Jumat, 21 Januari 2011

Pemberian posisi pasien, Membantu klien duduk ditempat tidur, Memindahkan pasien ke kursi roda


BAB I
PENDAHULUAN

Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang dapat berdiri dan bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru mereka mengembang lebih mudah. Mereka mencerna makanan secara seksama lebih baik. Mereka mampu berde­fekasi dengan baik, fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot mereka lebih sehat. Jika sedang sakit, mereka sering tidak dapat bergerak atau hanya dapat bergerak sedikit.
Kadang tirah baring atau tidak ada gerakan sama sekali diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan.Istirahat meningkatkan penyembuhan dan mengurangi nyeri.Tirah baring jangka panjang atau kurang pergerakan dapat menyebabkan masalah serius.

Untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) tubuh yang tepat, perawat harus dengan tepat mengangkat klien, menggunakan tekhnik pemerian posisi yang tepat,dan memindahkan klien dengan aman.Klien dengan gangguan saaf, skelet, atau fungsi sistem muscular serta peningkatan kelemahan dan keletihan sering memerlukan bantuan dari perawat untuk pemberian posisi dan pemindahan.Penggunaan mekanika tuuh yang tepat dan tekhnik pemindahan melindungi perawat atau pemberi asuhan dari cedera pada sistem musculoskeletal.Perawat beresiko terhadap cedera pada otot lumbal ketika mengangkat. Angka cedera pada lingkungan kerja telah meningkat pada beberapa Tahun terakhir, dan lebih setengahnya adalah cedera punggung akibat tekhnik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat.Cedera pada area lumbal mempengaruhi kemampuan untuk membungkuk ke depan dan ke belakang serta memiringkan tubuh.Selain itu, kemampuan untuk merotasi panggul dan punggung bawah menurun karena lebih banyak klien dipulangkan ke rumah untuk asuhan berkelanjutan,perlu bagi perawat mengajarkan anggota keluarga klien bagaimana mengangkat dan memindahkan klien dengan aman.


PEMBAHASAN
A.     Konsep Teori
Pemberian Posisi Pasien
            Pemberian Posisi Pasien merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu, tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinir, serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbnagan selama aktivitas.

Pengaturan Posisi
1.               POSISI FOWLER
           Posisi fowler °merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-60 tanpa fleksi lutut.

2.        POSISI SIMS
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas didepan tubuh klien.

3. POSISI TRENDELENBURG
           Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.

4. POSISI DORSAL RECUMBENT
           Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur.

5. POSISI LITOTOMI
           Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.

6. POSISI GENU PECTORAL
           Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.

7. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
           Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.

8. Posisi Orthopneu
           Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.

9. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
           Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

Pengertian membantu klien duduk ditempat tidur:
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.
Pengertian Memindahkan Pasien ke kursi roda :
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.

ANATOMI FISIOLOGI
Sistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.
·         Tulang (system skelet)
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1.    Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
2.    Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.  
3.   Tulang pipih: iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.
4.   Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Fungsi system skelet
Ø  Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
Ø  Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru
Ø  Tempat melekatnya otot dan tendon
Ø  Sumber mineral seperti garam dan fosfat
Ø  Tempat produksi sel darah merah

·         Sendi
Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang
memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi yaitu       :
Ø  Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada persambungan tulang tengkorak.
Ø  Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan gerakan terbatas.
Ø  Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas

·         otot
Ø  Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot jantung
Ø  Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit
Ø  Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan
Ø  Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia
Ø  Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat
Ø  Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skelet.

FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos.

Otot rangka
Otot jantung
Otot polos
Mempunyai stria, berbentuk silindris, dan mempunyai banyak inti serta berada dibawah control kesadaran.
Tight junction RS berkembang sangat pesat
Mempunyai stria, multinukleus, silindris, dan bercabang-cabang serta berkontraksi tidak dibawah pengaruh kesadaran.
Gap junction RS kurang berkembang 
Tidak berstria, hanya mempunyai satu inti dan juga tidak dibawah pengaruh kesadaran

Gap junction RS kurang berkembang  

B.              Tujuan
Tujuan Pemberian posisi pasien:
1.         POSISI FOWLER
·         Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler.
·         Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
 
2. POSISI SIMS
Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
·         Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang mengalami paralisis.
·         Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
·         Untuk tindakan pemberian enema

3. POSISI TRENDELENBURG
·         Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

4. POSISI DORSAL RECUMBENT
·         Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.

5. POSISI LITOTOMI
·         Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.

6. POSISI GENU PECTORAL
·         Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

·         7. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
·         Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
·          Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi   yang tidak tepat.

