Download makalah DISINI atau klik:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak cara menilai status gizi seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis, biofisik dan antropometri. Penilaian antropometri yang paling umum dilakukan karena lebih mudah, tidak mebutuhkan peralatan canggih dan bisa diakukan oleh hampir semua orang (Gibson, 1990 dan Willet, 1990).
Status gizi terbentuk merupakan deskripsi keseimbangan antara intake zat gizi dengan kebutuhan tubuh secara individual. Cukup konsumsi cenderung status gizi baik dan kurang konsumsi besar kemungkinan akan kurang gizi. Hal ini karena status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor (multi faktorial), akan tetapi faktor konsumsi makanan adalah faktor yang dominan (Muhilal, 1982). Selama ini belum pernah ada penelitian yang mencoba memprediksi status gizi dengan takaran konsumsi zat gizi.
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi punyai kelebihan dan kelemaban masing-masing. Dengan menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan hasil yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis penilaian status gizi, cara penilaian status gizi, dan kelebihan serta kelemahan dari masing-masing metode tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
CARA PENILAIAN STATUS GIZI
2.1 FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE PENILAIAN STATUS GIZI
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi punyai kelebihan dan kelemaban masing-masing. Dengan menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan hasil yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mengunakan metode adalah sebagai berikut.
1. Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perhi diperhatikan dalam memilih metode, seperti ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropome Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya gunakan metode biokimia.
Tujuan pengukuran sangat perhi diperhatikan dalam memilih metode, seperti ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropome Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya gunakan metode biokimia.
2. Unit Sampel yang Akan Diukur
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengamhi metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individi rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang diukur adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.
3. Jenis Informasi Yang Dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis info yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan berat dan badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yamg gunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti 1 badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode antropometri. Begitu apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya gunakan pengukuran faktor ekologi.
4. Tingkat Reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan
Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan rasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode Idinis dalam menilai tinkat pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi, Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.
5. Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.
Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang diimport dari luar negeri dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya peralatan yang diimport lebih mahal dibandingkan dengan yang produksi dalam negeri.
6. Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi peng-gunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang hams dikuasai.
7. Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempenganihi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apa¬bila kita ingin menilai status gizi di suatu raasyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga, biaya dan peralatan yang memadai.
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempenganihi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apa¬bila kita ingin menilai status gizi di suatu raasyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga, biaya dan peralatan yang memadai.
8. Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan raetode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan raetode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.
Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi hams selalu mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencennati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu.
2.2 JENIS-JENIS METODE PENILAIAN STATUS GIZI
Pengukuran secara Langsung
· Antropometri
· Klinis
· Biokimia
· Biofisik
2. Pengukuran secara Tidak Langsung
· Survey konsumsi
· Statistik vital
· Faktor Ekologi
2.3 PENILAIAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI
Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Sebagai Dasar Antropometri Gizi
Pengertian
1. Pertumbuhan (growth)
Definisi: Peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai remaja.
Berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development)
Definisi: Bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan atau penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat, khususnya di otak.
Menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik sedangkan perkembangan lebih menekankan pada aspek pematangan fungsi organ, terutama kematangan sistem saraf pusat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
1. Faktor Internal (Genetik)
· Modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan
· Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, yang ditandai dengan:
o Intensitas dan kecepatan pembelahan
o Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan
o Umur pubertas
o Berhentinya pertumbuhan tulang.
2. Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Kondisi lingkungan yang buruk mengakibatkan kondisi genetic optimal tidak dapat tercapai. Yang termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisikpsikososial. Faktor ini mempengaruhi setiap individu sejak masa konsepsi sampai akhir hayat
Faktor lingkungan dibagi dua:
· Lingkungan Pranatal
Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir. Meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, anoksia embrio.
· Lingkungan Pascanatal
Dipengaruhi oleh lingkungan. Meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial, keluarga dan adat-istiadat.
Jenis-jenis Pertumbuhan
1. Pertumbuhan linear
· Menggambarkan status gizi pada masa lampau
· Bentuk dan ukuran pertumbuhan linear berhubungan dengan panjang
· Contoh ukuran panjang: panjang badan, lingkar dada, lingkar kepala. Yang paling sering digunakan tinggi atau panjang badan
2. Pertumbuhan massa jaringan
· Menggambarkan status gizi pada saat sekarang atau pada saat pengukuran
· Bentuk dan ukuran massa jaringan: massa tubuh
· Contoh ukuran massa jaringan : berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak bawah kulit. Ukuran yang paling sering digunakan adalah berat badan
Penilaian status gizi Antropometri
Pengertian
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi secara umum antropometri berarti ukuran dari tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19).
