Download makalah DISINI atau klik:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epidemiologi adalah suatu ilmu untuk mempelajari segala sesuatu yang terjadi terhadap penduduk. Secara operasional, epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari pristiwa dan distribusi semua masalah yang terkait dengan kesehatan dan faktor yang mempengaruhinya.
Saat ini, status kesehatan bangsa Indonesia secara berangsur bertambah baik. Keadaan ini diukur antara lain dengan menurunnya angka kematian dan angka kesakitan. Walaupun demikian, angka kematian di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Dalam hubungannya dengan masalah penyakit, saat ini Indonesia mengahadapi “beban trio penyakit”. Sementara penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat, muncul penyakit menular yang baru seperti HIV/AIDS, Avian influenza dan Pandemic influenza H1N1 menjadi masalah kesehatan masyarakat yang bermakna. Masalah penyakit yang dahulu sudah berhasil diturunkan seperti penyakit malaria juga kembali menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Disamping itu , penyakit menular lainnya seperti Infeksi Pernafasan Akut (ISPA), Demam Berdarah (DBD), Filariasis, Penyakit yang dapat dicegah melalui immunisasi, Lepra, dll masih merupakan penyakit yang bersifat lokal . Disisi lain, penyakit tidak menular & degeneratif sperti penyakit jantung, Diabites mellitus, Hypertensi, Penyakit terkait dengan rokok dll, cenderung meningkat.
Dalam menghadapi tantangan tersebut diatas sangat dibutuhkan kapasitas epidemiologi yang memadai di Indonesia. Dalam hal ini termasuk, kemampuan investigasi epidemiologi yang cukup, yang didukung oleh sistem pengumpulan data dan informasi berbasis bukti yang kuat serta tindakan penanggulangan yang tepat guna dan tepat waktu oleh masing-masing otoritas kesehatan. Untuk ini diperlukan SDM kesehatan dengan kompetensi dan ketrampilan epidemiologi yang cukup disemua jenjang admisistrasi kesehatan termasuk di fasilitas pelayan kesehatan (RS, Puskesmas, Pustu dan lain-lain). Sejumlah tenaga yang bekerja dalam tim epidemilogi untuk menggerakkan aksi kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan di provinsi sampai ke kabupaten / kota sangat dibutuhkan dibawah kepemimpian, bimbingan dan supervisi tim epidemiologi nasional ditingkat pusat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
- Apa konsep epidemiologi?
- Bagaimana transmisi penyakit ?
3. Apa yang dimaksud dengan morbiditas dan mortalitas?
4. Apa saja jenis penelitian epidemiologi?
5. Bagaimana peran perawat dalam epidemiologi?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui apa konsep epidemiologi?
- Untuk mengetahui bagaimana transmisi penyakit ?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan morbiditas dan mortalitas?
4. Untuk mengetahui apa saja jenis penelitian epidemiologi?
5. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam epidemiologi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP EPIDEMIOLOGI
Pengertian
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Epidemilogi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyakit atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau resiko yang menyebabkan penyakit, cidera, cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia.
(Timmreck, thomas C. 2004)
Sejarah Epidemiologi
Jaman Prasejarah, penyembuhan dengan ramuan sederhana dari bahan yang ada di alam. Sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES dan data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi yang kemudian dijuluki sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan epidemiologi khusus. Hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
(Mubarak,wahit iqbal. 2005)
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup epidemiologi dalam kesehatan
1. Etiologi: Kegiatan epidemiologi dalam mengindentifikasi penyakit dan masalah kesehatan lainnya
2. Efikasi: Efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi kesehatan
3. Efektifitas: Besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan/intervensi) dan besarnya perbedaan dari satu tindakan yang satu dengan yang lainnya
4. Efisiensi: Konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang di berikan
5. Evaluasi: Penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan masyarakat
6. Edukasi: Intervensi yang berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit
(Mubarak,wahit iqbal. 2005)
Tujuan epidemiologi
Menurut Lilienfelld ada 3 tujuan epidemiologi:
1. Menjelaskan etiologi satu atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial atau perilaku
2. Untuk menetukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku dan ilmu biomedis yang terbaru
3. Untuk memberikan dasar bagi perkembangan langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan masyarakat yang diperlukan.
