Senin, 24 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITS

DOWNLOAD Asuhan Keperawatan hepatitis DISINI atau DISINI atau klik download link:

http://www.ziddu.com/download/16451263/asuhankeperawatanhepatitis.docx.html

LAPORAN PREKLINIK

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis Pada Tn S
Pasien HEPATITIS
Ruang IP RS M. Djamil Padang



Nama: Cicilia Anita
BP : 0910321001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2010




A.    LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
1.     Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

2.     Etiologi
a.     Virus

Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Metode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B

Fekal-oral
Keparah-an
Tak ikterik dan asimto- matik
Parah
Menyebar luas, dapat berkem-bang sampai kronis
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut

Sama dengan D
Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, saliva
a.     Virus






Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis ini jarang yang ada.

b.     Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

c.      Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
Misalnya: isoniazid, halotan, asetaminofen, dan antibiotic tertentu, antimetabolik serta obat-obat anestesi.

d.     Zat kimia
Yang paling sering: karbontetraklorida, fosfor, kloroform, dan senyawa emas.

3.     Manifestasi klinik
a.     Masa tunas
Virus A               : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B               : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B      : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

b.     Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

c.      Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

d.     Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

Manifestasi klinis berdasarkan etiologi:
a.     Hepatitis A
Etiologi: virus RNA dari famili enterovirus
Manifestasi klinis :
·        bisa ikterik atau tanpa gejala ikterik ( anikterik subklinis)
·        bila gejala muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi
·        anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat
·        belakangan dapat timbul ikterik dan warna urin yang gelap
·        gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat. Ditandai oleh rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati, dan flatulensi
·        gejala-gejala di atas menghilang pada puncak ikterik ( 10 hari sesudah kemunculan awal )
·        splenomegali dan hepatomegali sering terjadi
·        cenderung bersifat simptomatis

b.     Hepatitis B
Etiologi : virus hepatitis B ( virus DNA )
Manifestasi klinis :
·        secara klinis sangat menyerupai hepatitis A nam,un masa inkubasi jauh lebih lama
·        gejala dapat samar dan bervariasi
·        mengalami penurunan selera makan
·        dispepsia, nyeri abdomen
·         pegal-pegal yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah
·        Panas dan gejala pernafasan jarang dijumpai
·        Gejala ikterik bisa terlihat atau tidak.
·        Bila ikterik disertai tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap
·        Nyeri tekan pada hati dan splenomegali

c.      Hepatitis C
Etiologi : virus hepatitis C ( virus RNA )
Manifestasi klinis :
Serupa dengan hepatitis B tapi tidak begitu berat dan anikterik

d.     Hepatitis D
Etiologi : virus hepatitis D (virus RNA)
Manifestasi klinis :
Serupa gejala hepatitis B, tapi lebih beresiko untuk menderita heaptitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.

e.     Hepatitis E
Etiologi : virus hepatitis E (virus RNA)
Manifestasi klinis :
Serupa dengan hepatititis lain

f.       Hepatitis karena zat kimia
Etiologi : yang paling sering yaitu : karbon tetraklorida, fosfor, kloroform, dan senyawa emas.
Manifestasi klinis :
·        Anoreksia
·        mual muntah
·        ikterik
·        hepatomegali

g.     Hepatitis karena obat-obatan
Etiologi : isoniazid, halotan, asetaminofen dan antibiotik tertentu, anti metabolik serta obat-obat anastesi
Manifestasi klinis:
·        awitan bersifat mendadak dengan gejala menggigil, panas, ruam,pruritus,atralgia, anoreksia dan mual
·        ikterik
·        warna urin gelap
·        nyeri tekan karena hepatomegali

Jadi, secara umu manifestasi klinis dari hepatitis adalah:
·        Selera makan hilang
·        Rasa tidak enak di perut
·        Mual sampai muntah
·        Demam tidak tinggi
·        Kadang-kadang disertai nyeri sendi
·        Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
·        Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
·        Kulit seluruh tubuh tampak kuning
·        Air seni berwarna coklat seperti air teh

Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan hanya sebagian kecil (5 – 10%) yang akan menetap/ menahun.
Pada kasus yang menahun :
·        manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan
·        diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.