Penggunaan:
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19).
Contoh penggunaan:
· Program gizi masyarakat dalam pengukuran status gizi balita
· Kegiatan penapisan status gizi masyarakat
Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri
· Alat mudah didapat dan digunakan
· Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
· Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan
· Biaya relatif murah
· Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang sudah pasti
· Secara ilmiah diakui kebenarannya
Keunggulan Antropometri
· Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar
· Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
· Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
· Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
· Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
· Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas
· Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
· Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi
Kelemahan Antropometri
· Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn
· Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
· Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
· Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
· Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran
Jenis Parameter Antropometri
· Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980):
o Tahun umur penuh (completed year)
Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun
5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
o Bulan usia penuh (completed month): untuk anak umur 0-2 tahun digunakan
Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
· Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi sampai balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan antara lain :
o Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan – perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
o Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
o Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum di Indonesia.
· Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran TB untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri digunakan alat pengukur panjang bayi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 42).
· Lingkar Lengan Atas (LLA)
LLA merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Mengukur LLA anak balita dilakukan dengan menggunakan alat berupa pita pengukur yang dibuat dari fiber glass, yaitu jenis kertas tertentu berlapis plastik. Bila tidak mempunyai alat ini, dapat juga digunakan meteran lain (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 46).
Kelemahan:
o Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia
o Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB
o Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa
· Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
· Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat → rasio lingkar dada dan kepala < 1.
· Jaringan Lunak
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi. Antropometri dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat.
Lemak subkutan (subcutaneous fat)
Penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa metode, dari yang paling sulit hingga yang paling mudah.
Metode yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh (jumlah dan distribusi lemak sub-kutan):
o Ultrasonik
o Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater weighting)
o Teknik Isotop Dilution
o Metoda Radiological anthropometry
o Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
o Physical anthropometry (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-fold calipers)
o Analisis kimia dan fisik (melalui analisis seluruh tubuh pada autopsy)
Metode yang paling sering dan praktis digunakan di lapangan adalah Antropometri fisik yang memiliki standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1mm, tekanan konstan 10 g/ mm2. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers. Alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terlihat penyimpangan
Beberapa pengukuran tebal lemak dengan menggunakan kaliper:
o Pengukuran triceps
o Pengukuran bisep
o Pengukuran suprailiak
o Pengukuran subskapular
Indeks Antropometri
Indeks antropometri merupakan kombinasi antara beberapa parameter antropometri. Kerancuan dalam pengukuran indeks antropometri yang sering terjadi dapat mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru.
Beberapa indeks antropometri:
· BB/U (Berat Badan terhadap Umur)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 56).
Kelebihan:
o Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
o Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.
o Berat badan dapat berfluktuasi.
o Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil.
o Dapat mendeteksi kegemukan (over weight).
Kelemahan :
o Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites.
o Umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
o Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun.
o Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.
o Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budayasetempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya(I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 57)
Klasifikasi
o Gizi Buruk : < -3 SD
o Gizi Kurang : > -3 SD sampai dengan < -2 SD
o Gizi Baik : > -2 SD sampai dengan < +2 SD
o Gizi Lebih : > +2 SD
Dimana SD = Standar Deviasi
· TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tingi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 57).
Kelebihan
o Baik untuk menilai status gizi masa lampau
o Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
o Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
Kekurangan
o TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
o Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit berdiri tegak
o Ketepatan umur sulit didapat
Klasifikasi
o Anak Pendek : < -2 SD
o Anak Normal : > -2 SD
Dimana SD = Standar Deviasi
· BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19).
