Kamis, 08 September 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM THYPOID


Download ASKEP anak dengan demam thypoid  DISINI atau klik download link:
http://www.ziddu.com/download/16439715/ASUHANKEPERAWATANANAKDENGANDEMAMTHYPOID.rar.html


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Demam Thypoid merupakan salah satu jenis penyakit gangguan pada system pencernaan yang dapat mengganggu mekanisme system pencernaan. Demam Thypoid dapat disebabkan oleh bakteri salmonella typhi, atau jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu Salmonella paratyphi. Demam typhoid ditularkan atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran demam typhoid dari orang ke orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan pada lingkungan dengan jumlah penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola penyebaran kuman S.typhi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi biasanya melalui feses penderita. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas kasus demam thypoid ini.

1.2  TUJUAN
a.       Mampu melakukan Pengkajian pada pasien demam Thypoid
b.      Mampu menegakkan diagnosis yang muncul
c.       Mampu menyusun rencana keperawatan
d.      Mampu melaksanakan rencana keperawatan yang telah dibuat
e.       Mampu mengevaluasi hasil kerja














BAB II
PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1  PENGERTIAN


Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 ). Dan pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa, masa inkubasi 10 – 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika inpeksi terjadi melalui makanan ( Ngastiyah , 1995 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Nama lain dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis.

2.2  ETIOLOGI
Demam Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selain oleh Salmonella typhi, demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B dan C namun gejalanya jauh lebih ringan.

Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

2.3  MANIFESTASI KLINIS
a.       Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan
b.      Lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat
c.       Nafsu makan berkurang
d.      Bibir kering dan pecah-pecah
e.       Perut Kembung
f.       Sulit BAB
g.      Gangguan kesadaran ( apatis dan somnolen)
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a.       Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b.      Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

2.4  PATOFISIOLOGI
Kuman salmonella thypi, salmonella paratyphy yang menjadi penyebab demam thypoid masuk ke saluran cerna. Saat berada dalam saluran cerna sebagian diantaranya dimusnahkan dalam asam lambung, namun sebagian lagi masuk kedala usus halus, dan membentuk limfoid plaque peyeri. Ada yang hidup dan bertahan ada juga yang menembus lamina propia dan masuk ke aliran limfe serta masuk ke kelenjar limfe dan menembus aliran darah sehingga bersarang dihati dan limfa. Dan terjadi hepatomegali yang akan menimbulkan nyeri tekan dan infeksi yang menyebabkan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang dan ini yang menyebabkan demam tifoid sehingga terjadi peningkatan suhu badan atau panas.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.


Tanda-tanda Gejala Sistemik
 
 





                                                                                         Berkembang biak


Lumen Usus
 
                                                                             Menembus usus lagi
                                                                             reaksi Seperti Semula
Melepas Sitokin reaksi
Inflamasi sistemik                                           Reaksi Hiprsensitifitas
feses
 
                                                                        Tipe lambat                
                                                                                                Akumulasi
                                                                                                Mononuclear
                                                                                                Diradang usus
                        Gejala-gejala
 







Perforasi
 
Menembus lap. Mukosa dan otot
 
Proses berjalan Terus






2.5  PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

c.       Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1.      Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2.      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3.      Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

4.      Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1.      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2.      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3.      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a.       Faktor yang berhubungan dengan klien :
1.      Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2.      Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3.      Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4.      Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5.      Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6.      Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7.      Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8.      Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.

b.      Faktor-faktor Teknis
1.      Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2.      Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3.      Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

2.6  PENATALAKSAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
a.      Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

b.      Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

c.       Diet dan Terapi Penunjang
1.      Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
2.      Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus ( kembung perut), dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
3.      Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual lagi.

d.      Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid adalah:
1.      Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2.       Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3.      Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4.      Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5.      Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6.      Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)
7.    Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh kafiler.

2.7  KOMPLIKASI
Komplikasi intestinal
a.       Perdarahan usus
b.      Perporasi usus
c.       Ilius paralitik

Komplikasi ekstra intestinal
a.       Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b.      Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
c.       Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d.      Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e.       Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f.       Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g.      Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer.

Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)

2.8  ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.      Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan pusing
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan diare, klien mengeluh nyeri otot.
c.       Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
d.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).

3.      Pemeriksaan Fisik
Pengkajian umum
a.       Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma
b.      Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat
c.       Tanda-tanda vital, normalnya:
Tekanan darah       : 95 mmHg
Nadi                      : 60-120 x/menit
Suhu                      : 34,7-37,3 0C
Pernapasan            : 15-26 x/menit

Pengkajian sistem tubuh
a.       Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien
b.      Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera.
c.       Pemeriksaan dada
1)      Paru-paru
Inspeksi           : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi            : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
2)      Jantung
Inspeksi           : amati iktus cordis
Palpalsi            : raba letak iktus cordis
Perkusi            : batas-batas jantung
d.      Pemeriksaan abdomen
Inspeksi           : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi            : suara peristaltic usus
Auskultasi       : frekuensi bising usus
e.       Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
4.      Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a.       Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu tumbang anak
b.      Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus lamadan anak yang lahir dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbang anak
c.       Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar kepala (49-50cm), LILA, lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d.      Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk pada lengan atas, pantat dan paha mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan mudah / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya.
e.       Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang bola dengan seimbang, egosentris dan menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata, bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –kotak.
f.       Riwayat imunisasi
5.      Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.

Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
      4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

6.      Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a.      Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan, pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
b.      Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan.
c.       Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat bantu, penggunaan obat-obatan.
d.      Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
e.       Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
f.       Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien.
g.      Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional seperti takut, cemas karena dirawat di RS.
h.      Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana kemampuan dalam menjalankan perannya.
i.        Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
j.        Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai stress dan adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orang tua untuk selalu mendukung anak.
k.      Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari orang tua.

ANALISA DATA
Data objektif/subjektif
Etiologi
Masalah keperawatan
Data objektif:
·         Suhu tubuh klien meningkat
·         Lidah terlihat kotor/berselaput didaerah tengah fdan tepi serta tremor pada ujungnya
Data subjektif:
·         Klien mengeluh kepala terasa sakit, demam
·         Klien mengeluh kepala terasa nyeri dan pusing
Kuman salmonella thypi

saluran cerna

bersarang dihati dan limfa

hepatomegali

zat pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang

demam

suhu meningkat
Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Data objektif:
·         Suhu klien meningkat
·         Klien diare
·         Mukosa bibir pucat, bibir kering dan pecah-pecah
Data subjektif:
·         klien mengeluh mual dan muntah
·         Klien mengeluh haus
·         Klien mengeluh lemas

Peningkatan suhu tubuh
Ektravasasi cairan
Intake kurang
 

Volume plasma berkurang

Penurunan volume cairan tubuh




Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

Data objektif:
·         BB klien menurun
·         Klien mual
·         Klien anoreksia
·         Mukosa bibir pucat, bibir kering dan pecah-pecah
·         Turgor kulit jelek, kulit kering
Data subjektif:
·         Klien mengatakan tidak nafsu makan
·         Klien mengatakan tidak tertarik dengan makanan
Nafsu makan menurun

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.


NURSING CARE PLAN
NANDA
NOC
NIC
Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Indikator:
·      Suhu  36,5 – 37,5oC
·      Bibir lembab
·      Kulit tidak teraba panas
·      Aktifitas sesuai kemampuan
·      Identifikasi penyebab / factor yang dapat menyebabkan hipertermi
·      Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
·      Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak bila kontraindikasi
·      Berikan kompres air hangat.
·      Anjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas yang berlebihan saat suhu naik / bedrest total
·      Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat
·      Ciptakan lingkungan yang nyaman
Kolaborasi :
·      Pemberian antipiretik
·      Pemberian antibiotic

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
Defenisi : penurunan cairan intravaskuler intestinal dan atau intraseluler, contohnya dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium.

