Download ASKEP anak dengan DHF DISINI atau klik download link:
http://www.ziddu.com/download/16439627/ASUHANKEPERAWATANPADAANAKDENGANDHF.docx.html
http://www.ziddu.com/download/16439627/ASUHANKEPERAWATANPADAANAKDENGANDHF.docx.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau yang biasa disebut Demam Berdarah dengue (DBD), pertama kali ditemukan pada tahun 1968 sampai sekarang, seringkali menjadi penyebab kematian terutama pada anak remaja dan dewasa. DHF juga telah menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia dan dari tahun ke tahun penderitanya cenderung meningkat.
Sebagian kasus DHF dapat menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan gelisah. Perjalanan penyakit ini sulit diramalkan karena sebagian penderita dengan shock berat dapat disembuhkan walaupun dengan tindakan yang sederhana sedangkan sebagian lain datang ke rumah sakit dengan keadaan ringan kemudian meninggal dunia dalam waktu singkat meskipun sudah dilakukan perawatan dan pengobatan intensif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain keadaan umum, status gizi, imunitas tubuh dan kepatuhan keluarga klien dalam proses pengobatan dan perawatan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan secara teoritis kepada anak dengan peyakit DHF. Disamping itu, makalah ini bertujuan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak dan dapat menjadi acuan teoritis kepada mahasiswa dalam melaksanakan preklinik keperawatan anak di Rumah Sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR
A. Pengertian
Demam dengue adalah penyakit yang terjadi pada anak dan dewasa akibat gigitan nyamuk aedes aegypty betina/ aedes albopictus yang mengandung virus dengue dengan manifestasi klinis demam bifasik, nyeri otot/ sendi yang disertai dengan leukopenia, dengan/ tanpa ruam, limfadenopati, sakit kepala hebat, nyeri pergerakan bola mata, rasa mengecap terganggu, trombositopenia ringan dan bintik – bintik kemerahan (ptekie). (buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI : 1996 hal 417)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
B. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue, termasuk group B Arthpoid Borne viruses (Arbovirus) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes agypti dan Aedes Albopictus.
Perbedaan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albapictus
Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Banyak di daerah tropis, hidup dan berkembang biak di dalam rumah ( contohnya: bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung), dan di luar rumah / disekitar rumah (contohnya: tempat penampungan air, jernih, drum, kaleng bekas, Botol pecah berisi air jernih,.
3) Bentuk berkirik bintik-bintik putih dan kecil
4) Menggigit disiang hari terutama pagi dan sore hari.
5) Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
6) Jarak terbang 100 m
Aedes Albopictus
1) Habitat : air jernih, disekitar rumah ditempat yang tertampung air jernih.
2) Menggigit siang hari
3) Jarak terbang 50 meter
Aedes Albopictus Aedes Aegypti
C. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty betina/ aedes albopictus yang mengandung virus dengue. Pada infeksi pertama terjadi viremia, yang menyebabkan seseorang menderita demam dengue dengan gejala demam bifasik, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Gejala dan reaksi tubuh yang amat berbeda akan muncul pada infeksi berulang dengan virus dengue yang berbeda. Jadi, dapat dikatakan bahwa DHF dapat terjadi setelah seseorang pernah mengalami demam dengue dan mendapat infeksi berulang dari virus dengue yang berbeda. Reinfeksi akan menimbulkan reaksi dengan antibody dan terbentuklah konsentrasi kompleks virus-antibody yang tinggi, dimana dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi tersebut, dilepaskan anafilatoksin C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan menyebabkan meningkatnya permeabilitas dinding kapiler dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan hipovolemik, hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (syok). Bila efusi dan renjatan tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Komplek virus antibody menimbulkan agregasi trombosit yang melepaskan ADP (Adenosine DiPhosphate) untuk mempercepat pembentukan gumpalan trombosit. Virus yang bereplikasi di nodus limfatikus menyebar ke RES secara hematogen sehingga terjadi peningkatan penghancuran trombosit dalam RES, dan hasil akhirnya terjadi trombositopenia. Kompleks virus- antibody juga mengaktivasi factor Hageman, yang dapat menyebabkan pembekuan intravaskuler yang luas (DIC) dan merangsang system kinin yang berperan dalam proses peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Histamin yang dilepaskan oleh C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan trombosit factor III yang merangsang koagulasi intravaskuler (DIC). Malfungsi faktor koagulasi, yang menyebabkan terjadinya DIC, dan trombositopeni mengganggu fungsi hemostasis, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan spontan, yang selanjutnya dapat menimbulkan syok., asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian.
Web of Causation DHF
Cara penularan demam berdarah:
Anak yang sakit demam berdarah di dalam darahnya mengandung virus. Bila anak ini digigit nyamuk Aedes Aegypti maka bibit penyakit ikut terhisap masuk ke dalam tubuh nyamuk. Dan bila nyamuk tersebut menggigit anak lain (anak sehat), maka anak itu akan dapat ketularan penyakit ini.