Kelebihan
o Tidak memerlukan data umur
o Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
o Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
Kekurangan
o Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat memberikan gambaran apakah anak pendek atau cukup TB atau kelebihan TB menurut umur
o Operasional: sulit melakukan pengukuran TB pada balita
o Pengukuran relatif lebih lama
o Memerlukan 2 orang untuk melakukannya
o Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok nonprofesional
Klasifikasi berdasarkan kategori Z-Score
o Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
o Gizi Kurang (Kurus) :-3SD sampai dengan <-2SD
o Gizi Baik (Normal) :-2 SD sampai dengan +2SD
o Gizi Lebih (Gemuk) :>+2SD
Dimana SD = Standar Deviasi
· LLA/ U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas sebagaimana dengan berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat ini (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002)
Kelebihan
o Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
o Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader posyandu dapat melakukannya
o Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi
Kekurangan
o Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
o Sulit menemukan ambang batas
o Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun
· Indeks Massa Tubuh (IMT)
Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT ini merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta resikonya. Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut :
Berat Badan (Kg)
IMT = ——————————————————-
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat ditentukan standard IMT seseorang dengan berpedoman sebagai berikut :
o Kelebihan BB tingkat berat : > 27,0
o Kelebihan BB tingkat ringan (Gemuk) : > 25,0-27,0
o Normal : > 18,7-25,0
o Kekurangan BB tingkat ringan :17,0-18,5
o Kekurangan BB tingkat berat (Kurus) : < 17,0
· Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal :
o lengan atas (tricep dan bicep),
o lengan bawah (forearm),
o tulang belikat (subscapular),
o di tengah garis ketiak(midaxillary),
o sisi dada (pectoral),
o perut (abdominal),suprailiaka,
o paha,
o tempurung lutut (suprapatellar),
o pertengahan tungkai bawah (medial calv)
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur.
Lemak bawah kulit pria 3.1 kg, wanita 5.1 kg
· Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, disbanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang berbeda.
Rasio lingkar pinggang-pinggul untuk perempuan 0.77, laki-laki 0.90 (Seidell dkk, 1980).
Diantara beberapa macam indeks antropometri, BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Gizi kurang pada anak balita adalah balita yang diukur menurut berat badan dan umur (BB/U), umur yang mempunyai berat badan sangat rendah (gizi buruk) dan berat badan rendah (gizi kurang) (Depkes, 2003: 2).
Kontrol Kualitas Data Antropometri
Dilakukan sesuai dengan standar prosedur pengumpulan data antropometri
Standar prosedur bertujuan membantu para peneliti untuk:
· Mengetahui cara membandingkan presisi pengukuran terpisah yang dilakukan secara berulang terhadap subyek yang sama
· Tingkat presisi dan akurasi seorang petugas
· Penyebab kesalahan pengukuran
Presisi: kemampuan mengukur subyek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum.
Akurasi: kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan penyelia (supervisor).
Kesalahan dalam Pengukuran Antropometri
· Kesalahan pengukuran
· Kesalahan alat
· Kesalahan tenaga yang mengukur
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan pengukuran:
· Memilih alat ukur yang sesuai
· Membuat aturan pelaksanaan pengukuran
· Pelatihan petugas
· Peneraan alat ukur secara berkala
· Pengukuran silang antar observer dan pengawasan (uji petik)
Penggunaan indeks antropometri
Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu, persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit.
· Persen Terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.
Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Persen Terhadap Median
Status Gizi BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik > 80 % > 90 % > 90 %
Gizi Sedang 71 % - 80 % 81 % – 90 % 81 % – 90 %
Gizi Kurang 61 % - 70 % 71 % - 80 % 71 % - 80 %
Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70 %
Sumber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Medika, No.8 Th.XXIII, 1997. Hlm 269 dalam (I Dewa Nyoman
Supariasa dkk, 2001 : 70).
· Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 70).
· Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 70).
Rumus perhitungan Z – Skor :
Z – Skor = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan
2.4 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA KLINIS
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19).
Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (I Dewa Nyoman Supariasa dkk,2001 : 19).
Tanda-tanda klinis malnutrisi (gizi kurang) tidak spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis ini harus dipadukan dengan pemeriksaan lainseperti antropometri, labolatorium dan survei konsumsi makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 119).
2.5 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA
Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19).
Penggunaan
Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19). Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain.
Pembagian pemeriksaan klinis
Secara umum terdiri dari 2 bagian, yaitu:
· Medical history (riwayat medis)
Yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit. Catatan ini meliputi :
o Identitas penderita
o Lingkungan fisik dan social budaya
o Sejarah timbulnya gejala penyakit
· Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik kita melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik, yaitu semua perubahan yang ada kaitannya dengan kekurangan gizi. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari kulit atau jaringan epitel, seperti rambut, mata, muka, mulut, lidah, gigi, dan lain –lain.
