BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERUBAHAN KEHIDUPAN INTRAUTERIN DAN EKSTRAUTERIN
Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi saat bayi baru lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari.
A. Transisi ke kehidupan ekstrauterin
Bayi baru lahir mengalami fase ketidakstabilan selama 6 sampai 8 jam pertama setelah lahir. Fase-fase ini secara kolektif disebut periode transisi antara intrauterin dan ekstrauterin. Tahap pertama dari periode transisi berlangsung sampai 30 menit setelah lahir dan disebut Periode Pertama Reaktivitas. Denyut jantung bayi yang baru lahir meningkat dengan cepat ke 160-180x/ menit tetapi secara bertahap jatuh setelah 30 menit atau lebih pada tingkat antara 100 dan 120x/ menit. Respirasi tidak teratur, dengan tingkat antara 60 dan 80x/ menit. Crackles dapat hadir pada auskultasi, terdengar mendengus, hidung kembang-kempis, dan retraksi dada juga dapat dicatat, tetapi itu dalam satu jam pertama kelahiran. Bayi terlihat waspada dan mungkin terkejut, tremor, menangis, dan gerakan kepala dari satu sisi ke sisi lain. Suara usus juga dapat didengarkan.
B. Periode Kedua Reaktivitas
Terjadi kira-kira antara 4 dan 8 jam setelah lahir dan berlangsung dari 10 menit sampai beberapa jam. Periode singkat takikardia dan takipnea terjadi, terkait dengan tonus otot meningkat, warna kulit, dan produksi lendir. Bayi baru lahir yang sehat akan mengalami transisi ini tanpa memandang usia gestasional atau tipe kelahiran. Secara umum, transisi yang dialami bayi baru lahir adalah:
- Transisi normal
Di dalam uterus, janin berada dalam lingkungan yang sangat kecil, gelap, hangat, penuh cairan, tanpa gravitasi, dan kedap suara serta tidak ada nyeri. Setelah lahir, lingkungan ini berubah secara dramatis menjadi lingkungan yang terang, dingin, bergravitasi, berisik, mungkin disertai nyeri, dan ruangan terbuka. Dengan pengecualian kemungkinan akan lahir mati, proses kelahiran dapat diargumentasikan sebagai suatu peristiwa perubahan fisiologis terbesar yang dialami manusia.
- Transisi Disfungsional
Beberapa waktu pertama dalam kelahiran bayi sangatlah penting. Pada saat ini bayi tiba-tiba pindah dari rahim ibu ke lingkungan di luar rahim.Asfiksia paling sering terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi.
Transisi ke kehidupan ekstrauterin yang memuaskan memerlukan urutan peristiwa kardiovaskuler dan pulmoner sebagai berikut :
1. Paru-paru mengembang dengan udara turun ke jalan napas terminal (alveoli)
2. Alveoli menjadi teroksigenasi
3. Pembuluh darah pulmonel berdilatasi sebagai respons terhadap ekspansi paru dan oksigenisasi alveolar
4. Sebagai respons terhadap vasodilatasi pulmoner, curah jantung ke paru-paru berubah sekitar 7% pada janin sampai sekitar 100% pada BBL
2.2 ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI BAYI BARU LAHIR
A. Adaptasi Fisiologi Pada Ibu
1. Sistem Reproduksi
- Uterus
1. Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus. Penurunan hormon esterogen dan progesteron setelah persalinan menyebabkan terjadinya autolisis pada jaringan uterus dalam proses pengembalian ke kondisi sebelum hamil.
2. Kontraksi Uterin
Intensitas kontraksi uterin meningkat secara bermakna segera setelah persalinan bayi, yang merupakan respon untuk segera mengurangi jumlah volume intra uterin. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum, aktivitas uterin menurun dengan halus dan dengan progresif dan stabil
3. Afterpains
Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodik menyebabkan kram uterus yang tidak nyaman dan sisebut sebagai afterpains dan terjadi pada awal postpartum.
4. Tempat Perlekatan Plasenta
Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi vasokonstriksi dan trombosis untuk mencegah tempat perlekatan plasenta melebar.
5. Lokhea
Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut sebagai lokhea. Pengeluaran lokhea meliputi 3 tahap yang dikarakteristikkan dengan warna, jumlah dan waktu pengeluaran.
a. Lokhea Rubra
Mengandung darah, sel desidua, dan bekuan darah, berwarna merah menyala berbau amis. Pada 2 jam setelah melahirkan, jumlah lokhea mungkin seperti saat menstruasi. Hal ini berlangsung sampai hari ke 3-4 postpartum.
b. Lokhea Serosa
Mengandung sisa darah, serum, dan leukosit. Warna pink atau kecoklatan dan berlangsung sampai hari ke-10 postpartum.
c. Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Berwarna kekuningan hingga putih dan berlangsung sampai minggu ke2-6 postpartum
· Cerviks
Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Cerviks atas atau segmen bawah uterus tampak edema, tipis dan fragil selama beberapa hari setelah postpartum. Porsio mungkin menonjol kearah vagina, tampak memar dengan sedikit laserasi. Laktasi dapat menghambat produksi mukosa cerviks karena menghambat produksi estrogen.