(Timmreck, Thomas C. 2004)
Manfaat epidemiologi
1. Untuk mempelajari riwayat penyakit, epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi dan bisa digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan masyarakat
2. Diagnosis masyarakat, sesuatu hal yang menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan atau kematian didalam suatu komunitas atau wilayah
3. Mengkaji resiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi.
4. Pengkajian, evaluasi dan penelitian, untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, ketidakmampuan atau kematian
5. Melengkapi gambaran klinis, menentukan hubungan sebab akibat
6. Identifikasi sindrom, membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefenisikan sindrom
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit, temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan dan pemusnahan penyakit atau kematian.
(Timmreck, Thomas C. 2004)
B. TRANSMISI PENYAKIT
Konsep sehat sakit
Menurut WHO (1947) yang dikatakan sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik,mental,sosial,bukam semata mata bebas dari penyakit dan atau kelemahan. Dalam konsep sehat WHO tersebut diharapkan adanya keseimbangan yang serasi dalam interaksi antara manusia dan makhluk hidup lain dengan lingkungannya.
Sakit menurut perkin’s adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gagguan dalam beraktivitas sehari-hari baik aktifitas jasmani,rohani,maupun sosial.
Kesakitan adalah reaksi personal,interpersonal,cultural,atau perasaan yang kurang nyaman akibat dari adanya penyakit (salan,1988)
(Sylvia A,price,lorrane M. Wilson.1994)
Konsep terjadinya penyakit
1. Segitiga epidemiologi
Keterangan:
a. Agen: Agen adalah penyebab penyakit seperti bakteri,virus,prasit,jamur,atau kapang yang merupakan berbagai agen yang ditemukan dalam penyakit infeksi.
b. Pejamu: Pejamu adalah organisme. Biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit. Pejamu bia terkena atau tidak terkena penyakit. Penjamu memberikan tempat dan penghidupan dari suatu patogen
c. Lingkungan: Lingkungan adalah segala sesuatu yang menjadi penyakit dan kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau menularkan penyakit. Faktor-faktor lingkungan dapat mencakup aspek biologi,sosial,budaya dan aspek fisik lingkungan.
d. Waktu: Waktu dapat mempengaruhi masa inkubasi,harapan hidup penjamu atau patogen (agen) dan durasi perjalanan penyakit.
2. Jaring-Jaring Sebab Akibat
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertamba atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
3. Roda
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vector (vektor borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
Konsep perjalanan penyakit
a. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)
Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dan lain-lain.
c. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
d. Tahap Penyakit Lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
e. Tahap Akhir Penyakit
Pada tahap ini perjalanan penyakit akan berhenti. Berakhirnya perjalanan penyakit terdiri dari beberapa keadaan yaitu :
· Sembuh sempurna, baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit
· Sembuh dengan cacat, penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
· Karier, perjalanan penyakit seolah‐olah terhenti, gejala penyakit tidak tampak (dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit) suatu saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun).
· Kronis, perjalanan penyakit tampak berhenti, gejala penyakit tidak berubah, tidak bertambah berat ataupun ringan
· Meninggal dunia, terhentinya perjalanan penyakit, pejamu meninggal dunia. (keadaan yang tidak diharapkan)
C. MORBIDITAS DAN MORTALITAS
Morbiditas
Morbiditas adalah kesakitan. Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan, sakit, dan gangguan pada suatu popilasi semuanya dikategorikan di dalam istilah tunggal: Morbiditas. Di dalam Epidemiologi, Ukuran Utama Morbiditas adalah : Angka Insidensi dan Prevalensi dan berbagai Ukuran Turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan Angka Prevalensi.
