Jumat, 14 Januari 2011

Penampung BAB Menggunakan Bedpan Dan Pemberian Huknah

Download makalah DISINI atau klik download link:

http://www.ziddu.com/download/16471101/huknah.doc.html
A.      
KONSEP TEORI
1.     PENGERTIAN
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.

HUKNAH adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat  melalui anus ke rectum sampai colon desenden dengan mempergunakan kanul recti.

Tujuan
-          Meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik
-          Melunakan feses yang telah mengeras atau mengosongkan rektum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostik atau pembedahan


Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya :
a.       Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu :
-          High enema (huknah tinggi)
High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000 ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema. Oleh karena itu, wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.
-          Low enema (huknah rendah)
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri selama pemberian. 

b.     Carminative enema
Terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180 ml.

c.      Retention enema
dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya feses.

d.     Enema dengan mengembalikan aliran
Mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Pemasukan dan pengeluaran cairan yang berulang ke dan dari rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema.

2.     ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN
a.       Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung.
b.      Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
c.       Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
d.      Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
-          Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
-          Jejenum atau bagian tengah dan
-          Ileum
e.       Usus besar (colon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdiri dari :
-          Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
-          Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
-          Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
-          Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit dan garam empedu.
-          Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan feses.
-          Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang

f.        Anus / anal / orifisium eksternal
Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal (involunter) dan eksternal (volunter)
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
a.       Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
b.      Refleks defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.
Susunan feses terdiri dari :
a)     Bakteri yang umumnya sudah mati
b)     Lepasan epitelium dari usus
c)      Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
d)     Garam terutama kalsium fosfat
e)     Sedikit zat besi dari selulosa
f)       Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal
(a)  Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol
(b)  Diet
(c)   Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
(d)  Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus meningkat.
(e)  Faktor psikologik
(f)    Kebiasaan
(g)  Posisi
(h)  Nyeri
(i)    Kehamilan : menekan rektum
(j)    Operasi & anestesi
(k)  Obat-obatan
(l)    Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
(m)                        Kondisi patologis
(n)  Iritans
Masalah eliminasi fecal
1)     Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
-          Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain.
-          Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
-          Meningkatnya stress psikologik
-          Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
-          Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
-          Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
-          Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor.
2)     Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram, dan nyeri rektum.
c.       Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d.      Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
e.       Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.
f.        Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.




KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik
Normal
Abnormal
Kemungkinan penyebab
Warna
Dewasa : kecoklatan
Bayi : kekuningan
Pekat / putih
Adanya pigmen empedu (obstruksi empedu); pemeriksaan diagnostik menggunakan barium
Hitam / spt ter.
Obat (spt. Fe); PSPA (lambung, usus halus); diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua (spt. Bayam)
Merah
PSPB (spt. Rektum), beberapa makanan spt bit.
Pucat
Malabsorbsi lemak; diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.
Orange atau hijau
Infeksi usus
Konsistensi
Berbentuk, lunak, agak cair / lembek, basah.
Keras, kering
Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse.
Diare
Peningkatan motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri).
Bentuk
Silinder (bentuk rektum) dgn 2,5 cm u/ orang dewasa
Mengecil, bentuk pensil atau seperti benang
Kondisi obstruksi rektum
Jumlah
Tergantung diet (100 – 400 gr/hari)


Bau
Aromatik : dipenga-ruhi oleh makanan yang dimakan dan flora bakteri.
Tajam, pedas
Infeksi, perdarahan
Unsur pokok
Sejumlah kecil bagian kasar makanan yg tdk dicerna, potongan bak-teri yang mati, sel epitel, lemak, protein, unsur-unsur kering cairan pencernaan (pigmen empedu dll)
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam jumlah besar
Benda asing
Infeksi bakteri
Konsidi peradangan
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan

Enema/ Huknah
1.      Tujuan
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk mengeluarkan feses dan flatus.
2.      Manfaatnya
a.       Pertimbangan medis sebagai metoda pengosongan feces dengan segera dari kolon, Seperti: persaiapan pemeriksaan IVP dan colon in loop, tindakan pre operasi, konstipasi.
b.      Enema dimasukkan lewat anal hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema masuk, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema. Larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrolit dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian, larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
c.       Pemeriksaan radiologi pasca pemberian barium enema.
Pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai pemberian barium sulphat dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi normal kolon, mencegah komplikasi berupa retensi dan konstipasi akibat pemberian barium sulphat.
d.      Membersihkan kolon bagian bawah (descenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yang berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat.
e.       Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ pencernaan.

Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya : 
a.       Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu :
a)     High enema (huknah tinggi)
High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000 ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema. Oleh karena itu, wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.
b)     Low enema (huknah rendah)
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri selama pemberian.

Larutan
Unsur
Tindakan
Waktu
Efek samping
Hipertonis
90 – 120 cc (misal Sodium phosphate)
Menarik air dari ruang interstisiil ke dalam kolon, merangsang peristaltik, menyebabkan defekasi
5 – 10’
Retensi Sodium
Hipotonis
500 – 1000 cc air kran
Distensi abdomen, me-rangsang peristaltik, melunakkan feses
15 – 20’
Ketidakseimbangan cairan dan elek-trolit, intoksikasi air
Isotonis
500 – 1000 cc normal saline (NaCl 0.9 %)
Distensi abdomen, me-rangsang peristaltik, melunakkan feses
15 - 20’
Kemungkinan retensi Na.
Air sabun
500 – 1000 cc (3 – 5 cc sabun dalam 1000 cc air)
mengiritasi mukosa, distensi kolon
10 – 15’
Iritasi dan merusak mukosa
Minyak
90 – 120 cc
Lubrikasi feses dan mukosa kolon
½ – 3 jam


Beberapa perbedaan dalam tindakan cleansing enema :
No
Perbedaan
Huknah rendah
Huknah tinggi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
- Tindakan
- Tujuan
- Kanul enema
- Posisi
- Jumlah cairan hangat yang diberikan untuk dewasa
- Tinggi irigator
- Tindakan   memasukkan cairan hangat dari rectum kedalam kolon desenden
- Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, colonoscopy
- Kanula Recti
- Posisi sims miring kekiri
- 500 ml
- ± 30 cm dari tempat tidur
-          Tindakan memasukkan cairan hangat dari rectum dimasukkan kedalam kolon asenden.
- Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal
- Kanula usus
- Posisi sim’s miring ke kanan
- 750-1000ml
- ± 30-45 cm dari tempat tidur

Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, berdasar usia dan jumlahh cairan yang bisa disimpan :
No
Usia
Jumlah Larutan
1.
2.
3.
4.
5
Bayi
Toddler atau preschool
Anak usia sekolah
Remaja
Deawasa
150 – 250 ml
250 – 350 ml
300 – 250 ml
500 – 750 ml
750 – 1000 ml

b.      Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180 ml. 
c.       Retention enema: dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya feses. 
d.      Enema dengan mengembalikan aliran, mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Pemasukan dan pengeluaran cairan yang berulang ke dan dari rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema. 

Bahaya enema adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotonik. Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan hipertonik seperti larutan phosphate menyebabkan sedikit iritasi pada membran mukosa dan menyebabkan cairan dari jaringan sekitar tertarik ke dalam kolon. Proses ini disebut osmosis.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi, terutama pada anak < 2 th dapat menyebabkan hipokalsemia dan hiperphosphatermia.

Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran, dapat mengakibatkan absorpsi volume darah dan dapat mengakibatkan intoksikasi air. 

Pedoman pemberian enema
a.       Menggunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk orang dewasa no.22-30; anak-anak no.14-18, bayi no.12.
b.      Rectal tube harus licin dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka pada ujung dimana larutan mengalir. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Rectal tube dilumasi dengan jelly/pelumas untuk memudahkan pemasukannya dan mengurangi iritasi pada mukosa rektum. 
c.       Enema untuk dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C, untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus; suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter. 
d.      Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan ; bayi, ≥ 250ml, toddler atau preschool, 250 – 350 ml, anak usia sekolah, 300 - 500ml, adolescent, 500 - 750ml dan adult, 750-1000ml.
e.       Ketika dimasukkan, pasien posisi lateral kiri, sehingga kolon sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan pemasukan cairan. Selama high enema, klien mengubah posisinya dari lateral kiri ke dorsal recumbent, kemudian lateral kanan. Pada posisi ini seluruh kolon dijangkau oleh air. 
f.        Insersi tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada dewasa, dimasukkan 7,5-10 cm, anak-anak 5-7,5 cm dan pada bayi hanya 2,5-3,75 cm.
g.       Kekuatan aliran larutan ditentukan oleh; tingginya wadah larutan, ukuran tube, kekentalan cairan, dan tekanan rektum. 