· Vagina dan Perineum
Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi pada minggu ke 6-8 postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu ke 4 postpartum tetapi tidak mungkin kembali ke kondisi seperti saat sebelum menikah. Penurunan estrogen juga menyebabkan produksi mukosa vagina berkurang sehinga lubrikasi minimal mukosa kembali menebal setelah ovarium kembali berfungsi.
Hemoroid juga dapat ditemukan pada ibu postpartum, terutama pada ibu yang mengedan kuat saat persalinan. Ibu mungkin mengeluh gatal, tidak nyama atau terdapat perdarahan selama defekasi. Hemoroid akan berkurang setelah 6 minggu postpartum
2. Sistem Endokrin
· Hormon Plasenta
Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan seperti human plasenta laktogen (hPL), human corionik gonadotropin (hCG). Estrogen dan progesteron mencapai kadar terendah pada minggu pertama postpartum
· Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Hormon prolaktin meningkat secara progresif selama kehamilan dan setelah melahirkan akan tetap meningkat pada ibu menyusui. Kadar prolaktin akan ditentukan oleh lama dan frekuensi menyusui, status nutrisi ibu, serta kekuatan bayi dalam menghisap. Penurunan kadar estrogen dan progesteron juga menyebabkan kadar hormon prolaktin meningkat. Pada ibu tidak menyusui kadar prolaktin akan berkurang dan mencapai kadar seperti sebelum kehamilan pada minggu ke 4-6 postpartum.
Ovulasi pada ibu tidak menyusui terjadi pada hari ke 27 setelah persalinan, denga rata-rata waktu 70-75 hari. Pada ibu menyusui, menstruasi terjadi pada minggu ke-17 postpartum. Ovulasi mungkin terjadi sebelum menstruasi pertama, sehingga perlu didiskusikan tentang metode keluarga berencana yang tepat.
3. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum akan kembali normal hampir seperti kondisi sebelum hamil setelah minggu ke-6 postpartum. Striae mungkin masih ada. Pengembaliuan tonus otot dipengaruhi oleh tonus itu sendiri, latihan yang tepat, dan jumlah dari sel lemak. Diaktasis rektus abdominis tetap ada.
4. Sistem Perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi meningkat. Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga menurun.
a. Komponen Urin
BUN meninkat akibat autolisis pada proses involusi. Proteinuria + 1 normal karena pemecahan sel otot uterus selama 1 dan 2 postpartum. Ketonuria terjadi pada ibu dengan persalinan lama yang disertai dehidrasi
b. Diuresis Postpartum
Selama 12 jam postpartum, ibu mulai kehilangan cairan yang bertumpuk di ekstrasel selama kehamilan akibat dari penurunan kadar estrogen. Pengeluaran cairan dapat mengurangi berat badan ibu postpartum sebanyak 2.25 kg.
c. Uretra dan Bladder
Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat menyebabkan penurunan sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang ada di bladder. Ditambah adanya laserasi di perineum dan episiotomi menyebabkan keinginan untuk berkemih menjadi menurun. Hal ini menyebabkan timbulnya distensi bladder yang dapat menghambat turunnya uterus dan memudahkan timbulnya infeksi. Syaraf dan otot dinding bladder akan kembali normal setelah 5-7 hari postpartum
5. Sistem Gastrointestinal
a. Nafsu makan
Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena energi yang dikeluarkan saat persalinan.
b. Buang air besar
BAB Spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum. Keterlambatan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon selama persalinan dan postpartum, diare, kekurangan makanan, atau dehidrasi. Trauma karena persalinan pada sistem gastrointestinal, seperti : laserasi perineum grade 3 dan 4 juga dapat menghambat BAB secara normal
6. Payudara
Saat mulai menyusui, massa berupa kantong ASI dapat teraba di payudara, hanya berbeda dengan massa pada tumor atau karsinoma, massa pada payudara ibu menyusui berpindah-pindah dan tidak menetap. Sebelum proses menyusui dimulai, pengeluaran payudara berupa cairan kekuningan yang disebut kolostrum. Payudara tegang dapat terjadi setelah 48 jam menyusui dan gangguan putting dapat terjadi, seperti pecah-ecah, kemerahan dan melepuh.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan darah saat persalinan dan pengeluaran edema fisiologi saat kehamilan. Volume darah yang bertambah (1000-1500 ml) selama kehamilan akan berkurang sampai 2 minggu postpartum dan kembali ke kondisi sebelum kehamilan pada bulan ke-6 postpartum.
b. Cardiac Output (CO)
CO akan meningkat dibanding saat kehamilan pada 30-60 menit setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan sirkulasi uteroplasenta. Ini akan menurun cepat pada minggu ke-2 postpartum dan kembali pada kondisi sebelum kehamilan pada 24 minggu postpartum
c. Komponen Darah
· Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
Selama 72 jam setelah persalinan, terdapat kehilangan plasma dalam jumlah besar sehingga menyebabkan Hb dan Ht meningkat hingga 7 hari setelah persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darau merah selama periode postpartum dan kadar sel darah merah akan kembali normal setelah minggu 8 postpartum
· Sel Darah Putih
Leukosit normal pada ibu hamil adalah 12.000/mm3. pada ibu postpartum, kadar leukosit bisa mencapai 20.000-25.000/mm3 dan ini normal.