Rasio, proporsi dan angka
Rasio merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut
Angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus (perbandingan antara pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu)
Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit, yang terjadi dalam kurun waktu tertentu
Angka insidensi adalah proporsi kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru.
| |||||
| |||||
Prevalensi adalah jumlah kasus penyakit, orang yang terinfeksi atau kondisi yang ada pada satu waktu tertentu, dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal
Mortalitas
Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :
1. Data tentang jumlah penderita baru.
2. Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru( Population at Risk ).
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi:
a. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Jumlah Penderita Baru x K
Incidence Rate =
Jumlah penduduk yg mungkin terkena
Penyakit tersebut pada pertengahan tahun
Incidence Rate =
Jumlah penduduk yg mungkin terkena
Penyakit tersebut pada pertengahan tahun
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰)
Perhitungan Penduduk Pertengahan Tahun :
• (P1 + P2), atau
• P1 + {½(P2 – P1)}
Perhitungan Penduduk Pertengahan Tahun :
• (P1 + P2), atau
• P1 + {½(P2 – P1)}
b. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Period Prevalen Rate
Yaitu : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang
sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan
Kelainan Jiwa.
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang
sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan
Kelainan Jiwa.
b. Point Prevalen Rate
Adalah : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu
saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.
Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
diselenggarakan.
Mortalitas adalah istilah yang berarti kematian atau menjelaskan kematian dan isu-isu terkait. Beberapa angka kematian yang umum dipakai dalam mortalitas:
a. Angka kematian kasar
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
|
b. Angka kematian bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
|
c. Angka kematian neonatal
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus:
|
d. Angka Kematian Post Neo-Natal
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus:
e. Angka Kematian Anak
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi AngkaKematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
|
f. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)
Rumus:
g. Indikator Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Rumus:
h. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Cara Menghitung
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.
(Timmreck, Thomas C. 2004)
D. PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
- Penelitian prospektif (penelitian kohort)
Penelitian prospektif merupakan salah satu penelitian yang bersifat longitudinal dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu. Tujuan penelitian prospektif adalah untuk menemukan insidensi penyakit pada kelompok yang terpajan oleh faktor resiko maupun pada kelompok yang tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok tersebut secara statistik dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab-akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti. Kelompok yang diikuti tersebut dinamakan kohort.
Penelitian prospektif kohort ini mengikuti paradigma dari sebab ke akibat. Dari uraian singkat di atas dapat dijelaskan bahwa secara garis besar proses perjalanan penelitian prospektif sebagai berikut.
1. pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan belum menampakkan gejala penyakit yang diteliti.
2. kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan sekuens waktu (prospektif)
3. dilakukan pengamatan untuk mencari insidensi penyakit (efek) pada kedua kelompok.
4. insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis tentang hubungan sebab-akibat antara pajanan dan insidensi penyakit (efek).
Proses penelitian prospektif kohort secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.
Prospektif
Keadaan awal penelitian (Sebab) | Insidensi penyakit (Akibat/Efek) |
Kelompok terpajan | Positif Negatif |
Kelompok tidak terpajan | Positif Negatif |
Macam penelititan kohort
Penelititan yang ditinjau dari proses perjalanan penyakit disebut penelitian prospektif dan bila ditinjau dari tujuan disebut penelitian insidensi, sedangkan bila ditinjau dari kelompok yang diikuti disebut penelitian kohort.
Penelitian kohort dapat terdiri dari satu atau dua kohort.
Penelitian satu kohort
Penelitian ini pada dasarnya bersifat deskriptif karena pada awal penelitian tidak terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan sebagai kontrol. Setelah dilakukan pengamatan diketahui bahwa dalam kohort tersebut terdapat kelompok individu yang akan terpajan oleh faktor risiko dan dari kelompok tersebut sebagian akan menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian tidak. Selain itu, terdapat pula kelompok yang tidak terpajan oleh faktor risiko dan sebagian menderita penyakit tersebut dan kelompok ini dianggap sebagai kontrol kemudian dianalisis secara analitis. Kelompok kontrol demikian sering disebut sebagai kontrol interna.
