Sabtu, 08 Januari 2011

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH TERHADAP INFEKSI JAMUR

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang 
Dilihat dari realita telah kita mengenal ada berbagai jenis spesies ragi dan jamur tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada tumbuhan). Hanya dermatofita dan spesies candida yang sering ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Untuk lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial, kutan, subkutan, dan profundan (atau sistematik). Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut, dan kuku dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang mempengaruhi kesehatan umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh jamur patogenik atau jamur opurunistik yang menginfeksi penderita dengan gangguan imunologi. Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik yang kadang-kadang fatal. Aktinomisetes bukan merupakan jamur tetapi bakteri filamentosa yang bercabang. Namun, organisme ini menimbulkan  penyakit yang gambarannya menyerupai infeksi jamur.

Untuk mengatasi infeksi jamur ini, sistem imun melakukan mekanisme pertahanan. Namun sistem pertahanan tubuh tidak selalo berhasil melawan infeksi jamur tersebut.





B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
  1. Apa pengertian dan cirri-ciri umum jamur?
  2. Apa sel infector pada infeksi jamur ?
  3. Bagaimana respon imunitas tubuh terhadap infeksi jamur?
  4. Apa saja jenis penyakit akibat infeksi jamur?
C.      Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian dan cirri-ciri umum jamur?
2.      Untuk mengetahui apa sel infector pada infeksi jamur ?
3.      Untuk mengetahui bagaimana respon imunitas tubuh terhadap infeksi jamur?
4.      Untuk mengetahui apa saja jenis penyakit akibat infeksi jamur?









BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI UMUM JAMUR
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Pada dasarnya, jamur dapat dibedakan ke dalam 2 golongan besar, yaitu yeast dan mould. Yeast umumnya memiliki bentuk tunggal, kecil, dan selnya berbentuk oval; sementara mould membentuk koloni yang terdiri dari filamen-filamen yang disebut hifa.

1.   Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
 Gbr. Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
2.   Cara Makan Dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.  
a.      Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b.      Parasit fakultatif
Adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c.       Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk  mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
3.   Pertumbuhan Dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.
fig73_6
fig73_5




B.      SEL EFEKTOR PADA INFEKSI JAMUR
Jenis infeksi jamur:
1.      Jamur Patogen Sistematik
Jamur ini dapat menginovasi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa adanya predisposisi. Jumlahnya lebih sedikit .
2.      Jamur Oportunistik
Organisme Oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non patogen tetapi dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana mekanisme pertahanan tubuh terganggu.
lnfeksi jamur oportunistik temyata lebih sering terjadi dibandingkan infeksi jamur patogen sistemik. lnfeksi ini umumnya terjadi pada penderita defisiensi sistem pertahanan tubuh atau pasien-pasien dengan keadaan umum yang lempah patient.2,24Resistensi alamiah terhadap banyak jamur pathogen tergantung pada fagosit. Meskipun dapat terjadi pembunuhan intraselular, jamur terbanyak banyak diserang ekstrasesular oleh karena ukurannya yang besar. Neutrofil merupakan sel terefektif, terutama terhadap kandida dan aspergilus. Jamur juga merangsang produksi sitokin seperti IL-1dan TNF-α yang meningkatkan ekspresi molekul adhesi di endotel setempat yang meningkatkan infiltrasi neutrofil ke tempat infeksi. Netrofil membunuh jamur yang oksigen dependen dan oksigen independen yang toksik.
Makrofak alveolar berperan sebagai sel dalam pertahanan pertama terhadap spora jamur yang terhirup. Aspergilus biasanya mudah dihancurkan oleh makrofag alveolar, tetapi Koksidioides Imunitis dan Histoplasma kapsulatum dapat ditemukan pada orang normal dan resisten terhadap makrofag. Dalam hal ini makrofag masih dapat menunjukkan perannya melalui aktivasi sek Th1 untuk membentuk granuloma. Sel NK juga dapat melawan jamur melalui pelepasan granul yang mengandung sitolisin. Sel NK juga dapat membunuh secara langsung bila dirangsang oleh bahan asal jamur yang memacu makrofag memproduksi sitokin seperti TNF dan IFN-ɣ yang mengaktifkan sel NK.
C.      RESPON IMUNITAS
1.      Imunitas Nonspesifik
Sawar fisik kulit dan membrane mukosa, factor kimiawi dalam serum dan sekresi kulit berperan dalam imunitas nonspesifik. Efektor imunitas nonspesifik terhadap jamur adalah neutrofil dan makrofag. Penderita dengan neutropenia sangat rentan terhadap jamur oportunistik. Neutrofil diduga melepas bahan fungisidal seperti ROI dan enzim lisosom serta memakan jamur untuk dibunuh intraselular. Galur virulen seperti Kriptokok neoformans menghambat produksi sitokin TNF dan IL-12 oleh makrofag dan merangsang produksi IL-10 yang menghambat aktivasi makrofag.

2.      Imunitas Spesifik
Imunitas spesifik kadang kurang efektif, tidak mampu membatasi pertumbuhan jamur pathogen. Tidak banyak bukti bahwa antibody berperan dalam resolusi dan control infeksi.CMI merupakan efektor imunitas spesifik utama terhadap infeksi jamur. Histoplasma kapsulatum, parasit intraseluler fakultatif hidup dakam makrofag dan dieliminasi oleh efektor selular sama yang efektif terhadap bakteri intraselular. CD4+ dan CD8+ bekerja sama untuk menyingkirkan bentuk K. neoformans yang cendrung mengkolonisasi paru dan otak pada pejamu imunokompromais.
Infeksi kandida sering berawal pada permukaan mukosa dan CMI diduga dapat mencegah penyebarannya ke jaringan. Pada semua keadaan tersebut, respon Th1 adalah protektif sedangkan respon Th2 dapat merusak penjamu. Inflamasi granuloma dapat menimbulkan kerusakan pejamu seperti pada infeksi histoplasma. Kadang terjadi respon humoral yang dapat digunakan dalam diagnostik serologik, namun efek proteksinya belum diketahui.