· Faktor Pembekuan
Faktor pembekuan dan fibrinogen akan meningkat selama kehamilan dan masa postpartum. Jika ditambah dengan kerusakan pembuluh darah dan immobilisasi maka hal ini akan beresiko terjadinya tromboembolisme.
d. Varicosites
Varicosites di ekstremitas dan anus, kadang-kadang di vulva akan berkurang segera setelah persalinan.
8. Sistem Persyarafan
Sakit kepala (headaches) saat postpartum dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti : preeklamsi (PIH), stress, kehilangan cairan serebrospinal saat dilakukan spinal anesthesi. Tergantung pada penyebab dan tindakan, sakit kepala akan berkurang pada hari ke 1-3 postpartum sampai beberapa minggu.
9. Sistem Muskuloskeletal
Relaksasi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama persalinan kembali mendekat dan stabil pada minggu ke 6-8 post partum
10. Sistem integument
Kleasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin masih ada sampai setelah persalinan. Striae di payudara, abdomen dan tungkai mungkin berkurang tetapi tidak hilang.
B. Adaptasi Fisiologi Pada Bayi
1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
· Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
· Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
· Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
· Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
· Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
· Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2. Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Gambar Sistem Peredaran Darah Janin
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perubahan pada saat lahir
a. Penghentian pasokan darah dari plasenta
b. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
c. Penutupan foramen ovale
d. Fibrosis
§ Vena umbilicalis
§ Ductus venosus
§ Arteriae hypogastrica
§ Ductus arteriosus
3. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
Gambar Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi
Mekanisme Kehilangan Panas
1. Evaporasi, kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan ketuban pada permukaan tubuh menguap
2. Konduksi, kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin
3. Konveksi, kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin
4. Radiasi, kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
Upaya Mencegah Kehilangan Panas :
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat
3. Tutupi kepala bayi
4. Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam) yang sebagian digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
5. Perubahan sistem gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
6. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
C. Adaptasi Psikologi
Reva Rubin (1977) membagi fase postpartum pada 3 fase, yaitu :
1. Taking In (berlangsung hari 1-2 postpartum)
Waktu refleksi bagi ibu-ibu cenderung pasif, membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena ibu mengalami ketidak nyamanan fisik setelah persalinan, seperti nyeri perineum, hemoroid, afterpain. Pada akhirnya ibu tidak mempunyai keinginan untuk merawat bayinya. Ibu masih fokus pada persalinan dan merasa kagum pada bayinya. Apakah benar bayi tersebut adalah anaknya? Apakah persalinan telah berakhir? Ibu membutuhkan istirahat untuk memulihkan kekuatan fisiknya. Meminta ibu untuk menceritakan pengalaman persalinan dapat membantu ibu melewati fase ini.
2. Taking Hold 2-3 hari post partum
Setelah melewati fase pasif, ibu memulai fase aktifnya, dimuali dengan memenuhi kebutuhan sehari dan dapat mengambil keputusan. Selama fase taking hold, ibu mulai tertarik merawat bayinya. Pada fase ini ibu juga dapat diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi dan mempraktekkan dengan pengawasan, seperti mendukung kepala bayi, menyusui dengan benar, atau menyendawakan bayi. Reinforcement positif dapat diberikan pada ibu supaya ibu dapat meningkatkan kemampuannya dalam merawat bayi.
3. Letting Go
Pada fase ketiga, ibu mulai mendefinisikan kembali perannya. Ibu mulai melepaskan perannya yang dulu, dari mempersiapkan kelahiran, menjadi ibu yang memiliki anak. Ibu menerima anak tanpa membandingkan dengan harapan terhadap anak pada saat menanti kelahiran. Ibu yang berhasil melewati fase ini akan mudah melakukan peran barunya.
Adaptasi lain yang secara psikologis dialami oleh ibu hamil
1. Abandonment
Adalah perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan, ibu merasa menjadi pusat karena semua orang menanyakan keadaan dan kesehatannya. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di sekitar mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat pulang kerumah, ayah akan merasakan hal yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih fokus pada bayi. Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu secara bersamaan, bagaimanapun juga peran orang tua adalah sama dalam perawatan bayi. Melakukan perawatan bayi secara bersamaan akan membantu orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan bayi.
2. Disappointment
Adalah perasaan orang tua yang merasa kecewa terhadap kondisi bayi karena tidak sesuai yang diharapkan saat hamil. Orang tua yang menginginkan bayi yang putih, berambut keriting, dan selalu tersenyum akan merasa kecewa ketika mendapati bayinya berkulit gelap, berambut tipis dan menangis terus. Perawat harus membantu orang tua untuk dapat menerima bayinya, dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar dan kondisi yang lengkap tanpa cacat.