Batasan karakteristik :
Kelelahan, kehilangan berat badan.
Keseimbangan cairan
Indikator:
·         Keseimbangan intake dan output 24 jam
·         Berat badan stabil
·         Tidak ada rasa haus yang berlebihan
·         Elektrolit serum dalam batas normal
·         Hidrasi kulit tidak ada



Pengelolaan cairan
Aktifitas:
·         Pantau berat badan biasanya dan kecendrungannya
·         Mempertahankan intake dan output pasien
·         Pantau ststus hidrasi
·         Memonitor status hemodynamic termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
·         Pantau tanda-tanda vital pasien
·         Pantau status nutrisi pasien




Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat

Defenisi: ketidak cukupan intake nutrisi untuk kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik
·         Berat badan 20% berkurang dari ideal
·         Lemahnya kesehatan otot
·         Tidak nafsu makan


Status nutrisi
Indikator:
·         Intake nutrisi
·         Intake makanan dan cairan
·         Energi
·         Berat tubuh


Mengontrol Nutrisi

Aktivitas:
·         Menimbang berat badan pasien pada jarak yang ditentukan
·         Memantau gejala kekurangan dan penambahan berat badan
·         Memantau respon emosional pasien ketika ditempatkan pada situasi yang melibatkan makanan dan makan
·         Memantau interaksi orang tua/anak selama makan, jika diperlukan
·         Mengontrol keadaan lingkungan ketika makan
·         Mengontrol turgor kulit, jika diperlukan
·         Memantau kekeringan, tipisnya rambut sehingga mudah rontok
·         Memantau gusi saat menelan, karang gigi, dan penambahan luka
·         Mengontrol mual dan muntah
·         Memantau tingkat energy, rasa tidak nyaman, kelelahan, dan kelemahan
·         Memantau jaringan yang pucat, memerah, dan kering
·         Memantau kemerahan, bengkak, dan retak pada mulut/bibir

2.9  LAPORAN KASUS
Pengkajian
a.      Biodata Klien
Nama               :  anak A
Umur               : 6 tahun
Jemis kelamin  : Perempuan
Pendidikan      : Kelas 1 SD

Biodata ayah
Nama               : Tn J
Umur               : 43 tahun
Jenis kelamin   : Laki-laki
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : Tani
Agama             : Islam
Alamat            : Jorong Air Putih, kecamatan Harau, kabupaten 50 kota

Biodata ibu
Nama               : Ny A
Umur               : 38 tahun
Jenis kelamin   : Perempuan
Pendidikan      : SD
Pekerjaan         : Ibu rumah tangga
Agama             : Islam
Alamat            : Jorong Air Putih, kecamatan Harau, kabupaten 50 kota

b.      Riwayat Kesehatan
1.      Keluhan utama
Klien telah demam sejak 1 minggu yang lalu. menurut ibu klien, klien sebelumnya jatuh dan tangannya terkilir namun telah membaik setelah di urut. Klien awal sakit mengeluh sakit perut, pusing, tidak nafsu makan dan merasa lemas. Setelah diperiksa dipuskesmas terdekat, klien dinyatakan terkena gejala tifus.

2.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian kondisi klien sudah mulai membaik. Sakit perut klien sudah hilang namun klien masih tidak nafsu makan dan kadang memuntahkan kembali makanannya. Klien juga masih terlihat lemah dan tidak bersemangat.
3.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien sebelumnya belum pernah menderita penyakit ini. Menurut orang tua klien, klien adalah anak yang jarang sakit. Kalau demam, biasanya klien akan membaik setelah dibawa ke tukang urut.