4.     Patofosiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
WOC terlampir.

5.     Pemeriksaan Diagnostik
a.     Pemeriksaan Laboratorium/tes biokimia hati (menentukan derjat keparahan/kerusakan)
Pemeriksaan pigmen
-     urobilirubin direk
-     bilirubun serum total
-     bilirubin urine
-     urobilinogen urine
-     urobilinogen feses
Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan Hb didalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.
Bilirubin dalam darah terdiri dari 2 bentuk:
o   bilirubin direk
Larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin
o   bilirubin indirek
Tidak larut dalam air dan terikat pada albumin

Bilirubin total adalah jumlah bilirubin direk dan indirek. Adanya peningkatan bilirubin direk menunjukkan adanya penyakit pada hati/empedu. Sedangkan peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada penyakit hati.

Pemeriksaan protein
-     protein totel serum
-     albumin serum
-     globulin serum
-     HbsAG
Pemeriksaan serum protein dilakukan untuk mengetahui fungsi biositesis hati.
Albumin
Menurunnya kadar albumin menunjukkan gangguan fungsi sintesis hati. Namun karena usia albumin cukup panjang (15-20 hari), albumin kurang sensitif untuk indicator kerusakan hati.
Globulin
Merupakan protein pembentuk gammaglobulin kadar gamma. Kadar globulin yang meningkat pada penyakit hati kronis maupun sirosis.
Tipe: IgG, IgM, IgA.
Waktu protombin
-   respon waktu protombin terhadap vitamin K .
Kelainan pada factor pembekuan darah dapat dinilai melalui waktu protombin menjadi thrombin. Kerusakan pada sel hati akan memperpanjang waktu protombin karena adanya gangguan pada sintesis protein pembekuan darah. Lamanya waktu protombin tergantung pada fungsi sintesis hati dan asupan vitamin K.

Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
-     AST atau SGOT (Aminotransferase)
-     ALT atau SGPT (Alanin aminotransferase)
-     LDH
-     Amonia serum
Peningkatan enzim tesebut mencerminkan kerusakan pada sel hati.
ALT terutama ditemukan dihati, sedangkan AST selain dihati juga ditemukan di otot jantung, otot rangka, ginjal, pancreas, otak, paru, sel darah putih dan sel darah merah. Jika terjadi peningkatan kadar AST, bisa jadi yang mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lain yang mengandung AST. Pada penyakit hati akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan AST.

Pemeriksaan Alkalin Fosfat (ALP)
Enzim ALP ditemukan di sel hati diddekat saluran empedu. Peningkatan kadar ALP menunjukkan adanya penyumbatan pada saluran empedu. Peningkatan ALP disertai gejala fisik warna kuning pada kulit, kuku, ataupun sclera mata.

b.    Pemeriksaan Radiologi
·        Foto rontgen abdomen
Dapat menentukan pembesaran liver.
·        pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
·        kolestogram dan kalangiogram
·        arteriografi pembuluh darah seliaka
merupakan pemeriksaan pembuluh darah arteri dengan menggunakan X-Ray setelah menyuntik medium kontras kedalamnya melalui suatu alat khas yang dikenal sebagai kateter. Dilakukan apabila ada keganjilan pada pembuluh darah arteri.

c.     Pemeriksaan serologi
Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
Diagnosis hepatitis A
Tes serologi untuk mengetahui adanya immunoglobulin M (IgM) terhadap vius hepatitis A digunakan untuk mendiagnosa hepatitis A akut. IgM antivirus hepatitis A bernilai positif pada awal gejala. Keadaan ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar serum alanin amintransferase (ALT/SGPT). Jika telah pasien telah sembuh, antibodi IgM akan menghilang dan sebaliknya antibodi IgG akan muncul. Adanya antibodi IgG menunjukan bahwa penderita pernah terkena hepatitis A. Secara garis besar, jika seseorang terkena hepatitis A maka hasil pemeriksaan laboratorium akan seperti berikut:
·        Serum IgM anti-VHA positif
·        Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT dan AST meningkat.
·        Kadar alkalin fosfate, gamma glutamil transferase dan total bilirubin meningkat.

Diagnosis hepatitis B
Diagnosis pasti hepatatitis B dapat diketahui melalui pemeriksaan:
·        HBsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B)
Merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung protein yang dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg positif, artinya individu tersebut terinfeksi VHB, karier VHB, menderita hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg bernilai positif setelah 6 minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap setelah lebih dari 6 bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau pasien menjadi karier VHB.
   
·        Anti-HBsAg (antibodi terhadap HBsAg)
Merupakan antibodi terhadap HbsAg. Keberadaan anti-HBsAg menunjukan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatatitis B. Jika tes anti-HbsAg bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat vaksin VHB ataupun immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg posistif pada individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatatitis B menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB.

