Jumat, 14 Januari 2011

OKSIGENASI, BATUK EFEKTIF,FISIOTERAPI DADA DAN SUCTION

Download makalah DISINI atau klik download link:

http://www.ziddu.com/download/16471303/oksigenasibatukefektiffisioterapidadasuction.docx.html


 

BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien dengan berbagai tipe gangguan pernafasan. Pilihan modalitas ini didasarkan kepada gangguan oksigenisasi dan apakah terdapat masalah dengan ventilasi gas, difusi gas atau keduanya. Berbagai teknik pengobatan seperti pemasangan selang oksigen, teknik batuk efektif, teknik fisioterapi dada, dan teknik suction harus dimiliki oleh perawat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk itu berbagai teknik ini akan dibahas dalam makalah ini supaya dapat meningkatkan kompetensi perawat pada khususnya.
I.2 Rumusan Masalah
            a. bagaimanakah teknik oksegenasi?
            b. bagaimanakah teknik batuk efektir?
            c. bagaimanakah teknik fisioterapi dada?
            d. bagaimanakah teknik suction?
I.3 Tujuan
            a. mengetahui teknik oksigenasi
            b. mengetahui teknik batuk efektif
            c. mengetahui teknik fisioterapi dada
            d. mengetahui teknik suction


BAB II
PEMBAHASAN
II.1 OKSIGENASI
Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien dengan berbagai tipe gangguan pernapasan. Pilihan modalitas ini didasarkan pada gangguan oksegenasi dan apakah terdapat masalah dengan ventilasi gas, difusi gas atau keduanya. Pengkajian dan penatalaksanaan pasien gangguan pernapasan sangat baik dilakukan bila pendekatan yang digunakan adalah multidispilin dan kolaboratif. 
Metoda pemberian oksigen:
Oksigen didispensi dari silinder atau dari system berpipa. Reduksi diameter diperlukan untuk mengurangi tekanan sampai pada tingkat bekerja, dan flowmeter mengatur aliran oksigen dalam liter per menit. Jika oksigen digunakan dalam kecepatan aliran yang tinggi,oksigen harus dilembabkan dengan melewatkan oksigen melalui system humidifikasi untuk menjaga membran mukosa saluran pernapasan menjadi kering.
Banyak alat oksigen yang berbeda yang digunakan: semua alat tersebut akan mengirimkan oksigen bila digunakan sesuai dengan yang diresepkan dan jika alat digunakan dan dipelihara dengan tepat. Jumlah oksigen yang diberikan disebutkan dalam konsentrasi persentase. Ketepatan bentuk terapi oksigen dengan baik ditentukan dengan kadar gas darah arteri, yang menunjukkan status oksigenasi pasien.Kanula nasal digunakan ketika pasien membutuhkan konsentrasi oksigen aliran darah rendah sampai sedang dimana keakuratan oksigen aliran darah rendah sampai sedang dimana keakuratan yang persis tidak penting. Metoda secara ini relative sederhana dan memungkinkan untuk dapat bergerak bebas di tempat tidur, berbicara, dan makan tanpa mengganggu aliran oksigen.
Kateter nasal jarang digunakan tetapi mungkin saja diresepkan untuk terapi jangka pendek untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi rendah sampai sedang. Metode ini dapat menyebabkan iritasi mukosa nasal.
Masker oksigen tersedia dalam beberapa bentuk, masing-masing digunakan untuk tujuan berbeda:
Masker sederhana digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang sementara masker pernapasan kembali sebagian atau tidak bernapas kembali digunakan untuk konsentrasi oksigen yang tinggi. Masker ini tidak dapat digunakan untuk konsentrasi oksigen terkontrol dan harus disesuaikan agar pas. Kantung pada masker bernafas kembali sebahagiaan dan tidak bernapas kembali harus tetap menggembung selama ekspirasi dan inspirasi.
Masker venturi adalah metoda pemberian yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi  oksigen yang tepat melalui cara noninvasive. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker ini digunakan terutama bagi pasien dengan PPOM karena memberikan suplemen oksigen tingkat rendah, sehingga menghindari risiko dorongan hipoksik.
Manfaat oksigenasi
Peningkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan upaya mempertahankan jalan napas yang paten akan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi. Beberapa klien, bagaimanapun juga membutuhkan terapi oksigen untuk mempertahankan tingkat oksigenasi jaringan yang sehat.
Tujuan terapi oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah mencegah atau mengatasi hipoksia. Setiap klien yang mangalami kerusakan oksigenasi jaringan dapat memperoleh manfaat dari pemberian oksigen yang terkontrol. Oksigen bukan pengganti pengobatan lain dan harus digunakan hanya jika diindikasi. Oksigen harus diperlakukan seperti obat dan konsentrasinya harus dipantau secara kontinu. Selain itu terapi oksigen bertujuan memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurukan upaya bernapas dan mengurangi stress pada miokardium.
Indikasi
Perubahan pola dan frekuensi pernapasan klien dapat menjadi indikator tertinggi akan kebutuhan terapi oksigen, kondisi ini dapat terjadi akibat hipoksemia (penurunan tekanan oksigen arteri dalam darah) atau hipoksia (penurunan suplai oksigen ke jaringan).
Indikasi utama pemberian oksigen adalah :
1. Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah,
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi pemberian oksigen dindikasikan kepada klien dengan gejala :
1. Klien dengan keadaan tidak sadar,
2. Sianosis,
3. Hipovolemia,
4. Perdarahan,
5. Anemia berat,
6. Keracunan gas karbondioksida,
7. Asidosis,
8. Selama dan sesudah pembedahan.

