Download makalah DISINI atau klik download link:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan luka merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan yang telah memperoleh banyak perhatian sejak dahulu.
Berkat perkembangan sejarah perawatan luka yang sudah lama berjalan dan karena pandangan-pandangan yang baik dan berkembang terus dalam perawatan luka, maka tidak ada metode standar dalam perawatan luka. Dan seringkali juga tidak ada standar metode perawatan luka yang dikembangkan secara tersendiri, karena alasan-alasan berikut :
Ø Besarnya rasa malu karena mempunyai luka
Ø Besarnya rasa malu yang ada pada pasien itu, dan setiap perawatan harus disesuaikan dengan masing-masing orang
Ø Adanya tujuan yang berbeda dari suatu perawatan luka
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatifnsebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %.
Dampak yang terjadi apabila luka kotor dibiarkan atau tidak ditanggulangi dengan tepat maka akan berdampak pada pembusukan pada daerah luka, selain daripada itu terjadinya penambahan daerah luka atau pelebaran akan menimbulkan masalah yang serius, dan juga dapat menimbulkan infeksi secara sistemik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar manusia mengetahui dan memahami bagaimana cara melakukan perawatatan luka bersih dan luka kotor pada klien.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mampu memahami materi ini
b. Agar mahasiswa mampu dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perawatan luka bersih dan kotor.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami membahas tentang konsep integumen kulit, konsep luka bersih, luka kotor dan prosedur perawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perawatan Luka Bersih dan Kotor
1. Anatomi fisiologi sistem integumen
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. (Syaifuddin, 2006)
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut)
a) Stratum Korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
b) Stratum Lucidum
Terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
c) Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
d) Stratum Spinosum
Terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e) Stratum Basal/Germinativum
Merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan.
2. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
a) Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b) Stratum retikulare
Yaitu yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang gunanya adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanik yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
b. Fisiologi sistem integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaan marah akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lainnya. (Syaifuddin, 2006)
2. Pengertian Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan[ R. Sjamsu Hidayat, 1997].
Menurut Koiner dan Taylan, luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain(Kozier, 1995).
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. Potter and Perry. (2005)
l Perawatan Luka Bersih
Prosedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose), termasuk didalamnya mengganti balutan.
l Perawatan Luka Kotor
Perawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Jenis-jenis luka
a. Berdasarkan tingkat kontaminasi
1) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
2) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
3) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
4) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
b. Berdasarkan ke dalaman dan luasnya luka
1) Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
3) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
c. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
1) Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
2) Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Mekanisme terjadinya luka :
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)
Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.
a. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu :
1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.
3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.
5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
b. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
1) Fase inflamasi :
a) Hari ke 0-5
b) Respon segera setelah terjadi injuri à pembekuan darah à untuk mencegah kehilangan darah
c) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
d) Fase awal terjadi haemostasis
e) Fase akhir terjadi fagositosis
f) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis.
2) Fase proliferasi or epitelisasi
a) Hari 3 – 14
b) Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka à luka nampak merah segar, mengkilat
c) Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
d) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
e) Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
3) Fase maturasi atau remodeling
a) Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
b) Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
c) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) à 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
d) Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.
Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
a. Status Imunologi
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
c. Hidrasi (slows metabolism)
d. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure-oedema)
e. Nyeri (causes vasoconstriction)
f. Corticosteroids (depress immune function)
g. Usia : Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
h. Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
i. Infeksi : Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
j. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi : Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi
k. penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
l. Hematoma : Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
m. Benda asing : Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
n. Iskemia : Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
o. Diabetes : Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
p. Keadaan Luka : Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
q. Obat : Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
r. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
s. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
t. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab.
u. kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
Aturan dalam perawatan luka (Stevens, P.J.M. 1999)
a. menghindari terjadinya pencemaran
Pada kulit dan lapisan lendir terdapat mikroorganisme. Oleh karena itu penting sekali setelah membantu pasien dan setelah menggantikan balutan yang kotor, perlu mencuci tangan dan mendensifeksi luka dan kulit.
b. mengusahakan balutan tetap kering
mikroorganisme dengan cepat memperbanyak diri dalam lingkungan yang basah. Sehingga perlu secara teratur mengganti balutan. Terutama lapisan luar balutan tidak boleh basah karena mikroorganisme itu bisa melewati balutan yang basah dan masuk kedalam luka.
c. proses perkembangan aliran darah local
d. mengembangkan kondisi yang baik
e. selalu berusaha agar luka bersih
f. penyokong yang baik untuk luka
pada luka steril perlu sekali suatu dukungan yang baik terhadap luka tersebut, untuk menjaga agar luka tersebut tidak menganga dan juga tidak timbul pendarahan.
g. menghindari kondisi luka yang makin memburuk
h. menghindari rasa sakit yang tidak perlu
B. Tujuan
1. luka bersih
Ø Mencegah timbulnya infeksi.