Enema pada dewasa, wadah larutan tidak boleh lebih tinggi dari 30cm di atas rektum. Selama high enema, wadah larutan biasanya 30-45cm di atas rektum, karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk membersihkan seluruh usus. Untuk bayi, wadah larutan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di atas rektum.
Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema tergantung jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi pasien. Volume yang banyak seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk membantu menahan larutan, dapat dilakukan penekanan pada bokong, agar terjadi tekanan di luar area anal. 


B.     INDIKASI
1.      Konstipasi
2.      Impaksi Feses (tertahannya feses)
3.      Persiapan pre operasi
4.      Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi, seperti colonoscopy, Colon in loop, endoscopy, Intra venous pyelografi, dll.
5.      Pasien dengan melena

C.      KONTRAINDIKASI
Pasien dengan diverticulitis, ulcerative colitis, Crohn’s disease, post operasi, pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam atau hemoroid besar, tumor rektum dan kolon.

D.     PERSIAPAN PERALATAN
1.      Menolong buang air besar dengan mennggunakan bedpan
Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar ditempat tidur, dengna tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi (BAB).
Alat dan bahan :
a.       Pispot dan tutupnya Sampiran
b.      Alas bokong
c.       Bangku kecil untuk pispot
d.      Bell (jika ada)
e.       Tisu
f.        Dua baskom berisi air (1 untuk bilas sabun)
g.       Sabun
h.      Dua washlap
i.         Handuks
j.         Linen (Jika diperlukan)
k.       Selimut mandi

2.      Prosedur
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Pasang sampiran
d.      Gunakan sarung tangan
e.       Pasang pengalas dibawah glutea
f.        Tempatkan piapot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien apakah sudah nyaman atau belu, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.
g.       Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung klien untuk menambah rasa nyaman.
h.      Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan.
i.         Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
j.         Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
k.       Cuci tangan.


E.      PROSEDUR
1.      Prosedur Pelaksanaan
a.       Bawa peralatan kedekat pasien.
b.      Jelaskan tujuan dan prosedur.
c.       Tutup jendela dan pasang sampiran.
d.      Pasang pengalas dibawah glutea
e.       Pasang selimut mandi.
f.        Cuci tangan
g.       Pakai sarung tangan
h.      Posisikan pasien dorsal rekamben
i.         Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum,kalau belum atur sesuai dengan kenyamanan pasien
j.         Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung pasien untuk menambah rasa nyaman.
k.       Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan
l.         Pastikan bahwa seprei dan stik laken tidak terkena.
m.    Tinngalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika sudah selesai atau memberi tahu perawat.
n.      Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya diatas meja dorong/trolly
o.      Bersihkan dengan tisu dan menggunakan sabun,lalu bersihkan dengan air bersih.
p.      Keringkan dengan tisu
q.      Bereskan alat dan rapikan pasien

2.     Huknah
a.       Persiapan pasien dan keluarga
a)     Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
b)     Menjelaskan  prosedur tindakan
c)      Posisi pasien diatur miring  ke kiri, posisi sim
b.      Alat-alat:
a)      Slang/kanul recti sesuai umur pasien.
b)      Handschoen disposible
c)      Nierbekken
d)     Alas bokong dan perlak
e)      Tissue
f)       Vaselin untuk pelicin.
g)      Cairan NaCl 0,9% sebanyak 500-1000 cc yang sudah dihangatkan
h)      Pispot 2 buah
i)        Air dalam botol cebok
j)        Irigator dan selang kanul
k)      Selimut atau kain penutup
l)        Bengkok berisi cairan desinfektan.
m)    Sampiran

c.       Lingkungan
Menjaga privacy pasien

d.      Perawat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!