Jumat, 18 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GONORRHEA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris:  gonorrhea  atau  gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi (Wikipedia). Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman  patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.
Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Definisi
2.      Etiologi
3.      Manifestasi Klinis
4.      Komplikasi
5.      Diagnosis
1.3 Tujuan
Diharapkan setelah membaca makalah ini perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien dengan gonore .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris:  gonorrhea  atau  gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi (Wikipedia).
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhea yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara langsung dengan eksudat yang infektif. (Dr.Soedarto, Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia,1990,Hal.74)
2.2 Penyebaran
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
2.4 Manifestasi klinis
Pada pria:
  • Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
  • Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
  •  Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
  • Retensi urin akibat inflamasi prostat
  •  Keluarnya nanah dari penis.
Pada wanita:
  • Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
  • Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
  • Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
  • Nyeri ketika berkemih
  • Keluarnya cairan dari vagina
  • Demam
  • Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1.      Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2.      Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3.      Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4.      Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5.       Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
2.6 KOMPLIKASI
Pada pria:
·         Prostatitis
·         Cowperitis
·         Vesikulitis seminalis
·         Epididimitis
·         Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
Pada wanita:
·         Komplikasi uretra
·         Bartholinitus
·         Endometritis dan metritis
·         Salphingitis



2.7 Pengobatan
  1. Medikamentosa
ü  Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
ü  Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
ü  Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
ü  Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
  1. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
ü  Bahaya penyakit menular seksual
ü  Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
ü  Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
ü  Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
ü  Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
2.8 ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
a.      Identitas
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamt, tanggal masuk Rumah Sakit.

b.     Keluhan Utama
Biasanya nyeri  saat kencing
c.      Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan dirasakan.
d.     Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya, (sinovitis, atritis)
e.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
f.        Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
ü  Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea. Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
ü  Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
ü  Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi, warna dan bau urin.
ü  Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak begitu  terganggu.
ü  Pola istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.



ü  Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva pasien.
ü  Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang dideritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini. Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan pada diri pasien. Biasanya klien merasa cemas dan takut terhadap penyakitnya.
ü  Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apakah stres yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan dan lain-lain. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
ü  Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungannya.
ü  Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien. Berapa jumlah anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya.


ü  Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien, apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan.
  1. Diagnosa dan Intervensi
DIAGNOSA NANDA
KRITERIA HASIL NOC
INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)
1.      Nyeri b.d reaksi Infeksi





















































·      Kontrol Nyeri
Defenisi: Seseorang dapat mengontrol nyeri
Indikator:
- Mengenali factor kausal
- Mengenali gejala sakit
- Pengendalian Nyeri
- Menggunakan buku   harian rasa sakit
      Level Nyeri
Indikator:
- Melaporkan Nyeri
- Persen tubuh yang terkena
- Frekwensi nyeri
- Kehilangan nafsu makan
- Perubahan Pola pernapasan
- Perubahan pompa jantung
   Manajemen nyeri
 Defenisi: Pengurangan rasa nyeri serta penungkatan kenyamanan yang bisa diterima oleh pasien.
Aktivitas:
-   Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan penyebab
-   Pastikan pasien mendapat perawatan dengan analgestik
-   Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalaman nyeri nya serta dukungan dalam merespon nyeri
-   Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktifitas, kesadaran, mood, hubungan social, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari
-   Membantu pasien dan keluarga untuk memberi dukungan
-   Gunakan langkah-langkah pengendalian nyeri sebelum nyerio menjadi parah
-   Pastikan bahwa pasien mendapat perawatan analgestik yang tepat
    PCA yang dikendalikan
Defenisi: Fasilitas pengawasan administrasi analgestik dan regulasi pasien
Aktivitas:
-   Kolaborasi dengan dokter, pasien, anggota keluarga, dalam pemilihan jenis narkotika untuk digunakan
-   Hindari penggunaan Demerol
-   Pastikan bahwa pasien tidak alergi terhadap analgestik yang sudah diatur
-   Ajar pasien dan keluarga untuk memantau intensitas nyeri, kualitas, dan durasi
-   Ajari pasien dan keluarga untuk memantau rata-rata respirasi dan tekanan darah
-   Ajari pasien dan keluarga efek samping dari pengurangan nyeri
-   Dokumentasikan nyeri pasien, jumlah dan frekwensi dari dosis obat dan respon terhadap pengobatan nyeri
2.      Perubahan pola eliminasi urin
·         Pembatasan urin
Definisi: kontrol eliminasi urine
Indikator:
ü  Mengenali tanda untuk eliminasi
ü  Meramalkan pola jalan urin
ü  Pengosongan kandung kemih dengan komplet
ü  Mampu untuk mulai dan berhenti buang air kecil
·         Eliminasi urin
Indikator:
ü  Pola eliminasi dalam batas yang diharapkan
ü  Jumlah urine
ü  Urin bebas dari partikel
ü  Urin keluar tanpa sakit
ü  Urin keluar tanpa ragu

·         Pengaturan eliminasi urin
Aktivitas:
ü  Monitor eliminasi urin, termasuk frequensi, konsistensi, bau, volume, dan warna jika diperlukan
ü  Monitor tanda dan symptom retensi urin
ü  Catat waktu terakhir BAK
ü  Instruksikan pasien/ keluarga untuk mencatat pengeluaran urin
ü  Batasi cairan jika diperlukan
ü  Bantu pasien untuk ke toilet dengan teratur
ü  Catat waktu pengosongan setelah prosedur
·   Perawatan retensi urin
Aktivitas:
ü  Sediakan privasi untuk eliminasi
ü  Gunakan kekuatan sugesti untuk mengeluarkan air
ü  Stimulasi reflek kandung kemih dengan mendinginkan perut.
ü  Sediakan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih
ü  Masukan kateter jika diperlukan
ü  Instruksikan pasien untuk mencatat output urin
ü  Monitor intake dan output
ü  Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
ü  Bantu pasien untuk ke toilet dengan teratur

  1. Cemas
Definisi: perasaan ketidaknyamanan atau ketakutan disertai oleh respon otonom (sumber seringkali spesifik atau tidak diketahui individu), sebuah perasaan ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini adalah sinyal peringatan yang memperingatkan bahaya yang akan datang dari yang memungkinkan individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman 
Batasan karakteristik:
Perilaku :
·      Gelisah
·      Resah
·      Produktivitas berkurang
·      Scanning dan kewaspadaan
·      Berhubungan dengan keturunan/hereditas

·         Control cemas
Indicator :
-          monitor intensitas kecemasann
-          menyingkiran tanda kecemasan
-          menggunakan teknik relaksasi untuk mehilangkan kecemasan
-          melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori
·         Koping
Indikator :
-          melibatkan anggota keluarga dalam pembuatan keputusan
-          menunjukkan strategi penurunan stress
-          menggunakan dukungan sosial

Penurunan kecemasan
Aktivitas :
·         tenangkan klien
·         jelaskan prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yg mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
·         berusaha memahami keadaan klien
·         kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
·         sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
·         bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yg menciptakan cemas.
·         Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
·         Peningkatan koping:
Aktivitas :
ü  Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
ü  Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
ü  Sediakan informasi actual tentang diagnose, penanganan, dan prognosis
ü  Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini
ü  Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan
ü  Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
ü  Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup/perubahan peran









Daftar Pustaka
Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran: Yogyakarta.
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8.Penerbit buku kedokteran EGC.
http://www.blogdokter.net/2008/05/25/gonorrhea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!