Jumat, 14 Januari 2011

NASOGATRIC TUBE (NGT)




BAB II
PEMBAHASAN



  1. KONSEP TEORI

DEFENISI
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.


ANATOMI DAN FISIOLOGI
Nutrisi diperlukan untuk memberikan energi terhadap tubuh,  membentuk dan memelihara jaringan tubuh, dan mengatur proses tubuh. Kebutuhan energi dasar yang disebut tingkat metabolik basal (BMR), dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu,Kegiatan tingkat, penyakit, cedera, infeksi, menelan makanan, dan kelaparan semua dapat mempengaruhi BMR. Ketika asupan kalori memenuhi kebutuhan energi, tidak terjadi perubahan berat badan. Ketika kebutuhan energi melebihi asupan kalori, penurunan berat badan akan terjadi; asupan kalori melebihi kebutuhan energi mengakibatkan kenaikan berat badan. Nutrisi diklasifikasikan ke dalam salah satu dari tiga kelompok: makronutrisi, mikronutrisi, dan air.


Mikronutrisi

Karbohidrat, protein, dan lemak dianggap makronutrisi, berarti nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah besar.
Karbohidrat adalah sumber utama energi dan serat dalam diet. Setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal energi.  Dua sumber utama karbohidrat adalah tanaman makanan (buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian) dan laktosa (dari susu). Walaupun sejumlah kecil karbohidrat disimpan di hati dan otot (dalam bentuk glikogen) untuk memenuhi cadangan energi di antara waktu makan, jumlah karbohidrat moderat harus dicerna secara berkala untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Jika karbohidrat dicerna lebih dari yang diperlukan, selisih tersebut disimpan sebagai jaringan lemak. Konsumsi karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan adalah 55% sampai 60% dari total kalori (atau setidaknya 100g/day untuk orang dewasa) (Williams, 1999).

Protein berperan penting dalam membangun jaringan tubuh, dengan kata lain protein yang  memfasilitasi pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Protein merupakan sumber energi. Bentuk paling sederhana dari protein adalah asam amino. Ada 20 asam amino yang berbeda, dan ini tergabung dalam sejumlah cara yang berbeda untuk membentuk protein. Sepuluh dari asam amino dianggap penting dalam makanan karena mereka tidak disintesis oleh tubuh (Williams, 1999). Sebuah makanan lengkap-protein mengandung semua asam amino esensial, protein yang lengkap juga disebut sebagai protein bernilai-biologis-tinggi. Makanan yang mengandung protein lengkap seperti daging, ikan, unggas, susu, dan telur. Makanan yang mengandung protein yang tidak lengkap meliputi sereal, kacang-kacangan, dan beberapa sayuran. Kombinasi makanan tidak lengkap-protein dapat menyediakan semua asam amino esensial. Jika mengkonsumsi lebih banyak protein dari yang diperlukan, maka akan digunakan untuk tambahan pasokan energi atau disimpan sebagai lemak dalam jaringan adiposa. Setiap gram protein menyediakan 4 kkal energi. Asupan protein yang direkomendasikan dalam diet adalah 15% sampai 20% dari total kalori, (sekitar 45g/day untuk orang dewasa).

Lemak adalah sumber utama asam lemak, yang penting bagi pertumbuhan normal dan pengembangan.  Fungsi lain dari lemak termasuk sintesis dan regulasi hormon tertentu, struktur jaringan, transmisi impuls saraf, energi, isolasi, dan perlindungan organ-organ vital. Ada dua asam lemak esensial untuk proses metabolisme: asam linoleat dan linolenat. Lemak adalah bentuk utama tubuh energi yang tersimpan. Jika membutuhkan energi melebihi asupan karbohidrat, lemak dapat dikonversi ke glokusa oleh sebuah proses yang dikenal sebagai glukoneogenesis. Jika lemak lebih banyak dari yang diperlukan dicerna, akan disimpan dalam jaringan adiposa. Satu gram lemak setara 9 kkal energi. Dianjurkan mengkonsumsi lemak dalam makanan kurang dari 30% dari total kalori (sekitar 66 g / hari untuk orang dewasa). Ketika lemak tersedia kurang dari 10% dari total kalori, kekurangan gizi dapat terjadi (William, 1999).