·        HBeAg (antigen VHB)
Yaitu antigen e VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut menjadi hepatatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan penyakitnya baik kepada orang lain maupun janinnya.

·        Anti-Hbe (antibodi HbeAg)
Merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh tubuh. Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan fase non-replikatif.

·        HBcAg (antigen core VHB)
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan protein dari inti VHB.

·        Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B)
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan infeksi akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang tersebut penah terinfeksi VHB.

Diagnosis hepatitis C
Diagnosis hepatitis C ditentukan dengan pemeriksaan serologi untuk menilai kadar antibodi. Selain itu pemeriksaan molekuler juga dilakukan untuk melihat partikel virus. Sekitar 80%  kasus infeksi hepatitis C berubah menjadi kronis. Pada kasus ini hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya enzim alanine aminotransferase (ALT) dan peningkatan aspartate aminotransferase (AST).

d.    Pemeriksaan tambahan
-     Laparoskopi
Merupakan prosedur minimal invasive yang hanya memerlukan sayatan minmal pada dinding perut (o,5 cm)
-     biopsi hati
Yaitu dengan pengambilan potongan jaringan hati untuk diperiksa dilaboratorium.

6.     Penatalaksanaan
a.     Pencegahan hepatitis
Penyakit hepatitis sebenarnya dapat dicegah. Dengan mengetahui penyebab hepatitis dan cara penularannya kita dapat mencegah penyebaran penyakit ini.
Pencegahan hepatitis A
Pencegahan dapat dilakukan dengan tepat jika kita mengetahui cara-cara penularan berbagai penyakit hepatitis. Hepatitis A menular melalui makanan dan minuman yang tercemar feses penderita hepatitis A. Kebiasaan jajan makanan dan minuman di sembarang tempat meningkatkan resiko tertular penyakit hepatitis A. Makanan mentah maupun setengah matang berpotensi terkontaminasi virus ini.

Beberapa cara pencegahan terhadap penyakit hepatitis A:
·        Imunisasi
Imunisasi sangat efektif mencegah infeksi suatu penyakit. Setelah imunisasi tubuh akan menghasilkan antibodi yang merupakan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Imunisasi hepatitis A diberikan pada anak-anak usia antara 2 hingga 18 tahun sebanyak satu kali. Orang dewasa membutuhkan imunisasi ulang (booster) setelah 6 hingga 12 bulan imunisasi pertama. Kekebalan yang didapat dari imunisasi ini dapat bertahan selama 15 hingga 20 tahun. Namun seseorang yang telah diimunisasi dapat terkena hepatitis A jika ia terinfeksi VBA antara waktu 2 hingga 4 minggu setelah imunisasi, karena pada saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup.

·        Imunitas sementara
Mereka yang sering bepergian ke daerah lain sebaiknya mendapatkan kekebalan sementara untuk mencegah infeksi VHA terutama jika daerah tujuannya adalah daerah endemik hepatitis A atau daerah yang sanitasinya buruk. Imunitas sementara dapat diperoleh dengan pemberian immunoglobulin (Ig). Ig untuk pencegahan hepatitis A berisi antivirus hepatitis A yang sangat efektif setelah 2 minggu pemberian. Untuk mereka yang harus menetap di daerah endemic, Ig anti VHA sebaiknya diulang setiap 3 hingga 5 bulan.

·        Menjaga kebersihan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun setiap kali selesai buang air besar dan kecil sangat dianjurkan untuk menghambat penularan VHA. Hal yang sama perlu dilakukan pula pada saat sebelum makan, mengolah dan menyiapkan makanan. Awasi dan berikan pngertian pada anak-anak agar tidak memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya.

Pencegahan hepatitis B
Pencegahan terhadap hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa sebagai cara berikut:
·        Imunisasi
Imunisasi lengkap hepatitis B dapat mencegah infeksi VHB selama 15 tahun. Imunisasai hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi pertama dan kedua diberikan dalam jarak 1 bulan. Sedangkan imunisasi ketiga diberikan 5 bulan setelah imunisasi kedua. Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya sedini mungkin yaitu saat bayi hendak pulang dari rumah bersalin.