3. Pospartal Blues
80% wanita post partum mengalami perasaan sedih yang tidak mengetahui alasan mengapa sedih. Ibu sering menangis dan lebih sensitif. Pospartal blues juga dikenal sebagai baby blues. Kejadian ini dapat disebabkan karena penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada beberapa wanita dapat disebabkan karena respon dari ketergantugan pada orang lain akibat kelelahan, jauh dari rumah dan ketidaknyamanan fisik. Jika hal ini berlanjut maka ibu perlu dikonsulkan ke psikiatri agar tidak berlanjut ke depresi.
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan
1. Pengkajian segera BBL
a. Penilaian awal
Nilai kondisi bayi :
• Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan ?
• Apakah bayi bergerak dg aktif/lemas?
• Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru?
APGAR SCORE
Dilakukan pada :
• 1 menit kelahiran , yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai perubahan
• Menit ke-5
• Menit ke-10
• penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis
SKOR APGAR
TANDA | 0 | 1 | 2 |
Appearance | Biru,pucat | Badan pucat,tungkai biru | Semuanya merah muda |
Pulse | Tidak teraba | < 100 | > 100 |
Grimace | Tidak ada | Lambat | Menangis kuat |
Activity | Lemas/lumpuh | Gerakan sedikit/fleksi tungkai | Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan |
Respiratory | Tidak ada | Lambat, tidak teratur | Baik, menangis kuat |
Preosedur penilaian APGAR
1. Pastikan pencahayaan baik
2. Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya
3. Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
4. Ulangi pada menit kelima
5. Ulangi pada menit kesepuluh
6. Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
1. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
2. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi
3. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. Oleh karena itu penting diperhatikan dalam memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin.
a. Membersihkan jalan nafas
1. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu
2. Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa
3. Periksa ulang pernafasan
4. Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir
jika tdk dpt menangis spontan dilakukan :
1). letakkkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat
2). gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi
3). bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril
4). tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x/ gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar
Gb. Posisi ekstensi
Kebiasaan yang harus dihindari
LANGKAH-LANGKAH | ALASAN TIDAK DIANJURKAN |
Menepuk pantat bayi | Trauma/cedera |
Menekan dada | Patah, pneumothorax, gawat nafas, kematian |
Menekan kaki bayi ke bagian perutnya | Merusak pembuluh darah dan kelenjar pada hati/limpa, perdarahan |
Membuka sphincter anusnya | Merusak /melukai sphincter ani |
Menggunakan bungkusan panas/dingin | Membakar/hipotermi |
Meniupkan oksigen/udara dingin pada tubuh/wajah bayi | hipotermi |
Memberi minuman air bawang | Membuang waktu, karena tindakan resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis |
Penghisapan lendir
1. Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga tabung oksigen dan selangnya
2. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
3. Memantau mencatat usaha nafas yang pertama
4. Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut harus diperhatikan
b. Perawatan tali pusat
setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat
Cara :
1. celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya
2. bilas tangan dengan air matang /DTT
3. keringkan tangan (bersarung tangan)
4. letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat
5. ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT. Lakukan simpul kunci/ jepitkan
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan
7. Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dlm larutan klorin 0,5%
8. Selimuti bayi dg kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup
| |||
| |||
Gb. Pemotongan tali pusat Gb. Bayi yang telah diikat tali pusatnya
c. Mempertahankan suhu tubuh
Dengan cara :
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering dan hangat
3. Tutup bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
5. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
d. Pencegahan infeksi
1. Memberikan obat tetes mata/salep
2. diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
3. Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir
2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran
Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi masalah kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan
Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
1. Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
2. Bayi tampak aktif/lunglai
3. Bayi kemerahan /biru
Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan dan penilaian ada tidaknya masalah kesehatan terutama pada :
1. By kecil masa kehamilan/KB
2. Gangguan pernafasan
3. Hipotermia
4. Infeksi
5. Cacat bawaan/trauma lahir
Jika tidak ada masalah,
a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :
Ø hindari memandikan minimal 6 jam/min suhu 36,5 C
Ø bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup
c. Lakukan pemeriksaan fisik
Ø gunakan tempat yang hangat dan bersih
Ø cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan danbertindak lembut
Ø lihat, dengar, dan rasakan
Ø Rekam /catat hasil pengamatan
Ø jika ditemukan faktor risiko/masalah segera cari bantuan lebih lanjut
d. Pemberian vitamin K
Ø untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K
Ø Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari
Ø Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM
e. Identifikasi BBL
Ø Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia
Ø Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan tdk mudah lepas
Ø Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
Ø Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor identifikasi
- Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :
1). Pemberian nutrisi
Ø Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)
Ø Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
Ø Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.
Ø Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi
Ø Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC
Ø Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
Ø Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol berisi air panas)
3). Mencegah infeksi
Ø Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB
Ø Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
Ø Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari
Ø Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun setiap hari.
Ø Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu
1) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua
Ø Pernafasan sulit/ > 60x/menit
Ø Suhu > 38 °C atau < 36,5 °C
Ø Warna kulit biru/pucat
Ø Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna hijau tua, ada lendir darah
Ø Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk
Ø Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam
Ø Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang
2) Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B
BAB III
DISTRESS PERNAFASAN
DEFENISI
Respiratory Distress Syndrom (RDS) atau Sindrom Distres Pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
Distress pernafasan adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark,1986).