D. Manifestasi Klinis
1. Mendadak panas tinggi selama 2 sampai 7 hari.
2. Tampak bintik-bintik merah pada kulit.
3. Kadang-kadang terjadi pendarahan di hidung (mimisan).
4. Mungkin terjadi muntah atau berak darah
5. Sering terasa nyeri di ulu hati
6. Bila sudah parah, penderita gelisah. Tangan dan kakinya dingin dan berkeringat. Dalam beberapa hari saja keadaan penderita dapat menjadi parah, dan dapat menyebabkan kematian.
Menurut Suriadi, 2001, Tanda dan Gejalanya :
1. Demam tinggi selama 5- 7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit: pteki, ekimosis dan hematoma
3. Epitaksis, hematemesis, melena hematuri
4. Mual, muntah, nafsu makan tidak ada, diare, konstipasi.
5. Nyeri otot, tulang, sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit kepala
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan : sianosis, kulit lembab dan dingin
Gambaran klinis kemungkinan akan terjadi renjatan (Hari 3-7).
1. Perubahan sensorik dan nyeri perut
2. Perdarahan nyata selain perdesakan kulit.
3. Terdapat efusi plensa dan acites.
4. Peningkatan hematokrit > 20 %
5. Trombosit < 50.000 /mm3
6. Hiponatrumia dengan Na.Urine < 10 mmol/l
7. Hipotensi
Demam pada DBD mempunyai siklus demam yang khas disebut siklus demam pelana kuda. Ciri-ciri demam DBD atau demam pelana kuda :
a. Hari 1-3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, terkadang disertai bercak merah di kulit (tidak selalu).
b. Hari 4-5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan. Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
c. Hari 6-7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
E. Diagnosis dan Klasifikasi
Diagnosis berdasarkan standar WHO 1975
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan : uji target (+), pteki, ekimosis
3. Hepatomegali
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniget (+), trombositopeni dan hemakonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit/perdarahan yang lain.
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi apat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan TD tidak dapat diukur.
Diagnosis Banding
1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan bakteri maupun klinis seperti : bronkopneumoni, kolesitosis.
2. Adanya demam akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan DBD.
3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis.
4. Pada meningitis meningkat dan sepsis terdapat perdarahan pada kulit.
5. Penyakit-penyakit darah seperti idophatre trombositopeni, purpurae, leukemia pada stadium lanjut dan anemia aplastik.
6. Renjatan endotoksik.
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Darah lengkap
a. Leukopenia (Leukosit menurun) pada hari ke 2-3
b. Trombositopenia dan hemokonsentrasi
c. Masa pembekuan normal.
d. Masa perdarahan memanjang
e. Penurunan faktor II, V, VII, IX dan XII.
f. HB meningkat lebih 20 %
g. HT meningkat lebih 20 %
h. Protein darah rendah
i. Ureum PH bisa meningkat
j. NA dan CL rendah
2. Kimia darah
a. Hipoproteinemia, hiponatremia, hipodorumia
b. SGOT/SGPT meningkat
c. Umum meningkat
d. PH darah meningkat
3. Urinalisis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
4. Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperselular.
5. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
a. Rontgen thorax : Efusi pleura.
b. Uji test tourniket (+)
G. Penatalaksanaan
Pencegahan penyakit demam berdarah:
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut: Untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE Contoh: Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.
Bila memerlukan ABATE kurang dari 10 gram, maka dapat dilakukan sebagai berikut: Ambil 1 sendok makan peres ABATE dan tuangkan pada selembar kertas Lalu bagilah ABATE menjadi 2, 3, atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang dibutuhkan.
Setelah dibubuhkan ABATE maka:
1. Selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik Aedes Aegypti
2. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/ diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut.
3. Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum.
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah :
a. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum, dan lain-lain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas kembang, tempat minum burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali
b. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum, dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu
c. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bamboo, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya
d. Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen
e. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap disitu
Tindakan yang harus dilakukan bila ada penderita demam berdarah:
1. Pertolongan pertama yang penting memberi minum sebanyak mungkin
2. Kompres dengan air es
3. Beri obat turun panas
4. Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/Puskesmas yang terdekat untuk diperiksa. Bila diduga terserang Demam Berdarah akan dikirim ke Rumah Sakit untuk dirawat.
5. Lapor segera ke Puskesmas / Sudin Kesehatan setempat dengan membawa surat dari Rumah Sakit. Selanjutnya akan dilakukan tindakan penanggulangan di daerah rumah penderita dan sekitarnya, tanpa dipungut bayaran.