Mikronutrisi

Mikro adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tubuh. Kedua kelompok nutrisi yang membentuk kategori ini adalah vitamin dan mineral. Nutrisi ini penting untuk pertumbuhan, pengembangan, dan proses metabolisme yang terjadi terus menerus di seluruh tubuh.
Vitamin diklasifikasikan sebagai yang larut dalam air atau lemak.  Vitamin yang larut larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sehingga mereka harus dicerna dalam makanan sehari-hari. Vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh, dan keracunan vitamin sebenarnya dapat terjadi jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Mineral dikelompokkan menjadi dua kategori: mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer yang hadir dalam tubuh dalam jumlah besar dengan asupan yang dibutuhkan lebih dari 100 mg / hari. Mineral sekunder yang hadir dalam tubuh dalam jumlah yang lebih kecil, 10 di antaranya dianggap penting dan memiliki asupan yang diperlukan di bawah 100 mg / hari.

Air

Air menyusun 60% sampai 70% dari berat total tubuh, membuatnya menjadi komponen penting dari tubuh.  Sel akan berfungsi jika lingkungannya cukup cairan. Karena air terus hilang dari tubuh, diperlukan penggantian air secara terus menerus juga. Tanpa air, seseorang bisa bertahan hanya beberapa hari. Rata-rata orang dewasa memetabolisme 2 ½ sampai 3 L air setiap hari dalam bentuk baik makanan dan cairan (William, 1999). Kebutuhan cairan meningkat dalam situasi tertentu, terutama demam, infeksi, gastrointestinal (GI) kerugian, dan penyakit pernapasan.

  1. TUJUAN

Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien penting dalam memperbaiki atau mempertahankan tingkat kesehatan klien. Ketika klien tidak dapat makan atau menoleransi makan peroral, pemberian makan enternal dapat dilakukan. Makan enternal adalah formula yang mengandung sejumlah kalori yang tepat dan nutrisi dan diberikan melalui slang makan secara langsung ke dalam lambung atau jejunum. Selama klien mampu mencerna dan memetabolis formula, pemberian makan enternal dapat memberikan nutrisi yang cukup.

Adapun tujuan dari pemasangan NGT adalah:
·       memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
·       memungkinkan evakuasi isi lambung
·       menghilangkan mual

  1. MANFAAT

1.      Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2.      Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3.      Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
4.      Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
5.      Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)

  1. INDIKASI

a.       Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
b.      Keracunan makanan minuman
c.       Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
d.      Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

  1. KONTRA INDIKASI

Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
a.         Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
b.         Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
c.          Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT.
d.         Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan
Konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi.

  1. PERSIAPAN PERALATAN

                        I.      Pemasangan Slang NGT
1.         Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
2.         Pelumas/ jelly
3.         Spuit berujung kateter 60 ml
4.         Stetoskop
5.         lampu senter/ pen light
6.         Plester hypoalergic dan tinktur benzoil
7.         Spuit beujung kateter atau asepto bulb
8.         Strip indikator pH (skala 0-14)
9.         Segelas air dan sedotan
10.     Baskom
11.     Peniti pengaman, pita karet, senter kecil, klem
12.     Kantong drainase
13.     Alat tekanan
14.     Handuk kecil atau serbet
15.     Tissue
16.     Spatel lidah
17.     Sarung tangan dispossible
18.     Plester
19.     Nierbekken
20.     Bak instrumen
21.     Cairan salin normal
22.     Alat pengisap pada kasus aspirasi

                     II.     Pemberian Makanan Melalui NGT
1.         Cairan makanan
2.         Syringe 20-50cc
3.         Gelas ukur 60 ml
4.         Pompa makanan (jika ada)
5.         Tissue
6.         Bengkok

G.        PROSEDUR

I.          Pemasangan Slang NGT
1.        Cuci tangan dan atur peralatan
2.        Jelaskan prosedur pada klien
3.        Bantu klien untuk posisi semifowler tinggi dengan bantal di belakang dan bahu.
4.        Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5.        Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
6.        Tempatkan handuk mandi atau serbet diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
7.        Gunakan sarung tangan
8.        Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
9.        Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
10.    Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
11.    Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
12.    Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
13.    Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
14.    Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan cek posisi NGT (apakah masuk di  lambung atau di paru-paru) dengan 3 cara :
a.         Aspirasi cairan lambung dengan spuit 10 cc jika cairan bercampur isis lambung berarti sudah masuk kelambung,
b.        Memasukan ujung NGT (yang dihidung) kedalam air dalam kom bila ada gelembung berarti  NGT dalam paru-paru
c.         Petugas memasukan gelembung udara melalui spuit bersamaan dilakukan pengecekan perut dengan stetoskop untuk mendengarkan gelembung udara di lambung
15.    Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
16.    Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.