Jadi, Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD) sering terjadi pada bayi prematur, yang disebabkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas. Gejala tersebut biasanya tampak segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
FAKTOR-FAKTOR RESIKO
· Prematur
· Asfiksia perinatal
· Hipovolemia
· Bayi laki-laki
· Ras kaukasoid
· Diabetes dan hipotensi gestasional
· Kelahiran ke-2 anak kembar
· Kelahiran sesar tanpa kelahiran
· Perdarahan pada trimester III
PATOFISIOLOGI
Semakin prematur, semakin besar kemungkinan terjadinya RDS ini. Bayi yang sangat prematur mungkin tidak mampu untuk memulai proses pernafasan karena tanpa surfaktan paru-paru menjadi sangat kaku. Bayi yang lebih besar bisa memulai proses pernafasan, tetapi karena paru-paru cenderung mengalami kolaps, maka terjadilah sindroma gawat pernafasan.
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir ekspirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic > asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris > transudasi kedalam alveoli > terbentuk fibrin > fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik > lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah keparu, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus\ alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir.
Secara umum, Ada 3 katagori mayor sebagai penyebab distress pernafasan:
1.Gangguan ventilasi yang abnormal
1.Gangguan ventilasi yang abnormal
Antara lain termasuk malformasi structural yangf menghambat aliran sejumlah udara untuk mencapai alveoli untuk pertukaran oksigen dan CO2
· Obstruksi jalan nafas yang bisa terdapat pada setiap level dari mulai hidung (Choanal atresia) sampai bronchus (bronkhomalasia) atau penekanan dari ekstrinsik saluran nafas (vascular ring) atau kelainan intrinsic lainnya (subglottic hemangioma). Stridor timbul akibat turbulensi aliran udara disebabkan oleh sumbatan.
· Penurunan volume paru-paru, mungkin timbul akibat kompresi dari luar, misalnya : pneumotoraks atau hernia diafragmatika, akibat replacement jaringan paru oleh tumor atau kista, atau akibat gangguan perkembangan paru congenital (agenesis atau hipoplasia)
· Kelemahan atau kegagalan fungsi dari otot-otot pernafasan sebagai akibat perkembangan otot-otot yang tidak memadai; misalnya : eventerasio diafragma, , suatu cedera kelahiran (misalnya: pada nervus phrenicus), atau kelainan pada susunan saraf pusat.
2.Gangguan difusi gas
Terjadi akibat kegagalan alveoli oleh sebab perkembangan yang abnormal (hyaline membarane disease), aspirasi, atelectasis, pneumonia, atau gagal jantung kongestif.
3. Shunting
3. Shunting
Shunting terjadi di dalam jantung (R to L) dari defek septum, dan kelainan jantung lain yang menyebabkan darah yang masuk ke arteri kekurangan oksigen menyebabkan penurunan PaO2.
MANIFESTASI KLINIS
· Adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), kadang-kadang apnea
· Pernapasan cuping hidung,
· Grunting,
· Retraksi dinding dada intrcostal dan subcostal
· Hiperkapneu
· Nasal flaring
· Hipotensi
· Asidosis respiratorik/gabungan
· Pallor /pucat
· Sianosis
· Mendengkur dan bunyi napas krekels
· Dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
· Stadium 1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
· Stadium 2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
· Stadium 3. Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
· Stadium 4. Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
DIAGNOSIS
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik memberikan temuan penting untuk menilai apakah vantilasinya adekuat dan apakah ada sumbatan jalan nafas.
· Foto toraks dilakukan pada semua pasien dengan distress pernafasan. Pemeriksaan ini sangat penting dalam memberikan informasi keadaan paru-paru dan jalan nafas dan membedakan penyebab distress pernafasan nya apakah surgical atau non surgical. Foto upright film lebih akurat dibanding supine untuk membedakan antara hwernia diafragmatika dengan kista paru atau antara emfisema lobaris dengan pneumotoraks
· Pasang pipa lambung melalui nares untuk menyingkirkan kemungngkinan adanya choanal atresia, masuknya pipa lambung sampai gaster menyingkirkan adanya atresia esophagus
· Laringoskopi dilakukan sebagai tindakan emergensi bila terjadi obstruksi jalan nafas. Obstruksi saluran nafas bagian atas sering bisa diatasi dengan pemasangan pipa endotrakheal.
· Bronkhoskopi diindikasikan pada semua pasien dengan stridor tetapi tidak sesuai dengan distress nafas yg signifikan. Pemeriksaan dini sederhana dan akurat untuk menegakan diagnose yg khusus dan menentukan apakah perlu pembedahan untuk koreksi anatomis.