4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut ibu klien, beliau juga pernah dulu terkena tifus waktu berumur 5 tahun. Namun ayah klien dan keluarga yang lain tidak pernah menderita penyakit ini ataupun sakit lainnya.

c.       Pemeriksaan Fisik
Pengkajian umum
1.      Tingkat kesadaran             : composmentis
2.      Keadaan umum                 : sedang
3.      Tanda-tanda vital              :
Tekanan darah                   : 80/50 mmHg (N=95 mmHg)
Nadi                                  : 124x/menit (N=60-120 x/menit)
Pernapasan                        : 30x/menit (N=15-26 x/menit
Suhu                                  : 36,5 0 C (N=34,7-37,3 0C)
4.      Tinggi badan                     : 95 cm
5.      Berat badan                       : 12 kg

Pengkajian sistem tubuh
1.      Pemeriksaan kulit dan rambut
Warna kulit sawo matang, kulit dan rambut klien kering. Normalnya tekstur kulit anak yang masih kecil sangat halus,agak kering, dan tidak berminyak atau lembab.

2.      Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala       : tidak ada tanda-tanda trauma atau luka.
Muka         : agak pucat.
Mata          : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya (+), tidak ada gangguan penglihatan
Hidung      : tidak ada tanda-tanda trauma, lesi, maupun perdarahan, tidak ada kelainan penciuman
Mulut        : mukosa bibir pucat, bibir kering dan pecah-pecah, tonsil tidak membesar
Telinga      :simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada gangguan pendengaran

3.      Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi           : simetris
Palpasi             : taktil fremitus kiri=kanan
Perkusi            : suara paru sonor
Jantung
Inspeksi           : iktus cordis tidak tampak
Palpalsi            : letak iktus cordis normal
Perkusi            : batas-batas jantung normal
4.      Pemeriksaan abdomen
Inspeksi           : tdak ada trauma ataupun ascites
Palpasi             : tidak ada teraba massa
Perkusi            : timpani
Auskultasi       : frekuensi bising usus normal
5.      Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada kelainan
6.      Neurologis: refleks normal

d.      Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
1.      Riwayat prenatal : ibu tidak ada sakit selama hamil, BB ibu tidak naik, ibu ada melakukan pemantauan kehamilan secara berkala ke puskesmas, namun ibu tidak pernah meminum susu ataupun makanan bergizi yang lainnya selama sakit. Ibu klien hanya makan dan minum seadanya saja.
2.      Riwayat kelahiran : klien dilahirkan secara normal di puskesmas. Keadaan klien saat lahir juga normal. Klien menyusui selama 2 tahun dan tidak ada diberikan susu tambahan maupun bubur.
3.      Pertumbuhan fisik :
BB             : 12 kg
TB             : 95 cm
BB/TB       : 12/95
BB/U         :12/6
TB/U         : 95/6
4.      Perkembangan : klien sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara mandiri (seperti berpakaian, mandi, dan lain-lain), klien mampu berlari dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang bola dengan seimbang, menggambar, mengerti dengan kata kata, bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan. Saat ini klien tidak mampu bermain seperti biasa karena kondisi yang lemah.
5.      Riwayat imunisasi: menurut ibu klien, klien selalu dibawa untuk di imunisasi. Klien telah melakukan imunisasi lengkap.
e.       Riwayat sosial
Menurut ibu klien, klien adalah anak yang periang. Klien anak yang lincah dan suka bermain kemana-mana. Klien malah jarang berada dirumah. Biasanya yang menjaga klien sementara orang tua bekerja adalah kakaknya.
f.       Pengkajian Pola Fungsional Gordon
Pola Gordon
Kebutuhan Normal
Fakta
Analisa (normal/tidak)
Persepsi-manajemen kesehatan
Orang tua klien mengetahui pola sehat, pengetahuan tentang gaya hidup yang berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif
Orang tua klien kurang mengtahui seperti apa pola hidup sehat. Orang tua klien tidak terlalu memikirkan tentang gizi dalam makanan. Biasanya kalau klien sakit, hanya dibawa ke tukang urut atau ke orang pintar saja.
Tidak normal
Hendaknya diberikan penyuluhan kepada orang tua klien pentingnya pengetahuan gizi untuk anak

Pola nutrisi metabolic
Kebutuhan kalori (umur 6 tahun): 40-45 kal/kg, protein 32 gr, VIT A 360, B1 0,7 mg, B2 0,9 mg, niasin 7,6 mg, B12 0,7 mg, vit C 25 mg. Ca 500 mg, fosfor 350 mg, besi 9 mg, seng 10 mg, iodium 100 mg.