II.       Pemberian Makanan Melalui NGT
1.        Mengecek program terapy medik
2.        Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3.        Mencuci tangan
4.        Menyiapkan alat disamping tempat tidur
5.        Mengkaji adanya alergi makanan, bising usus, masalah-masalah yang berkaitan dengan pemberian makanan melalui NGT (muntah, diare, konstipasi, distensi abdomen)
6.        Menyiapkan makanan dan obat (jika ada) yang akan diberikan. Sesuai dengan terapi medik.
7.        Menjaga privacy klien
8.        Membantu klien dalam posisi fowler di tempat tidur atau duduk di kursi. Jika posisi duduk merupakan kontra indikasi bagi klien, posisi miring kanan dengan kepala agak tinggi boleh dilakukan.
9.        Mengeck penempatan/kepatenan NGT: menempatkan kateter tip dalam keadaan tertutup pendorongnya di ujung selang NGT. Aspirasi isi lambung, kemudian cek PH.
10.    Mengkaji residu lambung .
11.    Memberikan makanan via NGT :
a.         Bolus/intermiten feeding
·           Klem selang dengan cara menekuk ujung selang dengan menggunakantangan yang tidak dominan, melepaskan kateter tip dari selang dengan tangan non dominan, kemudian lepaskan pendorongnya dari kateter tip.
·           Memasukkan kembali suntikan tanpa pendorongnya di ujung selang. Tangan yang tidak dominan tetap mengklem selang. Meninggikan ujung selang sekitar 18 inchi atau 45 cm dari abdomen klien.
·           Memasukkan makanan/formula ke dalam suntikan sampai penuh, kemudian buka klem selang sehingga makanan masuk melalui selang perlahan-lahan.
·           Mengisi kembali kateter tip ketika makanan/formula dalam suntikan sebelumnya masih sedikit (jangan sampai kosong benar)
b.      Contineus drip method
·           Menghubungkan selang dengan pengaturan kecepatan aliran, (seperti selang infus) dengan botol makanan. Mengalirkan makanan/formula sampai ke ujung selang atau keluar sedikit. Atur klem, gantung botol makanan/formula sekitar 12 inch atau 30 cm dari hidung.
·           Menghubungkan selang dari botol dengan NGT, kemudian membuka klem dan mengatur aliran.
12.        Setelah makanan/formula habis, membilas dengan air putih 60 ml, menyisakan air tetap berada di selang NGT. Melepaskan tip dari selang NGT, lalu mengklem dan menutup selang NGT.
13.        Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai keinginan klien, setelah 30 menit pemberian makanan.
14.        Merapikan dan membersihkan alat
15.        Mencuci tangan
16.        Mengevaluasi respon klien
17.        Merencanakan tindak lanjut
18.        Melakukan dokumentasi tindakan dan hasil