8. POSISI OTHOPNEU
·          Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal
·         Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi

9. Posisi Pronasi (telungkup)
·         Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
·         Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
·         Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post

10. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
·         Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
·         Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

Tujuan membantu klien duduk ditempat tidur :
·         Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
·         Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang tepat
·         Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya ( memberikan makan ,minum , personal hygiene dan sebagainya )

Tujuan Memindahkan pasien ke kursi roda :
·         Melatih otot skeletal untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse
·         Memberikan kenyamanan
·         Mempertahankan kontrol diri pasien
·         Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
·         Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan ini)
·         Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
·         Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

C.      Manfaat
·         Mengurangi Jumlah energy yang digunakan.
·         Mempertahankan kseimbangan.
·         Mengurangi kecelakaan.
·         Memperluas ekspansi paru.
·         Meningkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal

D.     Indikasi
Indikasi posisi semi telungkup( posisi sims ) : Posisi semi-telungkup (atau posisi Sims) sering digunakan untuk pasien paralisis karena ini mengurangi tekanan pada bokong dan panggul. Banyak orang menemu-kan posisi ini nyaman untuk tidur.
Indikasi posisi miring : Posisi miring membantu menghilangkan tekanan pada punggung dan tumit untuk individu yang tidak dapat turun dari tempat tidur atau yang duduk untuk waktu lama. Posisi ini baik untuk istirahat atau tidur.
Indikasi posisi telungkup : Posisi telungkup sering digunakan untuk pasien tidak sadar karena posisi ini membantu drainase. Namun, posisi ini harus digunakan hanya untuk waktu sing­kat pada pasien lain karena posisi ini menyebabkan kesulitan bernapas.
Indikasi Posisi telentang : Posisi telentang umumnya digunakan untuk membantu pemulihan setelah op­erasi tertentu dan untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan, paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer.
Indikasi posisi fowler : mempertahankan kenyamanan
Indikasi posisi lithotomi : pemeriksaan rectal dan vagina
Indikasi posisi dorsal recumbent : merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan.
Indikasi posisi Genu Pectoral : memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Indikasi posisi Posisi Trendelenburg : melancarkan peredaran darah ke otak.
Indikasi  Posisi knee chest (menungging) : untuk pemeriksaan rectal
Indikasi Posisi berdiri : untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.

Indikasi membantu klien duduk ditempat tidur : memberikan makan ,minum , personal hygiene dan sebagainya.

Indikasi memindahkan klien ke kursi roda
·         Memberikan kenyamanan
·         pasien untuk bersosialisasi
·         Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan ini)
·         Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
·         Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

E.      Kontraindikasi
1)  Hypermobilitas
Pada hipermobilitas tidak dapat diberikan tehnik mobilisasi karena masalah yang ada pada hypermobilitas bukanlah gangguan mobilitas sendi melainkan  stabilatas.

2)     Efusi sendi
        Pada sendi yang mengalami efusi tidak boleh dilakukan mobilisasi karena keterbatasan yang terjadi adalah karena penumpukan cairan dan karena adanya respon otot terhadap nyeri, bukan karena pemendekan otot ataupun kapsul ligamen.
3)  Inflamasi
        Pemberian mobilisasi pada fase inflamasi dapat menimbulkan nyeri dan memperberat kerusakan jaringan.