Bagi orang dewasa sebelum diimunisasi, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan untuk melihat kadar anti HBS. Anti HBS adalah antibodi terhadap antigen permukaan VHB (HBs-Ag). Dengan begitu dapat dinilai apakah tubuh telah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B atau tidak. Jika tubuh telah memiliki cukup kekebalan terhadap hepatitis B maka imunisasi hepatitis B tidak diperliukan lagi. Namun pada kenyataannya pemeriksaan kadar anti-HBs lebih mahal daripada harga vaksin hepatitis B. Dengan begitu bagi mereka yang beresiko tinggi tertular VHB imunisasi bisa langsung diberikan.

·        Tidak menggunakan barang orang lain
Barang-barang yang dapat menyebabakan luka dapat menjadi media penularan virus hepatitis B. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi, dan lain-lain.

·        Melakukan hubungan seks sehat dan aman
Melakukan hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi tertular hepatitis B. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis B maka sang suami wajib menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

·        Jika terinfeksi hepatitis B jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis B maka darah tersebut akan dimusnahkan.

·        Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.

Pencegahan hepatitis C :
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah hepatitis C. Sedangkan pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pencegahan infeksi virus hepatitis B yaitu:
·        Tidak menggunakan barang orang lain
Barang-barang yang dapat menyebabkan luka dapat menjadi media penularan virus hepatitis C. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi, dan lain-lain.

·        Melakukan hubungan seks sehat dan aman
Hubungan seks dengan bergonta ganti pasangan beresiko tinggi dalam penularan hepatitis C. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis C maka sang suami wajib menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

·        Jika terinfeksi hepatitis C jangan mendonorkan darah
Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah yang di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus hepatitis C maka darah tersebut akan dimusnahkan.

·        Bersihkan ceceran darah
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.

b.     Pengobatan penyakit hepatitis
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.

Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.

Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk.

Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalah:
Istirahat di tempat tidur
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami fase akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya. Tujuan dari istirahat ini adalah memberi kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.

Pola makan sehat
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman beralkohol.

Biasanya penderita penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena itu sebaiknya asupan kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita mengalami rasa mual yang hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya makanan diberikan dalam bentuk cair melalui infus.

Pemberian obat dan antivirus
Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita diberi antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk menekan replikasi virus.

Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi (menggandakan diri). Sel inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah tahap pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-virus baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.

Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya adalah interferon, lamivudin, ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir, dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi antivirus akan lebih efektif pada kasus hepatitis aktif.

Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi terapi interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.

Beberapa macam antivirus diantaranya:
·        Interferon
Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker. Ada tiga jenis interferon yang memiliki efek antivirus. Ketiganya adalah interferon alfa, beta dan gamma. Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa. Interferon alfa bekerja hampir pada setiap tahapan replikasi virus dalam sel inang.

Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Interferon diberikan melalui suntikan. Efek samping interferon timbul beberapa jam setelah injeksi diberikan.

Efek samping :rasa seperti gejala flu, demam, mengigil, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi. Setelah beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu menurunnya jumlah sel granulosit (granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia), mengantuk bahkan rasa bingung.

·        Lamivudin
Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim reverse transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin diberikan pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan hati. Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati, menormalkan kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada penderita. Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko fibrosis, sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang cukup vital yaitu dapat menimbulkan resistensi virus.


Efek samping : rasa lemah, mudah lelah, gangguan saluran pencernaan, mual, muntah, nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, demam, serta kemerahan pada. Efek samping yang berbahya lainnya adalah radang pankreas, meningkatnya kadar asam laktat, dan pembesaran hati. Namun umumnya efek samping tersebut dapat ditolerir oleh pasien. Terapi lamivudin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

·        Ribavirin
Ribavirin dapat menghambat replikasi RND dan DNA virus. Ribavirin tersedia dalam bentuk tablet, spray (semprot), dan suntikan. Pada penderita hepatitis C, ribavirin biasanya ditujukan sebagai terapi kombinasi bersamaan dengan terapi interferon alfa.

Efek samping : iritasi ringan pada mata, bersin-bersin dan kemerahan pada kulit. Sementara terapi ribavirin tablet dan injeksi dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri kepala, gangguan saluran pencernaan, kaku badan, dan mengantuk. Pemakaian jangka lama ribavirin dapat menyebabkan anemia, limfopenia serta berkurangnya pembentukan sel darah. Ribavirin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan pasien hepatitis C dengan kerusakan ginjal.

·        Adepovir dipivoksil
Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan untai DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam tubuh. Kelebihan adepovir dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah jarang menimbulkan resistensi virus.

Efek samping : nyeri pada otot, punggung, persendian, dan kepala. Selain itu terdapat juga gangguan pada saluran pencernaan seperti mual atau diare, gejala flu, radang tenggorokan, batuk dan peningkatan kadar alanin aminotransfrase. Gangguan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada dosis berlebih.

