Kamis, 15 Maret 2012

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT : PENGAMBILAN DARAH ARTERI


Pengertian :
Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah yang berhubungan dengan fungsi respirasi dan metabolisma.

Tujuan :
1. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme   sel
2. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
3. Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2.
4. Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri.

Tempat Pengambilan Darah
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga.

Tempat pengambilan darah arteri :
1.      Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif.
2.      Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3.      Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4.      Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
5.      Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

Tekhnik Pengambilan Darah Arteri
1.      Persiapan alat.
            Baki (Troli) yang berisi antara lain:
            - 1 Buah spuit 2,5 cc yang disposible.
            - 1 buah spuit 1 cc yang disposible.
            - Gabus / karet sebagai penutup jarum.
            - 2 lembar kain kassa steril.
            - Bengkok, plester, gunting.
            - Obat lokal anesthesi (bila) perlu.
            - Kapas alkohol dengan campuran bethadine.
            - Kantong plastik berisi es bila pengirimannya jauh.
            - Heparin injeksi 5000 unit
            Spuit 2,5 cc diisi dengan heparin 0,1 cc atau asal membasahi dinding spuit untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Heparin tidak boleh terlalu banyak dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2.      Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang akan di pungsi.
3.      Memilih arteri yang akan di pungsi.
4.      Menyiapkan posisi pasien :
a. Arteri Radialisi :
            - Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.
            - Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.
            - Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.
            b. Arteri Dorsalis Pedis
            - Pasien boleh flat / fowler.
            c. Arteri Brachialis
            - Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperextensikan / diganjal dengan siku.
            d. Arteri Femoralis
            - Posisi pasien flat

5.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perasat
6.      Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita ulangi dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
7.      Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara kulit diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang akan ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.
8.      Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan kanan, jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.
            - Pada arteri radialis posisi jarum ± 45 derajat
            - Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat
            - Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat
            Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum jangan langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ada dibawah kulit kemudian tusukan boleh diulangi lagi kearah denyutan.
9.      Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera gelembung udara dikeluarkan dari spuit
10.  Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet
11.  Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan bethadine.
            - Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 mnt       
            - Pada arteri brachialis selama 7 – 10 menit
            - Pada arteri femoralis selama 10 menit
            - Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15   menit.
12. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.
13. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan tanggal dan jam pengambilan, suhu dan jenis pemeriksaan.
14. Bila pengiriman / pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang diisi es supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
15. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan perasat.

PERHATIAN!
Sebelum dan sesudah pengambilan darah
1.      Daerah pengambilan darah sebaiknya pada tempat yang bergantian / selang-seling untuk mencegah terjadinyakerusakan pada pembuluh darah
2.      Apabila menggunakan obat lokal anesthesi harus ditest terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya reaksi alergi oleh karena obat tersebut.
3.      Apabila pasien yang memerlukan perawatan lama sebaiknya dipasang arteri line.
4.      Warna merah darah dapat merupakan petunjuk baik / buruknya dari darah arteri.
5.      Bila mungkin cegahlah penusukan pada arteri femoralis.
6.      Apabila diperlukan pengambilan darah melalui arteri radialis perlu diketahui dahulu adanya kolateral arteri ulnaris dengan cara percobaan Allen ( test Allen ).

Caranya :
            a. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya dengan kuat supaya darah sebanyak mungkin keluar sehingga telapak tangan pucat.
            b. Tekan arteri radialis dan ulnaris agar tertutup sambil pasien membuka kepalannya beberapa kali dan menutupnya kembali. Kemudian tangan dibuka, lepaskan tekanan pada arteri ulnaris.


Rabu, 14 Maret 2012

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT : PROSEDUR PEMASANGAN CERVICAL COLLAR/COLLAR NECK


Link:
http://www.ziddu.com/download/18871838/MAKALAHFIXCERVICALCOLLARlengkap.doc.html

Pengertian
Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal). Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Namun ada juga yang menggunakan  Xcollar Extrication Collar yang dirancang untuk  mobilisasi (pemindahan pasien dari tempat kejadian kecelakaan ke ruang medis). Namun pada prinsipnya cara kerja dan prosedur pemasangannya hampir sama.

Tujuan
1.      Mencegah pergerakan tulang servik yang patah (proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf)
2.      Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servik dan spinal cord
3.      Mengurangi rasa sakit
4.      Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan

Indikasi
Digunakan pada pasien yang mengalami trauma leher, fraktur tulang servik.
C collar di pasangkan untuk pasien 1 kali pemasangan. Penggunaan ulang C Collar tidak sesuai dengan standar kesehatan dan protap.

Prosedur
Persiapan
  1. Alat :
ü  Neck collar sesuai ukuran
ü  Bantal pasir
ü  Handschoen
  1. Pasien :
ü  Informed Consent
ü  Berikan penjelasan tentang tindakan yang dilakukan
ü  Posisi pasien : terlentang, dengan posisi leher segaris / anatomi
  1. Petugas : 2 orang

Pelaksanaan (secara umum):
ü  Petugas menggunakan masker, handschoen
ü  Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanankepala mulai dari mandibula kearah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain dengan cara yang sama.
ü  Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan sedikit melewati leher.
ü  Letakkan bagian neck collar yang bertekuk tepat pada dagu.
ü  Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain
ü  Pasang bantal pasir di kedua sisi kepala pasien

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
ü  Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respon pasien
ü  Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar

Waktu pemakaian
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan.
Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.