Klien jarang makan, apalagi semenjak sakit. Klien hanya mau makan lontong sedikit dan kadang dimuntahkan lagi. Biasanya hanya jajan makanan ringan seperti es kiko, sosis, dan mie.
Klien biasanya suka makan dengan sambal rending. Minum klien tidak ada masalah.
Tidak normal
Pola eliminasi
BAK dan BAB klien lancar
BAK dan BAB klien lancar
Normal
Pola aktivas latihan
Aktivitas klien tidak terganggu, kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan baik saat melakukan aktivitas.
Klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa karena masih lemah. Klien hanya merengek di gendongan ibunya.
Tidak normal
Pola istirahat tidur
Tidur klien tidak mengalami gangguan. Klien dapat tidur 8-10 jam per hari.
Dua hari ini klien sudah bisa tidur dengan nyaman karena tidak sakit perut lagi. Klien juga tidur siang selama 2-3 jam sehari.
Normal
Pola kognitif persepsi
Fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien normal
Klien tidak ada gangguan pada indra dan persepsinya.
Normal
Pola persepsi diri dan konsep diri
Persepsi klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri klien tidak ada gangguan
Klien merasa takut dan cemas ketika dijenguk oleh orang lain. Klien menangis ketika diperiksa.
Tidak normal
Pola peran hubungan
Klien dapat berhubungan dengan orang lain dengan lancer dan dapat menjalankan perannya.
Hubungan klien dengan teman dan orang sekitar terganggu. Klien semenjak sakit tidak ada keluar rumah lagi.
Tidak normal
Pola reproduksi dan seksualitas
Tidak ada gangguan seksualitas.
Klien tidak ada mengalami gangguan seksualitas
Normal
Pola koping dan toleransi stress
Klien mampu dalam manghadapai stress dan adanya sumber pendukung
Jika klien mulai merengek, ibu klien akan memberikan mainan sehingga klien akan sibuk dengan mainannya
Normal
Anak-anak belum bisa melskukan koping stress, sehingga peran orang tua sangat penting
Pola nilai dan kepercayaan
Klien tahu tentang nilai dan kepercayaan yang dianutnya
Klien masih belum terlalu tahu tenatang kepercayaannya. Klien kadang-kadang menuruti orang tuanya ketika melaksanakan ibadah
Normal
Anak-anak belum terlalu mengerti tentang nilai dan kepercayaan. Orang tua hendaknya membimbing anak semenjak dini.

ANALISA DATA
Data objektif/subjektif
Etiologi
Masalah keperawatan
Data objektif:
·         Mukosa bibir pucat, bibir kering dan pecah-pecah
·         Turgor kulit kering
Data subjektif:
·         Klien mengeluh haus
·         Klien mengeluh lemas

Peningkatan suhu tubuh
Ektravasasi cairan
Intake kurang
 

Volume plasma berkurang

Penurunan volume cairan tubuh

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

Data objektif:
·         Klien anoreksia
·         Mukosa bibir pucat, bibir kering dan pecah-pecah
·         Turgor kulit jelek, kulit kering
Data subjektif:
·         Klien mengatakan tidak nafsu makan
·         Klien mengatakan tidak tertarik dengan makanan
Nafsu makan menurun

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.

5 komentar:

  1. hey fren, salam kennal ^^
    aQ suka blog kamu,smua isinya menarik buat aQ.
    backgroung'y jg...kerrrrren !
    ^_^v

    BalasHapus
  2. informasi yang sangat bermanfaat, terimakasih banyak..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!