Kelebihan
· Relatif murah
· Tidak memerlukan tenaga khusus
· Sederhana, cepat, dan mudah diinterpretasikan
· Tidak memerlukan peralatan yang rumit
Kelemahan
· Gejala klinis tidak mudah dideteksi
· Tidak bersifat spesifik
· Adanya gejala klinis yang bersifat multiple
· Adanya variasi dalam gejala klinis yang timbul
· Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga terjadi pada saat sembuh
2.6 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOFISIK
Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 20). Tes kemampuan fungsi jaringan meliputi kemampuan kerja dan energi exspenditure serta adaptasi sikap. Tes perubahanstruktur dapat dilihat secara klinis maupun tidak dapat dilihat secara klinis. Pemeriksaan yang tidak dapat dilihat secara klinis biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiology. Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal, memerlukan tenaga yang professional dan dapat diterapkan dalam keadaan tertentu saja (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 173).
Penggunaan
Umumnya dapat digunakan pada situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Cara penilaian
Dapat dilakukan dengan 3 cara:
· Uji radiologi
Dilakukan dengan melihat tanda-tanda fisik dan keadaan tertentu seperti riketsia, osteomalasia, fluorosis dan beri-beri. Tanda-tanda radiologi dapat terjadi pada kurang gizi yang parah.
Kelemahan:
o Hanya sensitif pada keadaan kurang gizi yang dini,
o Mahal
o Memerlukan tenaga khusus yang terampil
· Tes fungsi fisik
Untuk mengukur perubahan fungsi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi. Beberapa tes yang digunakan adalah:
o Ketajaman penglihatan
o Adaptasi mata pada suasana gelap (paling sering digunakan)
o Penampilan fisik
o Koordinasi otot
o Dan lain-lain
· Tes Sitologi
Tes ini digunakan untuk menilai keadaan KEP berat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel dari mukosa oral. Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP menunjukkan bahwa presentase perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini.
2.7 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA SURVEI KONSUMSI PANGAN
Pengertian
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 88).
Survei konsumsi makanan ini dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records, dan weighing method. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan maupun cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionnaire dan dietary history (Yayuk Farida B. dkk, 2004: 78)
Tujuan
· Tujuan umum
Untuk mengetahui kebiasaan makan dan ganbaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
· Tujuan khusus
o Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat
o Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga maupun individu
o Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan
o Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi
o Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat
o Menetukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan dan kesehatan masyarakat
Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Metode pengukuran
· Berdasarkan jenis data yang diperoleh
o Metode kualitatif
Untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh bahan makanan.
o Metode kuantitatif
Untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
· Berdasarkan pengguna
o Tingkat nasional
Untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan persediaan makanan secara nasional pada suatu wilayah dengan cara Food Balance Sheet (FBS) .
o Tingkat rumah tangga
o Tingkat individu
Perencanaan dan pengorganisasian survey makanan
Langkah-langkah:
· Penetuan tenaga pelaksana
· Pelatihan tenaga
· Penetuan sasaran dan sampel penelelitian
· Pemilihan alat dan bahan
· Periode waktu penelitian
· Persiapan masyarakat
Pengolahan, analisis, dan interpretasi data
· Faktor konversi
Daftar yang diperlukan:
o Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
o Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ)
o Daftar Konversi berat Mentah Masak (DKMM)
o Daftar Konversi Penyerapan Minyak (DKPM)
o Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT)
· Analisis zat gizi
Dapat dilakukan dengan cara komputerisasi atau manual.
Daftar yang diperlukan:
o Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
o Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ)
o Pedoman komposisi ASI
· Validasi data
· Validitas dan akurasi
Merupakan derajat kemampuan suatu metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
· Presisi atau reabilitas
Presisi(tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat meberikan hasil yang relative sama bila digunakan pada waktu yang berbeda.
2.8 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA STATISTIK VITAL
pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 20).
Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indicator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 19).
Angka kematian berdasarkan umur
· Umur 2-5 bulan
Periode umur ini merupakan periode status gizi seorang anak yang dapat tergantung pada praktik pemberian makanan, terutama apakah disusui atau tidak.