D.     PENYAKIT INFEKSI JAMUR
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis.
Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan.
1.      Mikosis Superfisial
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku.
a)      Tinea versicolor
Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.
Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.
Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.

b)      Tinea nigra
Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.
Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)
Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.


c)      Piedra
Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.

d)      Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkuku, disebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.

e)      Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.

2.   Mikosis Kutan
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.
a)      Tinea pedis (kaki atlet)
Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.
Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda, kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol).
Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan kimia bedak antijamur pada siang hari.

b)      Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap)
Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin stratum korneum yan belum terserang.
Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.

c)      Tinea kaptitis (kurap kulit kepala)
Infeksi microsporum, terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa.
Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan dan mengarah pada mikosis sistemik.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan mengunakan krim antijamur mikonizol.

3.   Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
a)      Sporotrichosis
Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.

b)      Kromoblastosis
Infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.

c)      Mycetoma (madura foot)
Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun, dan lain-lain)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.

4.   Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.
a)      Blastomikosis
Infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi.
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol
selama 6 bulan akan bermanfaat.

b)      Kokodiodomikosis
Disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang paru-paru.
Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.

c)      Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)
Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut lidah, dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.

d)      Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.
Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin.


















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadihaustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.  Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh darilingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.


B.      Saran
untuk mengatasi penyakit karena infeksi jamur hendaknya tidak dengan pengobatan saja. Langkah yang efektif yaitu dengan melakukan tindakan pencegahan. Misalnya dengan mengontrol keadaan lingkungan agar bersih dari agen infeksi.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Infeksi Jamur” http://www.majalah-farmacia.com/ diakses tanggal 19 November 2010
Baratawidjaja, Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: FKUI
Kusno, Gustaaf. “Candida Albicans, Perangaimu Tak Secantik Namamu!“ http://kesehatan.kompasiana.com/ diakses tanggal 19 November 2010
Roit, Ivan. 1990. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. Jakarta:Gramedia





1 komentar:

  1. Herpes adalah penyakit serius dan berulang yang tidak dapat disembuhkan melalui obat-obatan atau suntikan oleh dokter Amerika tetapi cara terbaik untuk menangani Herpes adalah dengan meminum obat herbal alami untuk itu, saya telah membaca tentang DR JAMES, dokter ahli herbal yang menyembuhkan saya dari herpes dengan obat herbal yang kuat. Saya menghubungi dia untuk mengetahui bagaimana dia dapat membantu saya dan dia mengatakan kepada saya untuk tidak pernah khawatir
    bahwa dia akan membantu saya dengan ramuan alami dari Tuhan!
    Setelah 2 hari menghubunginya, dia memberi tahu saya bahwa obatnya sudah siap dan
    dia mengirimkannya kepada saya melalui UPS SPEED POST dan itu sampai kepada saya setelah 3 hari!
    Saya menggunakan obat itu seperti yang dia perintahkan kepada saya (PAGI dan MALAM) dan ternyata saya
    sembuh!
    ini benar-benar seperti mimpi tetapi saya sangat senang! untuk orang yang menderita penyakit berikut: Penyakit Alzheimer, Penyakit Bechet, Penyakit Crohn, Penyakit Parkinson, Skizofrenia, Kanker Paru, Kanker Payudara, Kanker Colo-Rectal, Kanker Darah, Kanker Prostat, siva. Penyakit Dupuytren, Tumor bulat-sel kecil Desmoplastik Diabetes, penyakit Celiac, Penyakit Creutzfeldt-Jakob, Angiopati Amiloid Serebral, Ataksia, Artritis, Amyotrophic Lateral Sclerosis, Fibromyalgia, Fluoroquinolone Toksisitas
    Syndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresS sclerosis, Kejang, penyakit Alzheimer, Adrenocortical carcinoma. Asma, penyakit alergi. AIDS, Herpe, Copd, Glaucoma., Katarak, degenerasi makula, penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, kanker prostat, osteoporosis, kanker prostat
    Dementia.Lupus.
    , Penyakit Cushing, Gagal Jantung, Multiple Sclerosis, Hipertensi, Kanker Colo_Rectal, Penyakit Lyme, Kanker Darah, Kanker Otak, Kanker Payudara, Kanker Paru-Paru, Kanker Ginjal, HIV, Herpes, Hepatitis B, Radang Hati, Diabetes, Fibroid,
    harus menghubungi dia untuk obat herbal karena saya adalah kesaksian hidup dan saya sembuh dari herpes dan obatnya sah. Saya mengiriminya apa yang dia minta dan dia mengirimi saya obatnya yang saya minum selama 2 minggu yang baik dan hari ini saya di sini dengan hasil negatif. Ketika saya pergi untuk tes saya sangat senang setelah minum obat herbal, saya memberi penghormatan kepada negaranya untuk merayakan bersamanya di festival Afrika-nya yang dia katakan biasanya terjadi setiap tahun. Anda dapat menghubunginya melalui VIA E-mail drjamesherbalmix@gmail.com atau nomor whatsapp: +2348152855846

    BalasHapus

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!