· Soft tissue x-rays leher bisa memberikan temuan penting untuk diameter saluran nafas dan kemungkinan adanya kompresi dari luar
· Esofagogram dilakukan bila diduga adanya vascular ring
· Analisa gas darah arteri, membentu penatalaksanaan dan memilah antara sianosis oleh sebab kelainan jantung dengan kelainan paru-paru. Sianosis yang disebabkan kelianan jantung walaupun diberikan oksigen 100% tetap tidak berubah sedangkan kelainan paru akan membeik bila diberikan oksigen 100%.
PENATALAKSANAAN
a) Menetapkan dan memelihara ventilasi dan oksigenasi adekuat untuk mencegah terjadinya ketidaksembangan perfusi ventilasi dan atelektasis
b) Memberikan surfaktan eksogenous pada saat atau beberapa saat setelah kelahiran
c) Memelihara suhu lingkungan yang stabil
d) Monitor kelancaran aliran darah arteri
e) Monitor keseimbangan cairan dan nutrisi
f) Intubasi endotracheal dilakukan untu baik diagnose obstruksi jalan nafas maupun sebagai treatment yakni membantu memperbaiki ventilasi. Kesalahan yang sering terjadi adalah memilih ukuran pipa terlalu besar atau meletakannya terlalu dalam. Posisi pipa harus dipastikan dengan foto thorax
g) Assisted ventilation harus dilakukan secara khusus pada pasien hernia diafragmatika dan pada pasien dengan lobar emphysema yang mana bila diberikan berlebihan bisa menyebabkan rupture paru yang berakibat terjadi nya secara cepat tension pneumotorax.
h) Tension pneumotorax dapat di treat emergensi dengan pemasangan needle-catheter (angiocath) diikuti dengan pemasangan pipa torax.
KOMPLIKASI:
· Pneumotoraks.
Paru-paru sangat kaku dan untuk mengembangkannya diperlukan tekanan yang lebih dari bayi maupun ventilator. Akibatnya paru-paru bisa pecah sehingga udara merembes ke dalam rongga dada. Udara ini menyebabkan paru-paru menjadi kolaps dan terjadinya gangguan ventilasi dan sirkulasi.
· Kolaps paru-paru (pneumotoraks) memerlukan pengobatan segera, yaitu berupa pengeluran udara dari dada dengan bantuan sebuah jarum
· Perdarahan di dalam otak.
· Resiko terjadinya perdarahan akan berkurang jika sebelum persalinan telah diberikan kortikosteroid kepada ibu.
PENGOBATAN
· Resiko terjadinya sindroma gawat pernafasan bisa dikurangi jika persalinan bisa ditunda sampai paru-paru bayi telah mampu menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai. Jika kemungkinan akan terjadi persalinan prematur, maka dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kadar surfaktan.
· Jika diperkirakan bahwa paru-paru bayi belum matang dan persalinan tidak dapat ditunda, maka diberikan kortikosteroid kepada ibu minimal 24 jam sebelum waktu perkiraan persalinan.
· Kortikosteroid akan melewati plasenta dan merangsang pembentukan surfaktan oelh paru-paru janin.
· Setelah persalinan, kepada bayi yang menderita sindroma ringan hanya perlu diberikan oksigen. Pada sindroma yang lebih berat mungkin perlu didukung oleh ventilator dan obat surfaktan.
· Obat surfaktan sangat menyerupai surfaktan yang asli dan dapat diteteskan langsung ke dalam trakea bayi melalui suatu selang.
· Obat ini bisa memperbaiki angka kelangsungan hidup bayi dengan cara mengurangi beratnya sindroma dan resiko terjadinya komplikasi.
· Untuk mencegah terjadinya sindroma pada bayi yang sangat prematur, obat surfaktan bisa diberikan segera setelah bayi lahir atau diberikan ketika tanda-tanda terjadinya gejala mulai terlihat.
· Pengobatan bisa dilanjutkan selama beberapa hari sampai bayi mulai menghasilkan surfaktan sendiri.
Klasifikasi RDS
- Asfiksia
- Defenisi
kurangnya oksigen dan terjadi peningkatan karbon dioksida dalam darah ) asfiksia biasanya muncul pada inuteri ,kelahiran, dan setelah kelahiran.
- Manifestasi
Jika asfiksia muncul setelah kelahiran pernafasan akan cepat dan diikuti dengan apneu primer dan terjadi penurunan denyut jantung yang sangat cepat. Jika tidak ditangani dengan cepat akan memicu terjadinya apneu sekunder. Pada apneu sekunder jumlah oksigen dalam darah akan mengalami penurunan dan bayi akan kehilangan kesadaran dan stimulasi yang tidak efektif.
- Faktor Resiko Asfiksia
1. Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan kelahiran.
2. Ibu mengkonsumsi narkotik selama kelahiran
- Penatalaksanaan
Resusitasi neonatal , perawat memulai resusitasi untuk memelihara termoregulasi yang merupakan bagian terpenting dari perawatan intensif dalam mencegah terjadinya asfiksia.