·        Entecavir
Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan dalam sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang menimbulkan resistensi virus setelah terapi jangka panjang.

Efek samping : nyeri kepala, pusing, mengantuk, diare, mual, muntah, nyeri pada ulu hati dan insomnia.

·        Telbivudin
Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin diberikan pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu proses pencetakan material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui. Efek samping dari terapi telbivudin antara lain adalah mudah lelah, sakit kepala, pusing, batuk, diare,mual, nyeri otot, dan rasa malas.

Pengobatan berdasarkan jenis hepatitis:
Hepatitis A
-         tirah baring selama stadium akut
pasien di anjurkan isthirahat di tempat tidur sampai hampir bebas dari ikterik dan transaminase serum sudah menurun mendekati normal
-         diet yang bergizi
yaitu diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat selama periode anoreksia pasien di beri makan sediklit-sedikit tapi sering, bila terus menerus muntah makanan di beri secara intravena. Bila nafsu makan telah pullih gizi dengan protein tinggi dapat mempercepat pemulihan

Hepatitis B
-         terapi dini penyuntikan interferon tiap hari ( hanya boleh diberikan pada kondisi yang terkendali dan cermat)
-         tirah baring sampai geejala mereda, aktivitas dibatasi
-         nutrisi adekuat
-         mengendalikan gejala dispepsia dan malaise

Hepatitis C
-         terapi interferon dosis rendah dan nutrisi yang adekuat

Hepatitis D
-         serupa dengan hepatitis lain

Hepatitis E
-         serupa dengan hepatitis lain

Hepatitis karena zat kimia
Terapi yang ditujukan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan perasaan nyaman dan tindakan pendukung


7.     Komplikasi
a.     Hepatitis Fulminan
yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu pembekuan memanjang dan koma hepatikum

b.     Hepatitis kronik persisten
yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 – 8 bulan. Terjadi pada 5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten akan selalu sembuh kembali

c.      Hepatitis relaps
yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan segera diikuti kesembuhan

d.     Hepatitis kronik aktif (hepatitis agresif)
kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun

e.     Kanker hati (karsinoma hepato seluler)
merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab utamanya adalah infeksi HBV kronik  dan sirosis




B.    LAPORAN KASUS
1.     Pengkajian
a.     Identitas pasien
·        Pasien (diisi lengkap)
Nama                         :Tn S                                                   BB       : 65 kg
Umur                         :48 tahun                                          TB       : 160 kg
Jenis Kelamin           :pria
Agama                       :islam
Pekerjaan                 :pedagang
Alamat                       :sicincin
Tgl Masuk RS           :6 Desember 2010 (08.30 WIB)
Tanggal pengkajian:16 Desember 2010 (11.46 WIB)

b.     Riwayat kesehatan
·        Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Pasien mengeluh demam dan nyeri menusuk di ulu hati, merasa mual dan ingin muntah, serta merasa lemas, pegal-pegal.

·        Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
Pasien sudah merasa demam semenjak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada malam hari demam tinggi dan paginya mulai turun. Rasa nyeri di ulu hati disertai demam dengan suhu yang turun naik, mata dan kulit berwarna kekuningan, urin berwarna pekat. saat BAK urin berwarna seperti teh pekat dan perut membuncit.

·        Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Pasien juga sudah berhenti merokok, namum saat berumur 30-an suka minum minuman keras.

·        Riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)
Ibu pasien dulu pernah menderita sakit hepatitis. Selain itu adik pasien juga pernah sakit liver.

c.      Pemeriksaan fisik
1.     Keadaan umum
a.     Keadaan umum            : sedang
b.     Kesadaran          : compos mentis
Tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1.     Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2.     Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3.     Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4.     Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5.     Stupor (setengah koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6.     Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

2.     Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a.     Tekanan darah  : 110/80 mmHg
b.     Nadi                     : 88x/menit
c.      Suhu                    : 38,50 C
d.     Pernapasan        : 28x/menit

3.     Pemeriksaan kulit dan rambut
Kulit dan mata tampak ikterik, tidak ada lesi, tidak ada tanda peradangan, tidak ada sianosis, turgor kulit baik.