Kontraindikasi
Efek pemberian oksigen pada setiap pasien dikaji dengan cermat. Bila terjadi peningkatan jumlah oksigen dapat menekan ventilasi pada klien gangguan paru tertentu. Kelebihan oksigen dapat menimbulkan efek toksik pada paru-paru dan sistem saraf pusat.


Pemberian oksigen bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi
3. Keracunan Oksigen
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.

Prosedur pemberian oksigen
PERSIAPAN
1. Alat :
- Tabung oksigen beserta isinya
- Regulator dan flow meter
- Botol pelembab/ humidifier
- Masker atau nasal kanula
- Slang penghubung

2. Penderita
- Penderita diberi penjelasan tentang tindakan yang kan dilakukan
- Pendrita ditempatkan pada posisi yang sesuai

Prosedur pemberian oksigen
1. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
3. Hubungkan nasal kanula atau masker dengan slang oksigen dan hubungkan ke sumber oksigen yang dilembabkan dan diatur sesuai dengan kecepatan aliran yang diprogramkan
4. Letakkan ujung kanula atau masker kedalam lubang hidung, atur sampai benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi klien
5. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian klien
6. Periksa setiap 8 jam dan pertahankan tabung pelembab terisi setiap waktu
7. observasi hidung dan permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit
8. periksa kecepatan aliran oksigen dan program dokter setiap 8 jam
9. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah hilang
10. Catat metode pemberian oksigen, kecepatan aliran, kepatenan nasal kanula atau masker, respon klien, dan pengkajian pernapasan dicatatan perawat

Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemberian oksigen
- Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen
- Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran
- Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
- Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
- Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering
- Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
- Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan
-Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat lakukan adalah melakukan pengkajian

II.2 BATUK EFEKTIF
Pengertian
Batuk efektif : merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.