- Komplikasi
Seperti: hipoglikemi, masalah menyusui, masalah termoregulasi,hipotensi, hipertensi pulmonal, asidosis metabolik,masalah ginjal, dan ketidak seimbangan cairan elektrolit. Bayi dengan kasus seperti ini membutuhkan monitoring dan perawatan yang intensif, komunikasi dengan orang tua merupakan fungsi utama dimana mereka membutuhkan penjelasan realistik dan sistem pendukung dalam menangani bayi asfiksia.
- Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
TTN menyebabkan pernafasan cepat segera setelah kelahiran.
- Faktor Resiko
1. Bedah sesar
2. Makrosomnia
3. Kehamilan ganda
- Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui tetapi akan mengakibatkan masalah dari keterlambatan absorbsi cairan pada paru-paru janin oleh pembuluh kapiler paru dan limfe, hal ini akan mengakibatkan terjadinya komplikasi pada paru-paru dan hambatan udara yang pada akhirnya mempunyai gejala yang sama dengan RDS.
- Manifestasi klinis
1. Nafas cepat selama beberapa jam kelahiran
2. Retraksi dinding dada
3. Nasalflaring
4. Mendengkur
5. Sianosis
6. Pada pemeriksaan radiokgrafi dada akan terdapat hiperinflasi dan lapisan perihilar yang akan menunjukkan terdapat nya cairan interstisial sepanjang bronkovaskuler dan cairan celah antara lobe dan pleura.
- Penatalaksanaan
Manajemen teraupetik, biasanya akan diberikan antibiotik setelah sepsis tidak ditemui lagi.
- Meconium Aspiration Syndrom
§ Defenisi
Kondisi ini lebih sering muncul pada kelahiran postmatur dimana umur kehamilannya belum mencukupi dan terjadi penurunan amnion tetapi MAS juga muncul pada kelahiranprematur. MAS menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas, pnemonitis dan hambatan udara pada akhirnya terjadi hipertensi pulmonal menetap.
§ Etiologi
MAS muncul ketika hipoksia menyebabkan terjadinya peningkatan peristaltik dan relaksasi pada sfinkter anal sebelum atau saat kelahiran. Atelektasis juga dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
§ Manifestasi Klinik
1. Meconium tebal
2. Takipneu
3. Sianosis
4. Nasalflaring
5. Mendengkur
6. Ronkhi
7. Hiperekspansi
§ Penatalaksanaan
Manajemen Teraupeutik
1. Bayi harus dalam suhu normal
2. Penggunaan humidifier oksigen
3. Dukungan pernafasan yang
4. ECMO
4. PPHN(Persistent Pulmonary Hypertension of The Newborn Defenisi
§ Defenisi
Suatu kondisi dimana terjadi resistensi vaskular paru yang meningkat setelah kelahiran dan perubahan pada sirkulasi normal neonatal.
§ Etiologi
1. Pengembangan paru yang abnormal yang diikuti dg hipoksemia
2. Oksigenasi yang tidak adekuat
3. Asfiksia
4. Aspirasi meconium
5. Sepsis
6. Polisitemia
7. Hernia Diagraf
8. Diabetes
9. RDS
§ Manifestasi klinis
1. Takipneu
2. Distress pernafasan
3. Sianosis progresif
4. Saturasi oksigen dan tekanan O2 dalam darah arteri menurun
5. Tekanan Co2 mengkat
6. Asidosis
§ Penatalaksanaan
1. pH arteri mungkin meningkat dengan pernafasan dan terapi obat dapat menyebabkan vasodilatasi paru.
2. Sedasi , frekuensi ventilasi yang tinggi, terapi surfaktan dan menghirup nitrat oksida.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS
1. Pengkajian
- Identitas bayi dan keluarga
- Keluhan utama : klien biasanya susah bernapas disertai dengan sianosis pada ekstrimitas pada saat lahir
- Riwayat Penyakit Sekarang : biasanya bayi akan sianosis, retraksi dinding dada berlebihan, suhu tubuh meningkat
- Riwayat Persalinan : kaji bagaimana ibu melahirkan bayi, bagaimana proses persalinan terjadi
- Riwayat Perinatal
- Pengkajian Fisik
a. Refleks
- Refleks moro : yaitu reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan.
- Refleks menggenggam
- Refleks menghisap
- Refleks rooting
- Refleks moro : yaitu reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan.
- Refleks menggenggam
- Refleks menghisap
- Refleks rooting
- Refleks babynsky
b. Tonus otot.
