Jumat, 09 September 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV/AIDS

Download ASKEP DISINI atau klik download link:

http://www.ziddu.com/download/16468981/askephivaids.docx.html




A.    Konsep Dasar HIV/AIDS
Pengertian 
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.

Gejala Infeksi HIV/ AIDS
Infeksi akut: flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
Infeksi kronik: tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun. Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.
AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya: selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
Stadium Infeksi (AIDS Council of NSW)
·         Stadium 1 Infeksi primer: Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.
·         Stadium 2 Kelainan tanpa gejala: Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.
·         Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala: Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.
·         Stadium 4 Kelainan berat: Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).

Stadium Infeksi (WHO)
·         Stadium I
Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
·         Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri.
Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
·         Stadium III
Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
·         Stadium IV
Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
1)      Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
2)      Toksoplasmosis pada otak.
3)      Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
4)      Kriptokokosis di luar paru.
5)      Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
6)      Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
7)      PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
8)      Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
9)      Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
10)  Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
11)  Septikemia salmonela bukan tifoid.
12)  TB di luar paru.
13)  Limfoma.
14)  Kaposi’s sarkoma.
15)  Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.
Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.
Kelompok Resiko
Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.
Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.

Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/kondom, jarum suntik yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.

Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
Prosedur diagnostik
1.      Tes antibodi hiv
a.      ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), untk mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan bahwa seseorang pernah terkena atau terinfeksi oleh virus HIV.
b.      Western Blot Assay, merupakan tes yang dapat mengenali antibody HIV dan digunakan untuk memastikan seroposivitas seperti yang teridentifikasi lewat prosedur ELISA.
c.       Indirect Immunofluorescence Assay (IFA), digunakan sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan seropotivitas.
d.      Radio Immunoprecipitation Assay (RIPA).
2.      Pelacakan HIV
a.       Antigen p24, sangat spesifik untuk HIV-1. Pemeriksaan p24 antigen capture assay telah digunakan bersama tes lainnya untuk mengevaluasi efek terapi dari preparat antivirus.
b.      Reaksi rantai Polimerase (PCR; polymerase chain reaction), dipakai untuk mendeteksi RNA virus HIV atau DNA provirus
c.       Kultur sel Mononuklear darah perifer untuk HIV-1
d.      Kultur sel kuantitatif
e.       Kultur plasma kuantitatif
f.       Mikroglobulin B2
g.      Neopterin serum
3.      Pemeriksaan status imun
a.       Sel-sel CD4, hasilnya pada penderita HIV = menurun
b.      Persentase sel-sel CD4, hasilnya pada penderita HIV = menurun
c.       Rasio CD4:CD8, hasilnya pada penderita HIV = rasionya menurun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!