Penyebab :
o Beri-beri infantile
o Defisiensi vitamin B12 atau asam folat
o Riketsia/kurang vitamin D
· Umur 1-4 tahun
Merupakan periode seorang anak tumbuh dengan cepat sehingga kebutuhan zat gizi meningkat
Penyebab:
o Akumulasi infeksi
o Serangan parasit
o Kekurangan vitamin A dan KEP
· Umur 13-24 bulan
Merupakan periode penyapihan. Anak yang disapih menghalami masa transisi pada pola makannya. Anak pada umur ini mudah terserang KEP.
Kelemahan
· Data tidak akurat
· Data tidak lengkap
· Kemampuan interpretasi data
2.9 PENILAIAN STATUS GIZI SECARA EKOLOGI
Pengertian
Menurut Bengoa, malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi, dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang tersedia bergantung pada keadaan lingkungan seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi dan tingkat ekonomi dari penduduk. Disamping itu, budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan makan bagi golongan rawan gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 176).
Factor Ekologi Yang Berkaitan Dengan Gizi - Suyatno FKM UNDIP 5
· Keadaan Infeksi:
Dii dallam tubuh terdapat iinteraksi antara iinfeksi melawan gizi yang bersifat sinergis atau antagonis.
Mekanisme Patologis Penyebab Gizi kurang karena Infeksi::
o Berkurangnya konsumsi pangan akibat::
Ø nafsu makan rendah
Ø penyerapan zat gizi terganggu
Ø adanya larangan makan makanan tertentu
o Bertambahnya kehilangan zat gizi karena::
Ø Diare
Ø muntah-muntah
Ø pendarahan yang berkelanjutan
o Meningkatnya kebutuhan zat gizi karena::
Ø status fisiologis dan adanya parasit
· Keadaan Ekonomi
Kemiskinan adalah diposisi pertama penyebab gizi kurang.
Kaitan keadaan ekonomi dengan konsumsi pangan:
o Golongan miskin : bagian terbesar income untuk pangan
o Pendapatan naik, maka sampai level tertentu jenis dan jumlah pangan meningkat
o Data social
Data social yang perlu dipertimbangkan:
Ø Keadaan penduduk disuatu masyarakatKeadaan keluarga
Ø Pendidikan
Ø Perumahan
Ø Dapur
Ø Penyimpanan makanan
Ø Air
Ø Kakus
o Data ekonomi
Ø Pekerjaan
Ø Pendapatan keluarga
Ø Kekayaan
Ø Pengeluaran
Ø Harga makanan
· Faktor Budaya
Faktor budaya sangat berperan dalam proses terjadinya masalah gizi. Budaya memberi peranan dan nilai yang berbedatterhadap pangan dan makanan. Unsur budaya mempu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.
· Faktor Lingkungan
Permasalahan lingkungan yang penting:pencemaran
Pencemaran didefinisikan:Suatu proses yang terjadi dalam lingkungan yang sifatnya membahayakan manusia, hewan, tumbuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan ini, yang dihasilkan oleh tingkah laku manusia, tidak termasuk peristiwa-peristiwa alamiah (seperti: banjir)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi: antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian secara tidak langsung meliputi: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Penilaian status gizi tersebut mempunyai ke-unggulan dan kelemahan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi adalah tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan peralatan, ketenagaan dan dana. Hal-hal tersebut di atas tidak berdiri sendiri, tetapi selalu terkait antara faktor yang satu dengan yang lainnya. Dalam pemilihan metode penilaian status gizi harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencennati keunggulan dan kelemahan metode tersebut.
3.2 Saran
Indonesia sampai saat ini masih belum bisa keluar dari jeratan masalah gizi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan kerja sama masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, tenaga kesehatan yang memiliki peranan penting hendaknya mengembangkan pengetahuan mengenai gizi dan cara penilaiannya. Karena dengan cara penilaian status gizi inilah kita dapat mengukur derjat kecukupan gizi suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Irianto, Kus,Kusno Waluyo.2004.Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:CV. YRAMA WIDYA
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: PT Dian Rakyat
Supariasa, I Dewan Nyoman.2002.Penilaian Status Gizi.Jakarta:EGC
Suyatno. 2009. “Statistik Vital Sebagai Indikator Status Gizi”. http://suyatno.blog.undip.ac.id diakses tanggal 12 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!