4.     Pemeriksaan kepala dan leher
a.     Kepala
Rambut berwarna hitam, ada uban disebagian rambut, tidak ada banjolan, bentuk kepala mesopeal.
b.     Mata
 Sclera ikterik, konjungtiva ikterik, reflex pupil terhadap cahaya (+), fungsi penglihatan normal.
c.      Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret pada lubang hidung, fungsi penciuman normal.
d.     Telinga
Bentuk simetris, lubang telinga bersih, tidak ada secret, fungsi pendengaran normal.
e.     Mulut
Bibir atas dan bawah simetris, mukosa bibir kering dan pucat.
f.       Leher
Simetris, palpasi vena jugularis (-), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

5.     Pemeriksaan dada
a.     Paru-paru
Inspeksi   : dada simetris
Palpasi     : taktil fremitus kanan=kiri
Perkusi    : suara paru sonor
Auskultasi: tidak ada ronkhi dan whezing
b.     Jantung
Inspeksi   : iktus cordis normal
Palpalsi    : iktus cordis teraba di SIC V LMCS
Perkusi    : batas-batas jantung normal
                    Batas normal jantung yaitu:
                    Kanan atas: SIC II RSB, kiri atas: SIC II LSB, kanan                                        bawah: SIC IV RSB, kiri bawah: SIC V medial 2 MCS
Auskultasi :tidak ada murmur

6.     Pemeriksaan abdomen
Inspeksi         : kulit ikterik, ascites
Palpasi           : hati teraba di lumbal kanan, nyeri tekan epigastrium
Perkusi          : timpani
Auskultasi     : penurunan frekuensi bising usus

7.     Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas atas     : dapat digerakkan, terpasang infuse ditangan kanan
Ekstremitas bawah            : dapat digerakkan, tonus otot lemah.

Pemeriksaan Penunjang                                                       nilai normal
-         SGOT                         :165 U/i                                             <38 U/i
-         SGPT                          : 119 U/i                                            41 U/i
-         Bilirubin total           : 3,17 U/I                                          1 mg/dl
-         Bilirubin direk          : 2,13 mg/dl                                     <0,25 mg/dl
-         Glukosa puasa         : 85 mg/dl                                         110 mg/dl
-         Kolesterol total       : 179 mg/dl
-         Kolesterol LDL         : 140 mg/dl
-         Kolesterol HDL        : 34 mg/dl
-         Asam urat                 : 8,5 mg/dl                                       3,4-8,5 mg/dl
-         HBsAg                        : (+)
-         Anti HCV                   : (+)
-         Serum kreatinin      : 0,9 mg/dl                                       0,5-1,5 mg/dl
-         Ureum                       : 29 mg/dl                                         20-40 mg/dl
-         USG abdomen         : liver membesar dengan tepi tumpul

d.     Pola fungsional Gordon
1.     Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Menurut keluarga pasien, walaupun pasien tidak terlalu mengerti bagaimana pola hidup sehat, pasien tetap menjaga pola makan dengan banyak makan sayur dan buah. Pasien juga sudah berhenti merokok sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini karena pasien tidak mau sakit seperti ibu dan adiknya. Namun, waktu berumur 30-an, pasien sering minum minuman keras bersama teman-temannya.

2.     Pola nutrisi – metabolik
Awal masuk ruah sakit, pasien masih mau makan sedikit tapi sekarang pasien tidak menyentuh makanan dari rumah sakit sedikitpun karena mual. Namun pasien mau minum air putih walaupun sedikit. Supaya pasien tidak kekurangan cairan, pasien dipasangi infus.

3.     Pola eliminasi
BAK lancar dan tidak ada menggunakan alat bantu namun berwarna coklat pekat seperti teh. BAB berwarna pucat lalu mulai berwarna gelap.

4.     Pola aktivitas – latihan
Sehari sebelumnya pasien masih bisa duduk-duduk. Tapi sejak tadi pagi pasien sudah muali lemas dan tampak gelisah.

5.     Pola tidur dan istirahat
Pasien tidak bisa tidur karena nyeri diperut bagian atas. Pasien bisa tidur pada siang hari jika nyeri sudah mulai berkurang.

6.     Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori
Penglihatan dan pendengaran pasien normal. Pasien mengalami kesulitan bicara karena lemas dan hanya bergumam jika diajak berbicara.

7.     Pola persepsi-konsep diri
Pasien tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya, namun sering minta pulang karena tidak betah dengan suasana rumah sakit.

8.     Pola peran dan tanggung jawab
Pasien sudah tidak mampu lagi melaksanakan peran dan tanggung jawabnya semenjak berada dirumah sakit.

9.     Pola seksual – reproduksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis Komentnya Disini yaxc!!!!