Penelitian dua kohort
Sejak awal penelitiannya telah dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terpajan oleh faktor risiko timbulnya penyakit tertentu dan kelompok lain yang tidak terpajan oleh faktor risiko kemudian proses perjalanan penyakit alamiah kedua kelompok tersebut diikuti untuk menemukan insidensi penyakit yang dimaksud kemudian dianalisis dengan menghitung risiko relatif, risiko atribut, dan perhitungan statistik untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini kelompok pembanding disebut kelompok kontrol eksterna.
Secara skematis beberapa keuntungan penelitian kohort dapat digambarkan sebagai berikut:
Keadaan awal | Akibat pajanan | Kemudian | Tipe penelitian |
Sehat | Pertumbuhan normal | Sehat | Ontogenik |
Sehat | Timbul penyakit | Sakit | Patogenik |
Sakit | Perjalanan penyakit | Sehat/sakit/meninggal | Patogresif |
Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan analisisnya agar orang dapat mengetahui analisis yang akan dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis, analisis dan perhitungan yang akan dilakukan sebagai berikut:
| Insidensi penyakit | |||
| | Sakit | Tidak sakit | Jumlah |
| Positif | + (a) | - (b) | a + b |
Pemajanan | Negatif | +(c) | - (d) | c + d |
| Jumlah | a + c | b + d | N |
Resiko kelompok terpajan: a/(a + b) = m
Risiko tidak terpajan: c/(c + d) = n
Perhitungan risiko relatif = m/n
Risiko atribut = m – n
Kelebihan Penelitian Cohort:
1. Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian.
2. Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang lain.
3. Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.
Kekurangan Penelitian Cohort:
1. Memerlukan waktu yang cukup lama
2. Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
3. Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil
4. Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
Contoh kasus (lampiran)
- Penelitian retrospektif (case control)
Penelitian retrospektif adalah suatu penelitian dengan pendekatan longitudinal yang bersifat observasional mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang (retrospektif) untuk menguji hipotesis spesifik tentang adanya hubungan pemaparan terhadap faktor risiko di masa lalu dengan timbulnya penyakit.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efek (penyakit atau status kesehatan) saat ini dan adanya factor resiko pada waktu yang lau.
Kelompok kasus atau kelompok penderita adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Kelompok kontrol adalah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang diteliti. Tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai timbulnya penyakit dan bersedia menjadi subjek studi.
Ciri-ciri penelitian retrospektif:
1. 1.Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional
2. diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
3. terdapat kelompok kontrol
4. kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok kasus
5. membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
6. tidak mengukur insiden
pengukuran odd rasio (
pengukuran risiko relatif pada penelitian retrospektif hanya berupa perkiraan dan tidak mengukur insiden namun, yang diukur hanyalah besarnya pemaparan.
Penyakit | ||||
Pemaparan | Positif | Negatif | Jumlah | Odds penyakit |
Positif | A | B | m1 | a/b |
Negatif | C | D | m2 | c/d |
Jumlah | n1 | n2 | N | |
Odds pemaparan a/c b/d
Odds ratio ( (a/b)/(c/d) atau ad/bc
(Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2002)
Kelebihan Penelitian Case Control:
1. Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok control
2. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding hasil rancangan cross sectional
3. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen (kohort)
4. Tidak memerlukan waktu lama ( lebih ekonomis )
Kekurangan Penelitian Case Control:
1. Pengukuran variabel yang retrospective, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingatkan kembali faktor-faktor resikonya.
2. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidakdapat dikendalikan.
3. Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesui dengan kelompok kasusu karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.
Contoh kasus (lampiran)
E. PERAN PERAWAT DALAM EPIDEMIOLOGI
Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat. Monitoring perubahan status kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan. Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge) termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan difokuskan pada menjaga jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian hubungan host, agent, dan lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah pada pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi perencanaan perawatan.