Unit pelaksana/terkait
  1. Instalasi Gawat Darurat
  2. Rekam Medik
  3. Radiologi
  4. I.P.S.R.




Bentuk Cervical Collar
     

Bentuk X collar
      


HARD CERVICAL COLLAR
Restrict Cervical Spine Movement to Promote Recovery
Latex Free, non Toxic and Hypo alergenic
Adjustable Bilateral velcro hook and Loop fastener insure proper fit
Bahan Plastozote foam mencegah iritasi kulit
Indikasi: Cedera Leher (Emergency), Wishplash Injury, Simple bone fracture, dislocated bone fracture, vertebra dislocated cervical; after cervical vertebra stretch treatment,cervical vertebra rheumatism joint inflammation caused bone dislocation risk, neck degenerate diseases etc.

SOFT CERVICAL COLLAR
Support Cervical
High Quality Foam
Removable
washable
Indikasi: Cidera Leher ringan (mild neck injury)
          

Prosedur pemasangan X Collar (secara rinci)
Untuk posisi netral
1.      Sediakan  Xcollar
2.      Tarik, dan pastikan lebih panjang lalu buka lipatan sisi belakang

           
3.      Sebelum memposisikan X Collar ke leher pasien, lakukan resusitasi manual (imobilisasi leher) terlebih dulu
4.      Pegang X collar dengan 1 tangan dari atas punggung. X collar diposisikan sedekat mungkin dengan kulit atau punggung pasien
Hindari menempatkannya di lipatan pakaian
       
5.      Lingkarkan Ccollar diseputar leher pasien, hubungkan penyangga (depan leher dan belakang) lalu kunci
6.      Pas kan posisi C collar di sejajar garis dagu.
      


7.      Saat menepatkan posisi collar di dagu dengan tangan kiri, sesuaikan sisi-sisi straps. Gunakan tangan kanan untuk memundurkan velcro sebelah kiri pasien
8.      Sesuaikan sisi-sisi strap dan velcro sebelah kanan pasien. Agar memastikan kanan dan kiri simetris atau tidak maka gunakan kode warna sebagi skala pengalokasian di masing-masing sisi collar
Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-7.jpg        Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-8.jpg
9.      Pada pemasangan vertikal, pegang sisi dagu dengan jari-jari untuk menekan tombol kuning biru diatas agar menyesuaikan dengan dada pasien, disebut juga dengan ACS (Adjustable Chest Support)
10.  Pastikan c collar terletak dalam posisi netral pada leher
Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-9.jpg        Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-10.jpg
11.  Kunci ACS dengan menekan tombol kunci kiri dan kanan
12.  Untuk melengkapi aplikasi prosedur dan meningkatkan pemulihan pasien, maka strap X diagonal dipasang. Sambil menahan sisi kiri ACS dengan tangan kanan, Dorong sisi kiri strap X keluar dengan tangan kiri. Pastikan tepat pemasangannya
                    Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-12.jpg
13.  Lanjutkan pemasangan strap X ke sisi kanan pasien secara diagonal tepat pada bagian sisi velcro  yang sewarna dengan warna X trap.
14.  Lengkapi strap X bagian kanan pasien dengan prosedur yang sama dengan strap X sebelumnya dengan warna berbeda.
Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-13.jpg        Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-14.jpg
15.  Gunakan tangan kanan untuk mendorong plester dan memegang sisi kana strap X
Description: http://www.xcollar.com/images/xcollar/image3-1-15.jpg

Untuk posisi nyaman
Langkah pertama sama pada gambar 1 sampai 6, untuk selanjutnya
16.  Penyesuaian Strap dengan memutar sedikit kepala pasien ke sisi kanan, setelah itu geser sisi velcro sebelah kanan pasien
17.   Begitu juga dengan sisi kiri pasien dengan metode yang sama dengan sebelumnya
    



18.  Sesuaikan jarak strap depan pada bagian dagu
19.  Kunci ACS dengan menekan tombol biru kuning
    
20.  Pasang strap X mulai dari kanan pasien terlebih dulu (terdekat dengan leher bag. depan)
21.  Pegang/ tahan penyangga velcro sebelah kanan pasien sementara tangan kanan memfiksasi strap X ke bagian kiri pasien
    
22.  Ulangi prosedur sebelumnya
23.  Sama dengan yang sebelumnya
    

Untuk posisi supine:
24.  Pada posisi supine, cara yang sama, dengan menmpatkan Back Support ke bagian belakang leher pasien
25.  Letakkan mulai dari bagian atas ketika menyelipkan BS. Untuk selanjutnya sama dengan posisi netral sebelumnya
    

Melepas X collar:
26.  Untuk melepas Xcollar, pertama-tama lepaskan kedua straps X
27.  Sebelum membuka penyangga, perlahan-lahan lepaskan tekanan velcro Xcollar
28.  Buka buckle dan lepaskan collar dari pasien



REFERENSI

Saanin, Syaiful. 2009. Cedera Sistema Saraf Pusat Traumatika Dan Nontraumatika. PDF Jurnal. Diakses tanggal 27 Februari 2012.