F.      Persiapan Peralatan
Peralatan Pemberian Posisi pasien
1.      Tempat tidur
2.      Bantal kecil
3.      Gulungan handuk
4.      Bantalan kaki
5.      Sarung tangan ( bila diperlukan )
6.      Bantal angin
7.      Footboard

Persiapan Peralatan membantu klien duduk ditempat tidur
1.      Sarung tangan (bila diperlukan)

Persiapan Peralatan Memindahkan Pasien ke kursi roda
1.Sarung tangan
2.      Kursi roda
G.     Prosedur
Prosedur Pemberian Posisi Klien
A.      POSISI FOWLER
1.        Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.        Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan. sesuai° sampai 60°
3.        Naikkan kepala bed 45 )°, fowler tinggi 60°kebutuhan. (semi fowler 15-45
4.        Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.        Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
6.        Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
7.        Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien tidak melorot kebawah.
8.        Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
9.        Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
10.   10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11.   Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12.   Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan


B. POSISI SIMS
 Prosedur kerja
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3.      Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen
4.      Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat dan mencegah fleksi lateral leher.
5.      Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6.      Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
7.      Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.
8.      Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

C. POSISI TRENDELENBURG
Prosedur Kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3.      Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
D. POSISI DORSAL RECUMBENT
Prosedur Kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.
3.      Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ketempat tidur dan renggangkan kedua kaki.
4.     
Pasang selimut

E. POSISI LITOTOMI
           Prosedur kerja
1.      Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan
2.      Pasien dalam keadaan berbaring berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik kearah perut.
3.      Tungkai bawah membentuk susut 90 ‘ terhadap paha
4.      Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5.      Pasang selimut
F. POSISI GENU PECTORAL
Prosedur kerja
1.         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.         Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur
3.         Pasang selimut pada pasien


G. POSISI TELENTANG (SUPINASI)
 Prosedur kerja
1.         Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.         Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3.         Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4.         Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.         Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6.         Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7.         Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8.         Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.         Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

H. Posisi Orthopneu
Prosedur kerja
a.       Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
b.      Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
c.       Naikkan kepala bed 90 derajat
d.      Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e.       Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
f.        Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
g.       Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul.
h.      Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
i.         Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j.         Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

I. Posisi Pronasi (telungkup)
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
3.      Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
4.      Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
5.       Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
6.      Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
7.      Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
9.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
10.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
11.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

J. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Prosedur kerja
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3.      Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4.      Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5.      Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6.      Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.
7.      Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
8.      Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Membantu klien duduk ditempat tidur
Prosedur kerja
1.       Ikuti protocol standar
2.       Tempatkan klien pada posisi terlentang
3.       Pindahkan semua bantal
4.       Tinggikan bagian kepala tempat tidur
5.       Anda menghadap ketempat tidur
6.       Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih lebih dekat ketempat tidur dibanding kaki yang lain
7.       Tempatkan tangan yang lebih dekat ke pasien di bawah bahu, yang menyokong kepala dan tulang belakang
8.       Tempatkan tangan yang lain di permukaan tempat tidur
9.       Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki depan ke kaki belakang
10.   Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan yang ditempatkan di tempat tidur
11.   Turunkan bagian kepala tempat tidur

12.   Catat prosedur; termasuk posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.

Memindahkan klien ke kursi roda
1. Ikuti protocol standar
2. Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kurisi ini dalam posisi terkunci
3. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga
4. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang satabil dan anti slip
5. Regangkan kedua kaki anda
6. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan klien
7. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan pada skapula klien
8. Angkat klien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul andan dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi
9. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut anda
10. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara langsung ke depan kursi
11. Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
12. Fleksikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
13. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat
14. Stabilkan tungkai dengan limut mandi

15. Ucapkan terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya

H. Evaluasi
·         Respon klien/pasien selama perubahan posisi diperhatikan
·         Tanda-tanda vital kilen/pasien ( nadi, pernafasan, tekanan darah ) diperiksa
·         Sesuai dengan tujuan

I.       Dokumentasi

·         Respon klien/pasien dicatat
·         Kondisi kulit di daerah punggung dicatat dan dilaporkan kepada perawat penanggung jawab
·         Tindakan yang dilakukan dicatat



BAB III
PENUTUP

Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
Intoleransi aktifitas merupakan suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Pengaturan posisi dilakukan ketika pasien mendapatkan asuhan.
Kebanyakan orang mengganti posisi mereka secara konstan dan bergerak meskipun diatas tempat tidur. Namun, ketika pasien lemah atau nyeri, atau mengalami fraktur, atau paralisis atau tidak sadar, mereka tidak dapat mengubah posisi seperti orang normal. Mereka memerlukan bantuan untuk mengubah posisi.











DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
Perry, Ame Griffin.2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta: EGC.
Uliyati, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan dasar praktik klinik  kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
Potter dan Perry,2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Ester, Monica. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : 2005
Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

1 komentar:

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!