Penatalaksanaan demam dengue/DHF tanpa penyulit adalah :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan bila belum ada nafsu makan
3. Minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (susu, air + gula, sirup) atau air tawar tambah garam.
4. Medika mentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia; kompres, antiperotik golongan asitominofen, eukinin atau dipirosa, jangan diberikan aseto sel karena bahaya perdarahan.
5. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infaksi sekunder.
Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi.
2. Observasi keadaan umum, nadi, TD, suhu dan pernafasan tiap jam. Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
3. Pada klien DSS diberi cairan IV dengan diguyur seperti NaCl, RL yang dipertahankan selama 12-48 jam.
4. Bila tidak tampak perbaikan dapat diberikan plasma/plasma ekspander/dextran 15-28 ml/kgBB selama 12-48 jam.
5. Bl Hb dan Ht menurun maka diberi transfusi darah.
Penatalaksanaan berdasarkan perjalanan penyakit:
Perjalanan penyakit DBD terbagi atas 3 fase :
1. Fase demam yang berlangsung selama 2-7 hari.
2. Fase kritis /bocornya plasma yang berlangsung umumnya hanya 24-48 jam.
3. Fase penyembuhan (2 – 7 hari).
Fase demam
1. Pengobatan simtomatik dan suportif
a. Parasetamol 10 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam (Aspirin dan ibuprofen merupakan indikasi kontra). Kompres hangat diberikan apabila pasien masih tetap panas.
b. Pengobatan suportif yang dapat diberikan antara lain larutan oralit, jus buah atau susu dan lain-lain.
2. Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, koreksi dehidrasi dan apabila cairan intra vena perlu diberikan sebaiknya jangan lebih dari 24 jam. Apabila cairan intra vena tidak dapat dihentikan, berikan cairan secukupnya, sekitar separuh kebutuhan rumatan.
3. Semua pasien tersangka dengue harus diawasi dengan ketat setiap sejak hari sakit ke-3.
Selama fase demam sulit untuk membedakan antara pasien demam dengue (DD) dengan DBD. Ruam makulopapular dan mialgia/artralgia lebih banyak ditemukan pada pasien demam dengue. Setelah bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien demam dengue akan masuk dalam fase penyembuhan, sedangkan pasien DBD memasuki fase kritis. Sebagian pasien ini sembuh setelah pemberian cairan intravena, sedangkan kasus berat akan jatuh ke dalam fase syok.
4. Pemeriksaan fisis :
a. Tanda vital
o Waspadai gejala syok
b. Perabaan hati
o Hati yang membesar dan lunak merupakan indikasi mendekati fase kritis, pasien harus diawasi ketat dan di rawat di rumah sakit.
5. Pemeriksaan laboratorium :
Darah tepi
o Leukopenia < 5000 sel/ mm3 dan limfositosis, peningkatan limfosit atipikal mengindikasi dalam waktu 24 jam pasien akan bebas demam serta memasuki fase kritis.
o Trombositopenia mengindikasi pasien memasuki fase kritis dan memerlukan pengawasan ketat di Rumah Sakit.
o Peningkatan nilai Ht 10-20% mengindikasikan pasien memasuki fase kritis dan memerlukan pengobatan cairan intravena apabila pasien tidak dapat minum oral. Pasien harus dirawat dan diberikan cairan sesuai kebutuhan. Penurunan Ht merupakan tanda-tanda perdarahan.
6. Berikan penerangan pada orang tua mengenai petanda gejala syok yang mengharuskan orang tua membawa anaknya ke Rumah Sakit, antara lain :
a. Keadaan memburuk sewaktu pasien mengalami penurunan suhu.
b. Setiap perdarahan.
c. Nyeri abdominal akut dan hebat.
d. Mengantuk, lemah badan, tidur sepanjang hari.
e. Menolak untuk makan dan minum.
f. Lemah badan, gelisah
g. Perubahan tingkah laku
h. Kulit dingin, lembab.
i. Tidak BAK selama 4-6 jam
Indikasi rawat
a. Adanya tanda-tanda syok
b. Sangat lemah sehingga asupan oral tidak dapat mencukupi
c. Perdarahan.
d. Hitung trombosit £ 100.000/mm3 dan atau peningkatan Ht 10-20%.
e. Perburukan ketika penurunan suhu.
f. Nyeri abdominal akut hebat
g. Tempat tinggal yang jauh dari Rumah Sakit
Fase kritis (berlangsung 24-48 jam), sekitar hari ke-3 sampai dengan hari ke-5 perjalanan penyakit.
Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum oleh karena anoreksia atau dan muntah.
a.
Tatalaksana umum
1. Rawat di bangsal khusus atau sudut tersendiri sehingga mudah mengawasi. Catat tanda vital, asupan dan luaran cairan dalam lembar khusus.
2. Berikan oksigen pada kasus dengan syok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!