Ø Observasi perkembangan luka.
Ø Mengabsorbsi drainase.
Ø Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
2. luka kotor
Ø Mempercepat penyembuhan luka.
Ø Mencegah meluasnya infeksi.
Ø Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.
C. Indikasi
a. Luka bersih
Ø Luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
Ø Balutan kotor dan basah akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.
Ø Ingin mengkaji keadaan luka.
Ø Mempercepat debredemen jaringan nekrotik
b. Luka kotor
D. Persiapan peralatan
a. Luka bersih
Alat steril
l Pincet anatomi 1
l Pinchet chirurgie 1
l Gunting Luka (Lurus)
l Kapas Lidi
l Kasa Steril
l Kasa Penekan (deppers)
l Mangkok / kom Kecil
Alat tidak steril
l Gunting pembalut
l Plaster
l Bengkok/ kantong plastik
l Pembalut
l Alkohol 70 %
l Betadine 10 %
l Bensin/ Aseton
l Obat antiseptic/ desinfektan
l NaCl 0,9 %
b. Luka kotor
Alat steril
l Pincet anatomi 1
l Pinchet chirurgie 2
l Gunting Luka (Lurus dan bengkok)
l Kapas Lidi
l Kasa Steril
l Kasa Penekan (deppers)
l Sarung Tangan
l Mangkok / kom Kecil 2
Alat tidak steril
l Gunting pembalut
l Plaster
l Bengkok/ kantong plastik
l Pembalut
l Alkohol 70 %
l Betadine 2 %
l H2O2, savlon
l Bensin/ Aseton
l Obat antiseptic/ desinfektan
l NaCl 0,9 %
E. Prosedur
a. Luka bersih
Prosedur perawatan:
Ø Menyiapkan alat
Ø Menyiapkan pasien
o Perkenalkan diri
o Jelaskan tujuan
o Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
o Persetujuan pasien
Ø Tekhnis pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan:
Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
Tempatkan alat yang sesuai.
Cuci tangan.
Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.
Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah dari dalam ke luar.
Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan.
Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan kasa steril
Plester verban atau kasa.
Rapikan pasien.
Alat bereskan dan cuci tangan.
Catat kondisi dan perkembangan luka.
b. Luka kotor
Prosedur perawatan
1. Menyiapkan alat
2. Menyiapkan pasien
q Perkenalkan diri
q Jelaskan tujuan
q Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
q Persetujuan pasien
3. Tekhnis pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan
Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
Tempatkan alat yang sesuai.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh.
Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.
Bersihkan bekas plester dengan bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), arah dari dalam ke luar.
Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan.
Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka dengan kasa steril.
Plester verban atau kasa.
Rapikan pasien.
Alat bereskan dan cuci tangan.
Catat kondisi dan perkembangan luka
F. Evaluasi
a. Dimensi luka : size, depth, length, width
b. Photography
c. Wound assessment charts
d. Frekuensi pengkajian
e. Plan of care
f. Dokumentasi
a. Potential masalah
b. Komunikasi yang adekuat
c. Continuity of care
d. Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
e. Harus bersifat faktual, tidak subjektif
f. Wound assessment charts
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka itu menurut salah satu ahli adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.
Luka itu dapat dibagi berdasarkan:
3. Berdasarkan tingkat kontaminasi
4. Berdasarkan ke dalaman dan luasnya luka
5. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
Jadi, dalam melakukan perawatan luka bersih dan kotor harus menguasai ilmu, pengetahuan juga keterampilan klinis sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Saran
1. Seorang perawat harus menguasai ilmu dan inovasi produk perawat supaya optimal dalam melakukan perawatan
2. Seorang perawat harus mengkaji luka secara komperehensif.
3. Seorang perawat harus menguasai pengetahuan dan keterampilan klinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!