c. Keadaan Umum dan TTV
2. Diagnosa Keperawatan
o Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
o Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
o Kecemasan ortu berhubungan dengan kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi
NANDA, NOC, NIC
NANDA | NOC | NIC |
Gangguan pola napas b.d belum terbentuknya zat surfaktan dalam tubuh Defenisi: inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang cukup. | Status pernapasan : ventilasi | Ventilation assistance (bantuan ventilasi) Defenisi : promosi pola pernapasan spontan yang optimal yang memaksimalkan pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru Aktivitas : o Mempertahankan kepatenan jalan napas o Memberikan posisi untuk mengurangi dispnea o Membantu pertukaran posisi secara teratur o Memposisikan untuk mengurangi upaya pernapasan Memonitor pernapasan Defenisi: mengumpulkan dan menganalisis data dari pasien untuk menjamin kepatenan jalan napas dan keadekuatan pertukaran gas. Aktivitas : o memonitor rata-rata irama, kedalaman, dan usaha pernapasan o catat pergerakan dada, lihat kesimetrisannya, penggunaan otot pernapasan, dan supraklavikula dan retraksi otot interkostal o memonitor suara pernapasan, krowing atau snoring o memonitor pola pernapasan:bradypnea, takypnea, hyperventilasi, pernapasan kusmaul o auskultasi suara paru setelah perawatan untuk mencatat hasil o memantau sesak napas dan kejadian yang memicu dan memperburuknya |
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat dan pola menyusui tidak efektif Defenisi : Asupan gizi tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolic | Status nutrisi Status nutrisi : intake makanan dan cairan Penurunan BB | Manajemen nutrisi (p. 401) Defenisi :menyediakan diet seimbang asupan makanan dan cairan Aktivitas : o anjurkan ibu untuk makan makanan tinggi gizi serta minuman bergizi o Monitor asupan kandungan gizi dan kalori ibu o Timbang berat badan pasien Mengajarkan Menyusui yang Efektif Aktivitas : o Mempersiapkan ibu untuk menyusui dalam 2 hari setelah byi lahir o Membantu orang tua untuk mengidentifikasi isyarat penimbulan sebagai kesempatan untuk praktek menyusui o Memonitor kemampuan menghisap bayi o Menganjurkan ibu bertanya untuk percobaan pertolongan kepada suster,penyelesaian 8 sampai 10 memberikan makanan selama 24 hari o Memonitor kemampuan bayi memegang putting susu dengan benar o Menganjurkan bantuan dan privacy di dalam mencoba untuk menyusui o Menganjurkan ibu untuk tidak membatasi waktu bayi untuk mengisap o Mengajarkan kepada ibu posisi yang tepat o Melatih teknik yang tepat untuk proses keperawatan pengisapan susu oleh bayi o Memonitor integritas kulit putting susu o Melatih perawatan putting susu bagaimana mencegah rasa sakit dari putting susu saat bayi sedang menyusu o Mendiskusikan cara memijat puting susu,jika bayi tidak bisa menyusu pada awlnya o Memonitor peningkatan perawatan terhadap respon pemenuhan payudara dan pemompaan o Melaporkan kepada ibu pilihan pemompaan,jika membutuhkan untuk pemeliharaan penyusuan anak o Melatih bagaimana cara mengontrol kemacetan payudara dengan tepat oleh perawatan dan pemompaan o Melatih cara penyimpanan dan pemanasan air susu ibu o Memberikan formula tambahan ketika dibutuhkan o Melatih ibu bagaimana mengetahui sendawa bayi yang baru lahir o Melatih ibu untuk mengetahui karakteristik normal dari bayi voiding dan stooling o Memoitor reflek kecewa o Mengajarkan ibu tentang kesimbangan diet selama menyusukan anak o Menganjurkan ibu untuk minum jika haus o Menganjurkan untuk menghindari penggunaan rokok dan pil pengontrol kelahiran sampai masa penyusuan anak selesai o Melatih ibu tentang dorongan pertumbuhan bayi o Menganjurkan penggunaan bra yang ama,nyaman sesuai yang dianjurkan o Melatih penggunaan bantal untuk menyusui o Menganjurkan ibu untuk berhubungan dengan pelaksana perawatan kesehatan sebelum diberikan pengobatan oleh perawat o Menidentifikasi sistem dukungan maternal untuk pemeliharaan masa menyusui anak o Menganjurkan periode istirahat sering o Menganjurkan kelanjutan menyusui anak setelah kembali untuk bekerja o Memberikan penulisan bahan penting untuk memperkuat perintah di rumah o Mengarahkan ibu untuk konsul menyusukan anak,dengan tepat |
Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi Definisi: perasaan ketidaknyamanan atau ketakutan disertai oleh respon otonom (sumber seringkali spesifik atau tidak diketahui individu), sebuah perasaan ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini adalah sinyal peringatan yang memperingatkan bahaya yang akan datang dari yang memungkinkan individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman Batasan karakteristik: Perilaku : · Gelisah · Resah · Produktivitas berkurang · Scanning dan kewaspadaan · Berhubungan dengan keturunan/hereditas | Control cemas Indicator : - monitor intensitas kecemasann - menyingkiran tanda kecemasan - menggunakan teknik relaksasi untuk mehilangkan kecemasan - melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori Koping Indikator : - melibatkan anggota keluarga dalam pembuatan keputusan - menunjukkan strategi penurunan stress - menggunakan dukungan sosial | Penurunan kecemasan Aktivitas : · tenangkan klien · jelaskan prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yg mungkin muncul pada saat melakukan tindakan · berusaha memahami keadaan klien · kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik · sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan · bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yg menciptakan cemas. · Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi Peningkatan koping: Aktivitas : ü Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit ü Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan ü Sediakan informasi actual tentang diagnose, penanganan, dan prognosis ü Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini ü Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan ü Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi ü Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup/perubahan peran |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!