LAMPIRAN
CONTOH KASUS PENELITIAN PROSPEKTIF ATAU COHORT
Penelitian untuk menetukan adanya hubungan antara peminum alkohol dengan terjadinya hemoragi stroke.
Dalam penelitian ini dikumpulkan sebanyak 4.952 orang peminum alkohol dan 2.916 orang bukan peminum alcohol. Dilakukan pengamatan pada kedua kelompok selama 12 tahun dan diperoleh hasil sebagai berikut.
Dari 4.952 peminum ditemukan 197 orang menderita stroke dan dari 2.916 bukan peminum terdapat 93 orang menderita stroke. Temua tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel kontingensi 2x2 sebagai berikut:
Stroke | |||||
| + | - | Jumlah | Risiko | |
Peminum | + | 193 | 2.723 | 2.916 | 0,066 |
- | 93 | 4.859 | 4.952 | 0,018 | |
Jumlah | | 286 | 7.582 | 7.868 | |
Risiko Relatif (RR) = 0,066/0,018 = 3,67
Risiko Atribut (RA) =0,066 - 0,018 = 0,048 atau 4,8 %
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peminum alcohol mempunyai rrisiko 3,67 kali lebih besar dibandingkan dengan yang bukan peminum dan besarnya risiko yang dapat dihindarkan dengan tidak menjadi peminum adalah 4,8 %.
CONTOH KASUS PENELITIAN RETROSPEKTIF ATAU CASE CONTROL
Judul : hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di badan rumah Sakit daerah cepu
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di Rumah Sakit Umum Daerah Cepu.
Kerangka konsep
|
| |||||
|
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai kelompok kasus adalah lakilaki usia 40 tahun ke atas yang mengalami hipertensi dan mempunyai kebiasaan merokok. Penelitian dimulai dengan mengindentifikasi kelompok dengan kasus (laki-laki dengan usia 40 tahun ke atas dengan hipertensi) dengan kelompok bukan kasus atau kontrol, kemudian secara restropektive (penelusuran ke belakang) diteliti dengan faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kasus dan kontrol terkena paparan atau tidak.
Desain penelitian kasus kontrol
| |||
Suatu penelitian tentang hubungan hipertensi dengan, merokok yang dilakukan secara retrospektif dengan mengambil 100 orang penderita hipertensi sebagai kasus dan 100 orang dengan penyakit lain yang tidak ada hubungan dengan hipertensi sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok disamakan berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan dan social ekonomi.
Hasil yang diperoleh adalah pada penderita hipertensi terdapat 180 orang yang merokok, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 80 orang yang merokok. Hal itu dapat digambarkan secara skematis dalam bentuk table berikut:
Pajanan | kasus | kontrol |
Perokok Tidak merokok | 180 20 | 80 120 |
Jumlah | 200 | 200 |
Rate pemaparan pada kelompok kasus = 190/200 = 0.95
Rate pemaparan pada kelompok kontrol = 60/200 = 0.5
Odds ratio = ad/bc=(180x120) / (80x20) = 21600/1600 = 13,5
Ini berarti bahwa diperkirakan risiko bagi perokok terkena hipertensi adalah 13,5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang bukan perokok.
KASUS PEMICU 1
1. Pada suatu daerah dengn populasi penduduk 15.000 orang ditemukan 9 orang menderita diabetes dalam periode satu tahun.
Berapa ‘insidence rate’ di daerah tersebut?
Jawab:
Insidence rate = 9/ 15000 x 1000
= 0,6
2. Suatu daerah terdapat dua keluarga yang mengalami TBC. Dari 10 anggota keluarga A, hanya 1 orang yang menderita TB untuk pertama kali, dua bulan kemudian 5 orang terdiagnosis penyakit yang sama dan 1 orang yang dinyatakan kebal pada penyakit tersebut. Pada keluarga B, terdiri dari 8 orang anggota keluarga dimana terdapat 2 orang yang menderita penyakit TB untuk pertama kalinya, dua bulan kemudian 1 orang juga yang dinyatakan kebal terhadap penyakit ini.