  1. EVALUASI
Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus-menerus untuk mengavaluasi hasil intervensi perawat. Akan tetapi, terapi nutrisi tidak menghasilkan hasil dengan cepat. Penambahan atau kehiangan berat badan sebanyak 2,5 kg atau lebih dalam beberapa hari, bisa mengindikasi perubahan cairan, tidak menambah atau mengurangi masa tubuh yang kurus. Pemantauan laboratorium terhadap replesi nutrisi, seperti serum abumin dan transferin, tidak menunjukkan perubahan sampai sekitar 20 hari dan 8 hari berturut-turut (Curtas, Chapman, dan Mequid, 1989). Tujuan pemberian nutrisi dini harus dikonsentrasikan pada ketentuan perkiraan kebutuhan kilokalori dan protein.
Terapi nutrisi, khususnya nutrisi enteral sering kali ternganggu. Evaluasi dari pesan pemberian versus yang bervolume mengindikasikan apakah laju harus dinaikkan untuk mengimbangi gangguan tersebut. Jika penambahan berat badan yang bertahap tidak terlihat, atau pengurangan berat badan yang terus menerus, maka membutuhkan peningkatan penggunaan resep dokter. Perubahan kondisi kondisi kien juga mengindikasi kebutuhan untuk mengubah rencana keperawatan pemberian nutrisi. Jika NP digunakan, maka perawat harus waspada terhadap tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa nutrisi enteral akan ditoleransi. Sebagai contoh, jika gejala pankreatitis mulai reda, jika fungsi usus kembali seperti semula yang diindikasikan flatus, bising usus dan jalan feses; jika obstruksi berkurang atau jika kurang feses yang menurun dengan penambahan absorbsi. Kombinasi antara terapi NP dan NP telah menjadi sesuatu yang umum, bahkan jika diberikan volume NE dalam jumlah kecil.
Rencana asuhan keperawatan harus menunjukkan tujuan yang masuk akal dan tercapai. Perawat harus mengevaluasi tujuan dari tindakan keperawatan dan waspada terhadap tanda dari tujuan yang telah tercapai. Waktu yang cukup harus diberikan untuk menguji pendekatan perawatan pada suatu masalah. Perawat bekerja sama dengan ahli gizi dan dokter untuk mengevaluasi keefektifan terapi nutrisi.
Hasil mengakibatkan perubahan dalam terapi. Kapanpun, jika memungkinkan, seorang klien harus menjadi partisipan aktif dalam rencana dan evaluasi perawatan.

  1. DOKUMENTASI

    Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
·            Tanggal dan waktu insersi slang
·            Warna dan jumlah drainase
·            Ukuran dan tipe slang
·            Toleransi klien terhadap prosedur













BAB III
PENUTUP

Nutrien diperlukan tubuh untuk melakukan fungsi vital seperti air, karbohidrat, protein,lipid, vitamin, dan mineral. Berat badan terpelihara ketika asupan makanan sama dengan kebutuhan energi. Karbohidrat di anabolisasi menjadi glikogen,dan jaringan adiposa atau dikatabolisasi menjadi energi. Protein dianabolisasi menjadi jaringan, hormon, atau enzim atau dikatabolisasi menjadi energi. Lipid dianabolisasi menjadi jaringan adiposa atau dikatabolisasi menjadi energi. Protein adalah essensial bagi pertumbuhan, pemeliharaan,dan perbaikan. Asam amino essensial dan asam lemak essensial harus disediakan oleh asupan diet karena tubuh tidak mampu mensintesis asam amino dan asam lemak essensial dari substansi ingesti yang lain.
Melalui ingesti, makanan dipecah menjadi bentuk yang paling sederhana dari absorbsi. Digesti dan absorbsi terutama terjadi pada usus halus. Kebutuhan yang direkomendasikan setiap hari, dasar seleksi diet dan diformulasi dari kelompok populasi, bukan individu.
Teknik pemberian makan yang tepat dapat melindungi ketergantungan klien dari kehilangan martabat dan harga diri. Pemberian makan melalui slang digunakan bagi klien yang tidak mampu mengunyah makanan tetapi mendigesti dan mengabsorbsi makanan. Nutrisi enteral dapat melindungi struktur dan fungsi intestinal dan meningkatkan kekebalan. Nutrisi parenteral total menyalurkan nutrien essensial dalam jumlah yang tepat untuk mendukung hidup melalui pengenalan larutan nutrien yang terkonsentrasi ke dalam vena sentral yang besar atau atrium kanan pada jantung.
Evaluasi hasil intervensi keperawatan dalam bidang nutrisi adalah penting untuk memperbaiki, memperbaharui, atau melnjutkan aktivitas keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan:Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Dewanto, George, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktis, E/4, Vol.2. Jakarta: EGC
Smith, Sandra dan Duell, Donna. 1982. Nursing Skills and Evaluation, A Nursing Process Approach. California: National Nursing Review
Trihartono.2009. The Doctor:Catatan Hati Seorang Dokter. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Anggrek
White, Lois. 2005. Foundations of Nursing, Second Edition. USA : Thomson Delmar Learning
Wison dan Giddens. 2001. Health Assessment for Nursing Practise, Second Edition. Missouri: Mosby
Woodrow, Ruth. 2002. Essential of Pharmacology for Health Occupations. USA : Thomson Delmar Learning
www.google.com, diakses tanggal 18 September 2010
www.wikipedia.com, diakses tanggal 18 September 2010











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!