Batuk efektif untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. Batuk memungkinkan klien mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan bagian napas bagian bawah. Rangkaian normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam, penutupan glottis, kontraksi aktif otot-otot ekspirasi, dan pembukaan glotis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan napas memungkinkan udara melewati sebagian lendir yang mengobstruksi atau melewati benda asing lain. Keefektifan batuk klien dievaluasi dengan melihat apakah ada sputum cair, laporan klien tentang sputum yang ditelan atau terdengarnya bunyi napas tambahan yang jelas saat klien diauskultasi. Klien yang mengalami infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah harus didorong untuk napas dalam dan batuk sekurang-kurangnya setiap 2 jam saat terjaga. Klien yang memiliki jumlah sputum yang besar harus didorong untuk batuk setiap jam saat terjaga dan setip 2-3 jam saat tidur.
Teknik batuk mencakup:
a.       Batuk cascade
Klien mengambil napas dalam dengan lambat dan menahannya selama 2 detik sambil mengkontraksikan otot-otot ekspirasi. Kemudian klien membuka mulut dan melakukan serangkaian batuk melalui ekshalasi, dengan demikian klien batuk pada volume paru yang menurun secara progresif. Teknik ini meningkatkan bersihan jalan napas dan meningkatkan kepatenan jalan napas pada klien dengan volume sputum yang banyak.
b.      Batuk huff
Batuk huff menstimulasi reflek batuk alamiah dan umumnya efektif hanya untuk membersihkan jalan napas pusat. Saat mengeluarkan udara klien membuka glotis dengan mengatakan kata huff. Dengan melakukan batuk ini, klien menhirup lebih banyak udara dan bahkan mampu meningkat ke batuk cascade.

c.       Batuk quad
Teknik batuk quad digunakan untuk klien tanpa control oto abdomen, seperti pada klien yang mengalami cedera medulla spinalis. Saat klien mengeluarkan napas dengan upaya ekspirasi maksimal, klien atau perawat mendorong keluar dan keatas pada otot-otot abdomen melalui diagfragma sehingga memnyebabkan batuk

Tujuan:
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan :
a) Merangsang terbukanya system kolateral.
b) Meningkatkan distribusi ventilasi.
c) Meningkatkan volume parud) Memfasilitasi pembersihan saluran napas
( Jenkins, 1996 )

Indikasi
Dilakukan pada pasien seperti :
COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post operasi
Batuk Yang tidak efektif menyebabkan :
1) Kolaps saluran nafas
2) Ruptur dinding alveoli
3) Pneumothoraks
Langkah-langkah batuk efektif:
1.      Siapkan peralatan yang dibutuhkan, seperti bantal
2.      Jelaskan pentingnya mempertahankan posisi duduk tegak.
3.      Sambil mendemonstrasikan batuk suruh klien menghirup napas dalam 2 kali secara perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut.
4.      Hirup napas dalam ketiga kalinya dan tahan napas sampai hitungan ke 3. Batukkan dengan kuat 2 atau 3 kali secara berturut-turut tanpa menghirup napas kembali selama melakukan batuk. (katakan pada klien untuk mendorong semua udara keluar dari paru-paru).
5.      Ingatkan klien bahwa selain batuk, ia juga membersihkan tenggorokannya.
6.      Jika insisi bedah akan terdapat pada abdomen atau  toraks, ajarkan klien untuk meletakkan salah satu tangannya pada tempat insisi dan letakkan tangan yang lain diatas tangan sebelumnya. Selama melakukan latihan napas dan batuk, klien menekan atau menyangga tempat insisi secara lembut. Meletakkan bantal ditempat insisi juga diperbolehkan.
7.      Klien melanjutkan latihan batuk, sambil menekan tempat insisi. Instruksikan klien untuk batuk sebanyak 2-3 kali setiap 2 jam pada saat klien terjaga.
8.      Minta klien memriksa adanya perubahan konsistensi, jumlah dan warna sputum.
9.      Catat latihan yang telah didemonstrasikan dan kemampuan klien melakukan latihan tersebut secara mandiri

II.3 FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. 
Tujuan Fisioterapi Dada
-Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
-Memperkuat otot pernapasan
-Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
-Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.

Indikasi
 Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.

Kontra indikasi fisioterapi dada
Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.

Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
1.Drainase Postural
Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret.
Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon trakheobronkhial ke dalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat membuang secret dari trachea.
Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.
Indikasi untuk Postural Drainase :
1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
1.1. Pasien yang memakai ventilasi
1.2. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
1.3. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
1.4. Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
2.1. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
2.2. Pasien dengan abses paru
2.3. Pasien dengan pneumonia
2.4. Pasien pre dan post operatif
2.5. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
Kontra indikasi untuk postural drainase :
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas


Persiapan pasien untuk postural drainase.
1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.
2. Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.
3. Periksa nadi dan tekanan darah.
4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan sekret.
Cara melakukan pengobatan :
1. Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama Postural Drainase.
2. Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit.
3. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.

Penilaian hasil pengobatan :
1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
2. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
4. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa enakan, sakit.
5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan darah.
6. Apakah foto toraks ada perbaikan.

Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :
1. Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.
2. Suara pernafasan normal atau relative jelas.
3. Foto toraks relative jelas.
4. Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.

Alat dan bahan :
1) Bantal 2-3
2) Tisu wajah
3) Segelas air hangat
4) Masker
5) Sputum pot
Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur
2) Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
3) Cuci tangan
4) Pakai masker
5) Dekatkan sputum pot
6) Berikan minum air hangat
7) Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
8. Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit. Sambil PD bisa dilakukan clapping dan vibrating
9) Berikan tisu untuk membersihkan sputum
10) Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11) Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan)
12) Cuci tangan
13) Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)
14) Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali dengan memperhatikan kondisi pasien

2. Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.

lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.

Kontraindikasi
Perkusi menjadi kontraindikasi bagi klien yang mengalami gangguan perdarahan, osteoporosis, fraktur tulang ige. Dalam melakukan perkusi dalam lapangan baru, perawat harus berhati-hati dan jangan memperkusi daerah scapula, kalau tidak hati-hati maka akan terjadi trauma pada kulit dan struktur musculoskeletal di bawahnya.

Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
Alat dan bahan :
1) Handuk kecil
Prosedur kerja :
1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok
3. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
Prosedur kerja :
1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4) Istirahatkan pasien
5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk



II.4 SUCTION
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Tiga teknik pengisapan adalah pengisapan orofaring dan pengisapan nasofaring, pengisapan orotrakea dan pengisapan nasotrakea, dan pengisapan jalan napas buatan. Teknik-tenik ini didasarkan pada prinsip-prinsip umum. Karena orofaring dan trakea dianggap steril untuk pengisapan. Mulut dianggap bersih dan dengan demikian pengisapan sekresi oral harus dilakukan setelah pengisapan orofaring dan trakea. Pengisapan nasofaring dan orofaring digunakan saat klien mampu batuk efektif, tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Apabila jumlah sekresi paru berkurang dan klien tidak lagi terlalu letih klien mungkin mampu mencairkan atau menelan lendir sehingga tidak lagi membutuhkan pengisapan. Pengisapan nasotrakea dan orotrakea dibutuhkan pada klien dengan sekresi pulmonal yang tidak mampu batuk dan tidak menggunakan jalan napas buatan. Perawat dianjurkan untuk mengenakan masker dan pelindung mata saat melakukan suction untuk mencegah percikan cairan tubuh. Walaupun sarung tangan steril tidak digunakan dalam prosedur ini, namun penggunaan sarung tangan nonsteril dianjurkan untuk mencegah percikan cairan tubuh.
Indikasi dilakukannya pengisapan adalah ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai adanya: Terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas. Permintaan dari pasien sendiri untuk disuction dan meningkatnya peak airway pressure pada mesin ventilator.
Alat yang digunakan :
1. Pengisap pertebel atau yang terpasang di dinding dengan selang penghubung
2. Kateter steril 12-16 Fr
3. Air steril atau normal saline
4. Sarung tangan steril
5. Pelumas larut air
6. Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju klien
7. Masker wajah, dan kasa steril
8. Pinset anatomis
9. Cairan desinfektan untuk mencuci kateter steril
10. Spatel
4. Prosedur Kerja
1. Siapkan peralatan disamping tempat tidur
2. Cuci tangan
3. Jelaskan pada klien prosedur yang akan membantu membersihkan jalan nafas dan memungkinkan beberapa permasalahan pernafasan
4. Pasang masker
5. Posisikan klien dengan tepat:
Ä Bila sadar dengan gangguan fungsi, baringkan klien dengan posisi semi fowler dengan kepala miring kesatu sisi untuk pengisapan oral.
Ä Baringkan klien dengan posisi fowler dengan leher ekstensi untuk pengisapan nasal
 Bila tidak sadar, baringkan klien dalam posisi
Ä leteral menghadap pada perawat untuk pengisapan oral atau nasal
6. Tempatkan handuk pada bantal atau dibawah dagu klien
7. Pilih tekanan dan tipe unit pengisap yang tepat. Untuk semua unit pengisap adalah 120-150 mmHg pada orang dewasa, 100-120 mmHg pada anak-anak atau 60-100 mmHg pada bayi
8. Tuangkan air steril atau normal saline kedalam wadah yang steril
9. Kenakan sarung tangan steril
10. Gunakan tangan yang telah menggukan sarung tangan, sambungkan kateter suction ke selang mesi suction.
11. Perkirakan jarak antara daun telinga klien dengan ujung hidung dan letakkan ibu jari dan jari telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan

12. Basahi ujung kateter dengan larutan steril. Pasang penghisap dengan ujungnya terletak didalam larutan
13. Pengisapan:
 Orofaringeal: dengan perlahan masukkan kateter kedalam
salah satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring. Jangan melakukan pengisapan selama pemasukan kateter, bila klien tidak sadar dapt dibantu membuka mulut dengan menggunakan spatel
 Nasofaringeal: dengan
perlahan masukkan kateter yang telah dibasahi pelumas larut air ke salah satu lubang hidung. Arahkan kea rah medial sepanjang rongga hidung, jangan dorong paksa kateter bila lubang hidung tidak paten. Coba pada lubang hidung byang lain. Jangan lakukan pengisapan selama pemasangan
14. Sumber port pengisap dengan ibu jari. Dengan perlahan putar kateter saat anda menariknya. Keseluruhan prosedur tidak boleh lebih dari 15 detik
15. Bilas kateter dengan larutan steril dengan meletakkannya didalam larutan dan lakukan pengisapan. Bila di sekekeliling luar kateter suction banyak secret melengket dapat dilap dengan menggunakan kasa steril
16. Bila klien tidak mengalami distress pernafasan, biarkan klien istirahat 20-30 detik sebelum pengisapan berikutnya.
17. Bila klein sadar, minta untuk bernafas dalam dan batuk diantara pengisapan
18. Hisap secret pada mulut atau dibawah lidah setelah pengisapan orofaringeal dan nasofaringeal
19. Setelah pengisapan lendir selesai, bilas kateter suction dengan normal saline dan dilap dengan kasa steril selanjutnya direndam dalam lariutan sreril atau disterilkan
20. Rapikan klien dan alat
21. Cuci tangan
22. Catat prosedur pada dokumentasi keperawatan




BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
            Berdasarkan uraian-uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa oksigenasi, batuk efektif, fisioterapi dada, dan suction memiliki teknik-teknik tertentu. Dalam oksigenasi ada 2 macam yaitu pemasangan dengan kanula nasal dan masker. Fisioterapi dada melingkupi 3 teknik yaitu drainase postural, perkusi dan vibrasi. Kesemua teknik-teknik tersebut harus dikuasai oleh perawat demi kesembuhan pasien.
III.2 SARAN
            Demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, sebaiknya mahasiswa keperawatan sudah mulai belajar teknik-teknik tersebut dibawah bimbingan para dosen, sehingga ketika menjadi perawat nanti tidak begitu susah dalam menerapkannya.









DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddar. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Perry – Potter. 1999.  Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Tarwoto, Wartonah. 2006 Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Mardika
Nova,Particia D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC
Price,Sylvia dan Wilson, Lorrine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC



4 komentar:

  1. kreativitas a mga mkin ningkat ya, uppzzz...jgn lupa ilmu - ilmu baru trus update. GOOD LUCK

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Thanksbro, ngebantu banget, apa lagi plus daftar pustaka :D

    BalasHapus

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!