Berapa angka ‘attack rate’ dan ‘secondary attack rate’ pada kasus di atas?
Jawab:
kel A = 1 TB
10 5 org
1/7 kebal
Kel B = 2 TB
8 1 org
¼ kebal
Attack rate = 11/18 x 100
= 61,1
Secondary attack rate = 6/11 x 100
= 54,5
3. 2000 wanita dengan usia 55 tahun melakukan ‘check up’ kesehatan dan ditemukan 100 wanita mengalami tekanan darah tinggi.
Berapa ‘pravelaence rate’ pada wanita yang mengalami tekanan darah tinggi?
Jawab:
pravelaence rate = Angka prevalensi = jumlah total kasus penyakit pada waktu tertentu X 1000
Total populasi yang beresiko pada waktu tertentu
=100/2000 x 1000
= 50
4. Suatu kantor dengan jumlah karyawan sebanyak 1000 orang, 100 diantaranya tidak masuk kantor sejak 2 buan yang lalu karena flu babi, dan selanjutnya pada hari ini 150 orang terpaksa pulang juga karena mengalami gejala-gejala flu babi.
Berapa angka ‘periode prevalence rate’ pada kasus di atas?
Jawab:
periode prevalence rate = 250/1000 x 1000
= 250
5. Suatu sekolah dengan murid sebanyak 200 orang kemaren 10 orang menderita penyakit gigi dan hari ini 5 orang.
Berapa angka ‘point precvalence rate’ pada kasus di atas?
Jawab:
point prevalence rate = 15/200 x 1000
= 75
KASUS PEMICU 2
Penelitian 1
Suatu penelitian menemukan dari 649 pria menderita kanker paru . sebanyak 647 pria punya riwayat merokok. Dibandingkan dengan 624 pria tidak merokok, ditemukan 622 pria yang menderita kanker paru. |
Penelitian 2
Suatu penelitian dilakukan antara tahun 1968-1974 kepada 17.000 wanita untuk melihat hubungan antara kontrasepsi oral dengan tromboembolus vena. Dari hasil penelitian ditemukan 90 orang wanita yang mengalami penyakit tromboembolus vena 30 orang wanita menggunakan kontrasepsi oral. Sementara dari 9910 orang wanita yang tidak mengalami penyakit treombembolus vena, hanya 7440 orang wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral |
Pertanyaan:
1. Sebutkan dan jelaskan mana yang termasuk penelitian ’kohort’ dan ’case=conrol’
Jawab:
penelitian 1 : case control
penelitian 2 : kohort
2. Tetapkan kelompok-kelompok yang akan diteliti
Jawab:
Penelitian 1 :
pria penderita kanker paru dan punya riwayat perokok
pria yang tidak merokok tetapi menderita kanker paru
penelitian 2:
wanita yang menderita tromboembolus vena dan menggunakan kontrasepsi oral
wanita yang menderita tromboembolus vena dan tidak menggunakan kontrasepsi oral
wanita yang tidak menderita tromboembolus vena dan menggunakan kontrasepsi oral
wanita yang tidak menderita tromboembolus vena dan tidak menggunakan kontrasepsi oral
3. Tetapkan jumlah sampel
Jumlah sampel penelitian 1 :
(p0.q0 + p1.q1)( Z1 - alfa/ 2+ Z 1-ß )2
n = (p1 - p0) 2
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol
Z1 - / 2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
Z1 - ß = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk ß=0,10 adalah 1,28)
p0 = proporsi paparan pada kelompok kontrol atau tidak sakit
p1 = proporsi paparan pada kelompok kasus
Jumlah sampel penelitian 2 :
2( Z1 - alfa/ 2+ Z 1-ß )2 teta 2
n = ---------------------------------
(U1 - U2) 2
Keterangan :
n = jumlah sampel tiap kelompok
Z1 - / 2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
Z1 - ß = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk ß=0,10 adalah 1,28)
= standar deviasi kesudahan (outcome)
U1 = mean outcome kelompok tidak terpapar
U2 = mean outcome kelompok terpapar
4. catat segala keterangan yang diperoleh serta buat tabel
Penelitian 1:
Pajanan | Kasus (Ca Paru) | Kontrol | Jumlah |
