 Oktober 2010
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta
Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Yogyakarta: Mitra Cendikia
Suryabrata, Sumadi,1994. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!