Perokok Tidak merokok | 647 2 | 2 622 | 649 624 |
Jumlah | 649 | 624 | 1273 |
Rate pemaparan pada kelompok kasus = 647/649 x 100% = 99,6 %
Rate pemaparan pada kelompok kontrol : 2/624 x 100% = 0,3 %
Odd ratio : ad/bc= 647 x 622 = 402434 = 100608,5
2 x 2 4
Resiko bagi perokok terkena Ca paru adalah 100608,5 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok
Penelitian 2:
Kontrasepsi oral | Insiden (tromboembolus) | ||
Pemajanan | Sakit | Tidak sakit | Jumlah |
Positif Negatif Jumlah | 30 60 90 | 2.470 7.440 9.910 | 2.500 7.500 10.000 |
- Resiko kelompok terpajan : a = m
a+b
30 = 30 = 0,012
30+2470 2500
- Resiko tidak terpajan : c = n
c+d
60 = 60 = 0,008
60+7440 7500
- Relatif rist : m = 0,012 = 1,5
n 0,008
- Atribut rist : m – n = 0,12 – 0,008 = 0,004 = 0,4 %
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa yang menggunakan kontrasepsi oral mempunyai resiko 1,5 lebih kecil jika dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi oral dan besarnya resiko dapat dihindarkan dengan tidak menggunakan kontrasepsi oral adalah 0,4 %.
- interpretasikan data yang diperoleh
penelitian 1:
Resiko orang yang terkena kanker paru akan meningkat 100608,5 kali pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok dibandingkan orang yang tidak merokok.
Penelitian 2
Yang menggunakan kontrasepsi oral mempunyai resiko 1,5 lebih kecil jika dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi oral dan besarnya resiko dapat dihindarkan dengan tidak menggunakan kontrasepsi oral adalah 0,4 %.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemilogi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyakit atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau resiko yang menyebabkan penyakit, cidera, cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia (Timmreck, thomas C. 2004). Epidemiologi telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya.
Sedangkan Proses perjalanan penyakit itu sendiri secara umum dapat dibedakan atas tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility) ,tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease), tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease), tahap Penyakit Lanjut, dan tahap Akhir Penyakit
Pada epidemiologi dikenal mirbiditas dan mortalitas. Morbiditas adalah kesakitan. Sedangkan mortalitas adalah istilah yang berarti kematian atau menjelaskan kematian dan isu-isu terkait. Untuk melihat angka morbiditas dan mortalitas tersebut, dilakukanlah berbagai macam penelitian epidemiologi.
Selain itu, dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi.
B. Saran
Untuk mencegah semakin tingginya tingkat kesakitan maupun tingkat kematian, maka hendaknya perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan dari penyakit tersebut. Selain itu, hendaknya dilakukan peningkatan SDM kesehatan dengan kompetensi dan ketrampilan epidemiologi yang cukup disemua jenjang admisistrasi kesehatan termasuk di fasilitas pelayan kesehatan (RS, Puskesmas, Pustu dan lain-lain).
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A,price,lorrane M. Wilson.1994. patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4. jakarta: EGC
Mubarak.wahit iqbal. 2005. Pengantar keperawatan komunitas I. Jakarta:EGC
Ekobudiarto, dewi anggraeni. 2002. “Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta:EGC
Timmreck, Thomas C. 2004. “Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta:EGC
keren postingannya,,,setidaknya sy dapatkan sedikit ilustrasi
BalasHapus